Inventory Turnover =
COGS vera e a re ate value of inventory
=
= 12 kali
Nilai inventory turnover atau perputaran persediaan beras organik pada Tani Sejahtera Farm tahun 2011 sebanyak 12 kali yang berarti Tani Sejahtera Farm
menahan persediaan beras organik selama satu bulan dalam setahun. Selama ini, nilai ini tidak berbeda jauh pada tahun sebelumnya karena jumlah pasokan beras
organik dari petani belum berbeda sangat jauh. Semakin tinggi nilai inventory turnover, semakin baik bagi kinerja Tani Sejahtera Farm. Nilai inventory turnover
pada Tani Sejahtera Farm cukup tinggi sehingga dapat cepat menutupi investasi yang dilakukan untuk mengadakan persediaannya karena perputarannya yang
cepat.
6.6.2.2. Inventory Days of Supply
Inventory days of supply merupakan metrik penilaian kinerja kedua dengan pendekatan efisiensi pengelolaan asset dalam rantai pasok beras organik.
Pengukuran metrik ini terdiri dari COGS dan average aggregate value of inventory, hampir sama seperti inventory turnover. Namun, COGS yang
digunakan adalah COGS per hari. Berikut adalah perhitungan inventory days of supply.
Inventory days of supply =
Average Aggregate Value of Inventory COGS 3 hari
=
Rp.10. . , Rp.12 . 00 3 hari
= 30,4
hari ≈ 30 hari
Nilai inventory days of supply pada Tani Sejahtera Farm sebesar 30 hari pada tahun 2011. Nilai ini juga tidak jauh berbeda dengan pengukuran tahun-
tahun sebelumnya. Nilai ini memberi arti bahwa persediaan beras organik yang sudah ada cukup untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan selama 30 hari jika
tidak ada pasokan lebih lanjut dari petani mitra. Nilai ini cukup rendah sehingga baik untuk Tani Sejahtera Farm agar tidak banyak mengeluarkan biaya
penyimpanan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen akhir dan kedua ritel, pihak badan usaha ini harus dapat mengefisienkan pengaturan persediaan
beras organik dalam gudangnya.
6.6.2.3. Cash to Cash Cycle Time
Cash to cash cycle time adalah metrik kinerja rantai pasok beras organik yang terakhir diukur pada Tani Sejahtera Farm. Metrik ini diuk ur untuk
mengetahui seberapa cepat rantai pasok mengubah persediaan beras organik menjadi uang. Cash to cash cycle time juga dapat digunakan untuk melihat
kesehatan keuangan atau perputaran keuangan dalam perusahaan yang berkaitan dengan rantai pasok beras organik. Perputaran keuangan pada Tani Sejahtera
Farm melibatkan anggota rantai pasok beras organik lainnya karena Tani Sejahtera Farm melakukan pembayaran kepada petani mitra sebagai pemasoknya
dan menerima bayaran dari ritel dan konsumen akhir atas penjualan beras organik. Terdapat tiga komponen yang diperhitungkan dalam mengukur cash to
cash cycle time, yaitu inventory days of supply, average days of account receivable, dan average days of account payable. Inventory days of supply
merupakan metrik kinerja rantai pasok beras organik yang telah diukur sebelumnya, yaitu sebesar 30 hari. Nilai tersebut merupakan nilai inventory days
of supply pada tahun 2011 sehingga cash to cash cycle time yang dapat diukur adalah pada tahun 2011.
Tani Sejahtera Farm menjual beras organik kepada ritel produk organik. Penjualannya menghasilkan pendapatan yang dibayar ritel dalam jangka waktu
tertentu karena ritel tidak membayar tunai. Rata-rata jumlah hari Tani Sejahtera Farm memperoleh pendapatan penjualan beras organik dar i kedua ritel setelah
diberikan surat tagihan invoice dinamakan average days of account receivable. Pembayaran hutang kedua ritel produk organik kepada Tani Sejahtera Farm rata-
rata selama 5 hari. Sedangkan average days of account payable adalah rata-rata jumlah hari perusahaan membayar input setelah perusahaan menerima surat
tagihan dari pemasok. Namun, Tani Sejahtera Farm melakukan pembayaran tunai kepada seluruh pemasoknya, tidak memiliki hutang sehingga nilai average days of
account payable sama dengan nol. Kedua nilai ini selalu tetap setiap bulan. Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time.
Cash to Cash Cycle Time = Inventory days of supply + average days of account receivable
– average days of account payable
= 30 hari + 5 hari
– 0 hari = 35 hari
Lamanya waktu antara Tani Sejahtera Farm membayar seluruh input dan menerima pembayaran dari kedua ritel produk organik atas penjualan beras
organik adalah selama 35 hari. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa Tani Sejahtera Farm belum dapat mengelola uang tunai dengan baik bersama anggota
rantai pasok beras organik lainnya. Kesehatan keuangan, khususnya uang tunai menjadi penting dalam perputaran modal agar lancar dalam menjalankan usaha.
