Pertanian Organik Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kab. Bogor)

menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap ; 3 Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengeloaan air dan pengendalian erosi ; 4 Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman ; 5 Saling melengkapi dan sinergis dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi. HEIA dapat merusak lingkungan sehingga dikhawatirkan akan merusak keseimbangan ekosistem di kemudian hari, sedangkan LEIA tidak produktif sehingga dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional. LEISA hadir di antara HEIA dan LEISA, memberikan solusi atas kelemahan kedua sistem tersebut. LEISA lebih realistis dibandingkan LEIA atau pertanian organik karena selain menggunakan input organik, masih diperbolehkan menggunakan input anorganik atau kimia sintetis dalam batasan wajar sehingga tidak menimbulkan residu pada produk jadi dan lingkungan.

2.4. Pertanian Organik

Pertanian organik awalnya memang sudah lama berkembang sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia dengan cara tradisional. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditemukanlah metode baru yaitu penggunaan pupuk kimia sintetis, varietas unggul, pestisida, dan lainnya. Metode baru tersebut memang mendatangkan hasil yang meningkat dibandingkan cara tradisional. Metode ini dikenal dengan nama “Revolusi Hijau” di Indonesia. Revolusi hijau semakin banyak dipraktekkan oleh petani-petani Indonesia sehingga dampak negatifnya baru dirasakan saat-saat ini, salah satunya yaitu kondisi tanah yang semakin kritis dan tidak subur akibat pencemaran bahan kimia sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena masyarakat semakin menyadari akan dampak negatif dari pemakaian bahan kimia saat budidaya tanaman pa ngan, cara tradisional yaitu pemakaian bahan alami kembali mendapat perhatian dari petani-petani maupun pelaku usaha pertanian di Indonesia. Pertanian organik adalah manajemen produksi pertanian dimana teknik budidaya yang digunakan yaitu mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi IFOAM 2005 ; FAO 2007. Menurut IFOAM 2005, terdapat empat prinsip pertanian organik. Keempat prinsip tersebut antara lain : 1 Prinsip Kesehatan dimana pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan ; 2 Prinsip Ekologi dimana pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan ; 3 Prinsip Keadilan dimana pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama ; 4 Prinsip Perlindungan dimana pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Namun, terdapat dua pengertian pertanian organik yang berkembang di Masyarakat Indonesia saat ini, yaitu pertanian organik dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti luas adalah sistem pertanian yang masih boleh menggunakan bahan kimia sintetis sesuai peraturan yang berlaku dan tidak mengandung residu pestisida pada produknya, sedangkan dalam arti sempit adalah sistem pertanian yang sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan bahan kimia sintetis, hanya bahan organik yang diperbolehkan.

2.5. Kinerja