Karakteristik Ketenagakerjaan Kecenderungan Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya yang mempengaruhi Kemiskinan di DKI-Jakarta

rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki, dengan asumsi faktor lainnya tetap. Kondisi kesehatan erat kaitannya dengan produktivitas. Kepala rumah tangga yang terganggu kesehatannya dalam waktu lama sakit kronis cenderung tidak maksimal dalam bekerja yang pada gilirannya tidak maksimal memperoleh pendapatan. Hal ini terlihat pada nilai OR sebesar 1,716 untuk kepala rumah tangga dalam kondisi sakit sepanjang waktu pada sebulan yang lalu. Angka ini mempunyai arti bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu kegiatan sehari-harinya mempunyai kemungkinan menjadi miskin 1,716 kali dibandingkan kepala rumah tangga yang sehat. Sementara kepala rumah tangga yang sakit namun hanya beberapa hari tidak kronis, hasil pengolahan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan. Jaminan perlindungan kesehatan yang dimiliki oleh kepala rumah tangga cenderung mempengaruhi kemiskinan. Pada Tabel 51 terlihat bahwa nilai OR kepala rumah tangga yang memiliki jaminan kesehatan sebesar 1,090, yang berarti rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak mempunyai jaminan tersebut memiliki peluang miskin sebesar 1,090 dibandingkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang memiliki jaminan kesehatan. Apabila kepala rumah tangga yang sakit, jaminan kesehatan akan memberikan kemudahan dalam biaya pengobatan sehingga mereka berpeluang untuk kembali sehat dan kembali bekerja dengan biaya yang lebih ringan bahkan tidak mengganggu stabilitas ekonomi rumah tangga. Hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dan kemiskinan adalah positif. Ini berarti bahwa setiap ada penambahan jumlah anggota rumah tangga sebanyak satu orang, maka akan semakin besar kecenderungan rumah tangga menjadi miskin. Kecenderungan rumah tangga menjadi miskin dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga adalah sebesar 1,667 kali. Semakin besar jumlah anggota keluarga, apalagi bila tidak ada anggota rumah tangga yang membantu kepala rumah tangga dalam bekerja, maka penambahan anggota tersebut hanya menambah pembagian biaya beban tanggungan. Kecenderungan rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak memiliki kredit usaha menjadi miskin lebih besar 1,496 kali dibandingkan rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang memiliki kredit usaha. Kredit usaha cenderung memberikan peluang pengembangan usaha, terutama bagi kepala rumah tangga yang ingin berwira usaha namun keuangan rumah tangga tidak cukup memadai. Hal ini pada gilirannya cenderung dapat memberikan peningkatan pendapatan sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi maupun kesejahteraan rumah tangga. Hubungan antara kepala rumah tangga yang berasal dari suku Betawi dan kemiskinan adalah negatif. Kecenderungan rumah tangga dengan kepala rumah tangga Betawi menjadi miskin adalah sebesar 0,728 kali dibandingkan dengan rumah tangga dengan kepala rumah tangga pendatang. Namun hasil pengolahan mengungkapkan hubungan yang signifikan antara suku bangsa kepala rumah tangga dengan kemiskinan. Tabel 51.Analisis Regresi Logistik antara Keadaan Rumah Tangga Miskin dengan Peubah Sosial, Ekonomi, dan Budaya Peubah respon X i Estimasi parameter  Stan-dar kesalahan Statistik Wald De- rajat be- bas p- value Sign. Odd Rasio  Keterangan Kode Label Pendidikan X 1 X 10 =0 Jenjang pendidikan menengahtinggi X 11 =1 Jenjang pendidikan dasar 1.451 .012 13515.951 1 .000 4.268 Status pekerjaan X 2 X 2 5181.940 4 .000 X 20 =0 Berusaha dibantu buruh tetaptdk tetap X 21 =1 Berusaha sendiri -.625 .026 562.366 1 .000 .535 X 22 =2 Buruhkaryawanpegawai .480 .021 519.019 1 .000 1.616 X 23 =3 pekerja bebas di sekt pertaniannon pertanianpekerja keluarga .141 .022 40.489 1 .000 1.152 X 24 =4 tidak bekerja 1.026 .027 1495.945 1 .000 2.790 Jumlah jam kerja X 3 X 30 =0 Bekerja 35 jam seminggu X 31 =1 Bekerja = 35 jam seminggu tidak bekerja .231 .017 181.593 1 .000 1.260 Umur X 4 X 40 =0 Usia produktif X 41 =1 Bukan usia produktif -.468 .020 550.153 1 .000 .626 Jenis Kelamin X 5 X 50 =0 Laki-laki X 51 =1 Perempuan .066 .016 16.240 1 .000 1.068 Tabel 51. Lanjutan Peubah respon X i Estimasi parameter  Stan-dar kesalahan Statistik Wald De- rajat be- bas p- value Sign. Odd Rasio  Keterangan Kode Label Kondisi Kesehatan X 6 X 6 654.389 2 .000 X 60 =0 Tidak sakit X 61 =1 Sakit beberapa hari dalam sebulan yg lalu. -.309 .013 560.254 1 .000 .734 X 62 =2 Sakit sepanjang hari 30 hari dlm sebulan yg lalu .540 .063 73.646 1 .000 1.716 Jaminan Kesehatan X 7 X 70 =0 Ada jaminan kesehatan X 71 =1 Tidak ada jaminan kesehatan .086 .012 49.470 1 .000 1.090 Jumlah ART X 8 X 8 .511 .002 45246.542 1 .000 1.667 Kredit Usaha X 9 X 90 =0 Menerima X 91 =1 Tidak menerima .403 .041 94.422 1 .000 1.496 Suku X 10 X 100 =0 Bukan Betawi X 101 =1 Betawi -.317 .011 769.906 1 .000 .728 Konstanta -7.750 .051 22684.054 1 .000 .000 Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas KOR 2004, diolah. Keterangan: G 2 = 72709,226 χ 2 0,05;9

6.2. Kecenderungan Budaya yang Mempengaruhi Kemiskinan di DKI Jakarta

6.2.1. Orientasi Nilai-Budaya pada Penduduk Miskin Betawi vis a vis Pendatang

Hasil penelaahan model regresi logistik pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya yang dalam penelitian ini menggunakan pendekatan suku bangsa dengan kemiskinan. Sebelum menelaah lebih lanjut bagaimana hubungan budaya dengan kemiskinan, dalam subbab ini