Jika pengelolaan uang tunai dalam rantai pasok beras organik seperti ini seterusnya, maka ditakutkan dapat mengganggu kelancaran a liran finansial
bahkan hubungan antar anggota rantai pasok beras organik.
VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK
Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengola han dan nilai tambah
perolehan pelaku usaha. Nilai tambah merupakan salah satu komponen dalam membentuk nilai produk. Nilai produk merupakan nilai yang dimiliki sebuah
produk dan terdiri dari nilai tambah pengolahan, nilai bahan baku, dan nilai input lainnya. Nilai tambah perolehan pelaku usaha merupakan nilai tambah yang
diperoleh dan diciptakan pelaku usaha atas usahanya dalam mengatur pemakaian input dan menghasilkan output. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah konsep nilai tambah sebagai perolehan atau balas jasa yang diterima pelaku usaha yaitu anggota rantai pasok beras organik. Konsep ini dapat disebut
dengan nilai tambah perusahaan the firm’s value added. Konsep ini digunakan
karena rantai pasok beras organik tidak melakukan pengolahan langsung sehingga tidak sesuai jika menggunakan konsep nilai tambah atas pengolahan. Nilai tambah
tercipta atas usaha yang dilakukan anggota rantai pasok untuk membuat sebuah produk yang berkualitas.
Menurut Balk 2002, nilai tambah diperoleh dari perbed aan antara penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya service, biaya energi,
dan biaya material. Dalam konsep the firm’s value added, perusahaan yang
dimaksud adalah seluruh anggota rantai pasok beras organik kecuali konsumen akhir. Pengukuran nilai tambah anggota rantai pasok beras organik dilakukan
dalam satuan waktu yang sama agar seimbang dan lebih akurat. Oleh karena itu, nilai tambah seluruh anggota rantai pasok diukur setiap siklus produksi dalam
satuan waktu yang sama. Siklus produksi yang dilakukan setiap anggota rantai pasok beras organik berbeda. Petani mitra memiliki tiga siklus produksi dalam
setahun, sedangkan Tani Sejahtera Farm dan ritel memiliki dua belas siklus produksi setiap bulan dalam setahun sehingga pengukuran nilai tambah rantai
pasok beras organik diukur dalam setahun. Nilai tambah yang diperoleh setiap anggota rantai pasok akan diukur dan dianalisis sehingga pada akhirnya akan
dihasilkan nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik secara keseluruhan dan persentase kontribusi setiap anggota rantai pasok beras organik
dalam penciptaan perolehan nilai tambah rantai pasok beras organik.
7.1 Nilai Tambah Petani Mitra
Petani mitra dalam rantai pasok beras organik berperan dalam membudidayakan padi organik, menggiling gabah dengan bantuan pihak
penggilingan, dan menjual beras organik kepada Tani Sejahtera Farm. Semua kegiatan yang dilakukan petani mitra membutuhkan biaya.
Dalam mengukur nilai tambah yang diperoleh petani mitra, diperlukan nilai tambah setiap petani mitra dan kemudian dijumlahkan seluruhnya.
Pengukuran ini dilakukan pada petani mitra dimana terdapat sebelas petani yang bermitra dengan Tani Sejahtera Farm. Tidak diukur rata-rata nilai tambah petani
mitra karena rata-rata nilai tambah hanya mewakili nilai tambah satu petani dari sebelas petani mitra, sedangkan menurut Chopra dan Meindl 2004, nilai sebuah
rantai pasok diukur dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh seluruh anggota rantai pasok, sama halnya dengan pengukuran nilai tambah. Oleh karena setiap
petani mitra produksi tiga kali dalam setahun, pengukuran nilai tambah dilakukan untuk ketiga siklus produksi dalam setahun sehingga dihasilkanlah nilai tambah
yang diperoleh setiap petani mitra dalam setahun dan selanjutnya dijumlahkan menjadi nilai tambah seluruh petani mitra.
Nilai tambah setiap petani mitra merupakan selisih nilai output dan nilai input dalam produksi beras organik. Nilai output merupakan perkalian dari harga
yang disepakati dan jumlah beras organik yang dipanen. Harga beras organik yang diterima semua petani mitra sama, tetapi jumlah beras organik yang dipanen
berbeda antar setiap petani mitra. Nilai input terdiri dari biaya service, biaya energi, dan biaya material yang dikeluarkan saat budidaya hingga penjualan beras
organik. Pada Tabel 12, terdapat rincian nilai output dan nilai input setiap petani mitra serta nilai tambah dalam setiap musim tanam siklus produksi dan nilai
tambah dalam satu tahun. Setiap petani mitra memiliki nilai output dan nilai input yang berbeda
karena hasil panen yang diterima berbeda mengingat luas lahan berbeda, sedangkan nilai input berbeda dikarenakan jumlah penggunaan input antar petani
mitra berbeda walaupun petani dengan luas lahan yang sama kecuali tiga petani yang luas lahannya 0,1 hektar, yaitu petani G, H, dan K. Ketiga petani dengan
luas lahan 0,1 hektar menggunakan jumlah input yang sama sehingga nilai input