Analisis Pengendalian Persediaan Matode Pengolahan Data

merupakan produk sedang dalam proses dan produk jadi Brunton Trickett 2007. Jumlah keseluruhan dari hasil perkalian jumlah input x dan biaya energi E, perkalian jumlah input x dan biaya material M serta perkalian jumlah input x dan biaya service S merupakan nilai input. Selisih dari nilai output dan nilai input disebut nilai tambah. Biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input energi dalam produksi seperti bensin, air, listrik, dan lainnya. Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan atas konsumsi bahan baku pada proses produksi, sedangkan biaya service adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan selama produksi berlangsung atau juga dapat dikatakan biaya pemeliharaan.

4.4.4. Analisis Pengendalian Persediaan

Menurut Chopra dan Meindl 2004, ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan, yaitu berdasarkan kondisi permintaan yang stabil dan kondisi permintaan yang fluktuatif. Pada kondisi permintaan yang stabil, permintaan dari konsumen diketahui dan selalu konstan, sedangkan pada kondisi permintaan yang fluktuatif, permintaan berubah- ubah dan tidak diketahui. Berdasarkan kondisi permintaan yang fluktuatif, terdapat dua kebijakan pengisian kembali persediaan, yaitu continuous review dan periodic review. Perbedaan mendasar antara kedua kebijakan tersebut terletak pada acuan yang dipakai dalam melakukan pemesanan. Kebijakan pertama yaitu continuous review yang menetapkan jumlah pesanan selalu konstan dan jangka waktu antara pesanan berubah-ubah karena permintaan yang berfluktuasi. Pada kebijakan yang kedua yaitu periodic review, pemesanan dilakukan setiap waktu dengan jangka waktu pengecekan persediaan yang sama kemudian langsung dilakukan pemesanan dan jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan pada t itik waktu tersebut atau berubah-ubah karena kondisi permintaan yang fluktuasi. Pengendalian persediaan di Tani Sejahtera Farm dan ritel-ritel produk organik akan dianalisis terlebih dahulu, kondisi permintaan mana yang dihadapi dan kebijakan mana yang digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Kedua kondisi permintaan dan kebijakan tersebut akan membahas model- model yang berbeda. ESC = 1-frQ Berikut adalah model- model berdasarkan kondisi permintaan dan kebijakan yang digunakan Chopra Meindl, 2004 : 1 Kondisi permintaan stabil : a Economic Order Quantity EOQ EOQ = b Total Biaya Tahunan Total Annual Cost TC = Annual Material Cost + Annual Order Cost + Annual Holding Cost TC = CD + Keterangan : EOQ atau Q = Jumlah pemesanan optimum unit D = Jumlah permintaan per tahun unittahun S = Biaya pemesanan Rppemesanan h = Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per unit C = Biaya produksi per unit Rpunit 2 Kondisi permintaan fluktuatif a Continuous Review  Safety Stock SS ditentukan oleh nilai product fill rate yang telah ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan. Nilai SS ditentukan dengan menentukan nilai ESC Expected Shortage per Replenishment Cycle terlebih dahulu, kemudian menggunakan alat GOAL SEEK pada software Ms.Excel dengan metode trial and error hingga nilai SS ditemukan sesuai dengan nilai product fill rate yang ditentukan. ESC = SS [1-NORMDIST SS  L , 0,1,1] +  L NORMDIST SS  L , 0,1,0  L =  D Keterangan : fr = Product fill rate Q = Jumlah pesanan  L = Standar deviasi permintaan selama lead time  D = Standar deviasi permintaan L = Lead time  Reorder Point ROP ROP = SS + DL Keterangan : SS = Safety Stock D = Rata-rata permintaan per periode L = Lead time b Perodic Review  Safety Stock SS ditentukan oleh nilai cycle service level yang ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan pihak perusahaan. Perhitungan SS menggunakan software Ms.Excel. Hampir serupa dengan model continuous review, namun berbeda pada standar deviasi. Nilai standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan permintaan selama jangka waktu antara pengecekan yang langsung dilakukan pemesanan dan lead time. SS =  T+L  T +L =  D Keterangan : CSL = Cycle Service Level  T +L = Standar deviasi permintaan jangka waktu pengecekan dan pemesanan serta lead time T = Review Interval L = Lead time  D = Standar deviasi permintaan  Order Up to Level OUL OUL = D T +L + SS D T +L = T+LD Keterangan : D T +L = Rata-rata permintaan selama periode T+L SS = Safety Stock T = Jangka waktu pengecekan dan pemesanan L = Lead time D = Rata-rata permintaan per periode IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan penelitian, yaitu : 1. Rantai pasok beras organik di Kabupaten Bogor berbentuk jaringan network supply chain. Rantai pasok ini memiliki sasaran rantai pasok yang jelas. Struktur rantai pasok terdiri dari petani mitra, Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik, dan konsumen akhir. Penerapan manajemen rantai pasok belum berjalan dengan baik karena sistem transaksi yang ditetapkan ritel merugikan Tani Sejahtera Farm. Sumber daya yang dimiliki rantai pasok beras organik sudah sesuai dengan kebutuhan rantai pasok. Proses bisnis di rantai pasok beras organik kurang berjalan dengan baik karena aliran finansial dan informasi kurang lancar antara ritel produk organik ke Tani Sejahtera Farm. Dari hasil analisis efisiensi pemasaran, kinerja rantai pasok beras organik belum efisien secara keseluruhan karena banyak kegiatan yang dilakukan berulang. Pengukuran kinerja melalui efisiensi pengelolaan asset dalam bentuk persediaan beras organik di Tani Sejahtera Farm sudah cukup baik, tetapi pengelolaan asset uang tunai belum baik. Kinerja rantai pasok beras organik dapat dikatakan belum baik pada pemasaran dan pengelolaan asset uang tunai. Dari keenam elemen kerangka FSCN, terdapat tiga elemen yang belum baik di dalam rantai pasok beras organik. Ketiga elemen ini adalah manajemen, proses bisnis, dan kinerja rantai pasok sehingga kondisi rantai pasok beras organik dapat dikatakan belum cukup baik untuk memenangi persaingan. 2. Nilai tambah rantai pasok beras organik merupakan jumlah nilai tambah yang diciptakan dan diperoleh seluruh anggota rantai pasok beras organik. Nilai tambah yang diukur merupakan nilai tambah pada tahun 2011 karena jumlah output petani dan Tani Sejahtera Farm berfluktuasi sehingga data yang digunakan adalah data tahun 2011. Nilai tambah rantai pasok ini sebesar Rp. 76.410.000. Tani Sejahtera Farm menjadi anggota rantai pasok beras organik yang memberikan kontribusi tertinggi dalam penciptaan nilai tambah rantai pasok beras organik sebesar 42 persen. 3. Hasil analisis pengendalian persediaan beras organik menunjukkan bahwa kebijakan yang diterapkan Tani Sejahtera Farm adalah periodic review karena permintaan yang dihadapinya dari ritel produk organik dan konsumen akhir berfluktuasi. Tani Sejahtera Farm dapat menggunakan model penentuan jumlah pesanan beras organik Q setiap bulan, yaitu 1.334 kg – Jumlah persediaan beras organik di gudang. Tani Sejahtera Farm sebaiknya mempersiapkan safety stock sebanyak 279 kg beras organik setiap bulan mengingat permintaan berfluktuasi dan petani mitra belum tentu selamanya dapat memasok hingga permintaan dapat terpenuhi. Oleh karena kesepakatan dengan petani mitra tidak sesuai, maka diperlukan kebijakan lain. Kebijakan lainnya yaitu Tani Sejahtera Farm dapat membeli seluruh panen petani mitra dan sebagian panen petani non mitra jika jumlah panen petani mitra lebih sedikit dari hasil pengukuran model dan jika hasil panen petani mitra lebih besar, maka penjualan beras organik selebihnya dijual kepada konsumen akhir.

9.2. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam perbaikan rantai pasok beras organik, diantaranya yaitu : 1. Seluruh anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm sebaiknya meningkatkan koordinasi dengan cara tidak mengulangi kegiatan yang sudah dilakukan oleh anggota lainnya di dalam rantai pasok agar diperoleh harga jual yang lebih kompetitif. 2. Sistem transaksi antara Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk organik sebaiknya diubah menjadi sistem cash and carry atau memperpendek jangka waktu pengiriman surat tagihan dan pembayaran melalui kesepakatan yang dilakukan kembali di antara ketiganya. 3. Tani Sejahtera Farm dapat mengubah kebijakan dalam mempersiapkan persediaan beras organik sesuai hasil penelitian karena ditakutkan suatu saat tidak ada pasokan beras organik dari petani mitra dan permintaan melonjak.