instansi terkait guna membantu mendukung ketersediaan data. Seluruh data sekunder digunakan untuk melihat bagaimana kondisi pertanian di Indonesia dan
perkembangan pertanian organik. Data yang dibutuhkan adalah data time series, yaitu luas lahan untuk pertanian organik dan perkiraan emisi gas CH
4
dari lahan sawah di Indonesia. Data tersebut menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan.
4.3. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya dalam
penentuan kesimpulan penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling, yaitu metode yang tidak memberikan peluang yang
sama terhadap seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel. Penentuan sampel pertama kali dalam analisis rantai pasok beras organik dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu Tani Sejahtera Farm. Kemudian, sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling dimana sampel
diperoleh berdasarkan informasi dari responden sebelumnya yaitu Tani Sejahtera Farm dengan mengikuti alur pasok beras organik mulai dari pemasok hingga
konsumen akhir. Sampel terdiri dari anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm, seluruh petani mitra dan ritel yang memasarkan produk beras
organik kepada konsumen akhir. Seluruh sampel dalam penelitian ini berjumlah empat belas sampel, yaitu sebelas petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan dua ritel
produk organik.
4.4. Matode Pengolahan Data
Penelitian ini membutuhkan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan data sekunder. Pengolahan data kualitatif
dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networking FSCN. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan
kalkulator dan software komputer, Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif rantai pasok. Kinerja rantai pasok
diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis nilai tambah juga dilakukan untuk mengetahui kontribusi perolehan setiap
anggota dalam penciptaan pemerolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pengendalian persediaan untuk mengetahui
berapa besar ukuran-ukuran persediaan yang harus ditetapkan Tani Sejahtera Farm.
4.4.1. Analisis Deskriptif Rantai Pasok
Model rantai pasok beras organik dianalisis dengan menggunakan metode pengembangan rantai pasok yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain
Networking FSCN dari Lambert dan Cooper kemudian dimodifikasi oleh Van der Vorst Vorst 2006. Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasok dapat
dilihat pada Gambar 9. Setiap bagian dalam kerangka tersebut dianalisis secara
deskriptif tetapi tidak pada kinerja rantai. Kinerja rantai pasok akan dianalisis dan diukur secara kuantitatif melalui indikator efisiensi pemasaran dan efisiensi
pengelolaan asset.
Gambar 9. Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok
Su mbe r : Van der Vo rst 2006
Pada Kerangka FSCN, terdapat garis hubung yang menghubungi setiap elemen. Terdapat garis hubung yang satu arah dan dua arah. Garis hubung satu
arah menandakan bahwa satu elemen mempengaruhi elemen lainnya. Garis hubung dua arah menandakan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi di
antara keduanya. Misalnya antara elemen sasaran rantai pasok dan manajemen rantai pasok, sasaran yang ditetapkan sebuah rantai pasok akan mempengaruhi
bagaimana proses manajemen yang diterapkan di dalam rantai pasok. Manajemen Sasaran
Rantai Pasok
Manajemen Rantai
Pasok Struktur
Rantai Pasok
Sumber Daya Rantai Pasok
Proses Bisnis Rantai Pasok
Kinerja Rantai
Pasok
rantai pasok tidak mempengaruhi sasaran karena sasaran lebih dulu ditetapkan sebuah rantai pasok. Penerapan manajemen dalam rantai pasok akan
mempengaruhi proses bisnis yang terjadi antar anggota rantai pasok dan sebaliknya, proses bisnis yang terjadi juga akan mempengaruhi manajemen yang
bagaimana yang akan diterapkan sebuah rantai pasok. Keenam elemen dalam Kerangka FSCN yaitu :
1 Sasaran Rantai Pasok
Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model rantai pasok berlangsung terhadap produk
yang dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan seperti siapa pelanggan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam
FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam : 1 upaya segmentasi pasar, 2 kualitas yang terintegrasi, dan 3 optimalisasi rantai atau komb inasi di
antara tiga hal tersebut. Sasaran Pengembangan
Target atau objek di dalam rantai pasok yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai
pasok beras organik dirancang secara bersama oleh pelaku rantai pasok. Bentuk sasaran dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau
pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok.
2 Struktur Rantai Pasok
Struktur rantai pasok akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu 1 anggota rantai dan aliran komoditas atau menjabarkan siapa saja yang menjadi
anggota rantai pasok dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasok dan 2 entitas rantai pasok atau elemen-elemen di dalam rantai pasok
yang mampu menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemen- elemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder, dan situasi
persaingan. 3
Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur
manajemen dalam jaringan rantai pasok yang memfasilitasi proses
pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasok dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam rantai pasok guna
meningkatkan kinerja rantai pasok. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam
rantai pasok. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasok dan memiliki
kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu dikaji adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual dan sistem
transaksi, dukungan pemerintah serta kolaborasi rantai pasok. 4
Sumber Daya Rantai Pasok Setiap anggota rantai pasok memiliki potensi sumber daya untuk
mendukung upaya pengembangan rantai pasok. Sumber daya rantai yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, manusia, dan permodalan.
5 Proses Bisnis Rantai Pasok
Proses bisnis rantai pasok menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasok dalam rangka mengetahui apakah keseluruhan alur rantai
pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak serta menjelaskan
bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai pasok dapat
ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasok, pola distribusi, anggota rantai pendukung, perencanaan kolaboratif,
penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan.
6 Kinerja Rantai Pasok
Setelah kelima elemen sebelumnya dianalisis secara deskriptif, kinerja rantai pasok kemudian dinilai untuk mencapai tujuan akhir rantai pasok,
yaitu memenuhi kepuasan konsumen dan memuaskan seluruh anggota rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan
pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset.
4.4.2. Pengukuran Kine rja Rantai Pasok 4.4.2.1 Efisiensi Pemasaran
Analisis efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi dalam rantai pasok karena di dalam rantai pasok terdapat kegiatan pemasaran
yang dapat mencerminkan tingkat efisiensi sebuah rantai pasok. Analisis efisiensi pemasaran diawali dengan identifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran beras organik. Pada penelitian kali ini, analisis efisiensi pemasaran dilakukan hanya dengan pendekatan indikator efisiensi operasional. Efisiensi
pemasaran beras organik berdasarkan indikator efisie nsi operasional dapat dilihat dari pengukuran margin pemasaran dan
farmer’s share.
Margin Pemasaran
Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran yang membuat harga produk semakin naik dan berbeda antara lembaga
pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran lainnya. Margin pemasaran mencerminkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing- masing lembaga
pemasaran. Hal tersebut dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran juga berbeda, tergantung dari fungsi pemasaran yang
dilakukan. Terdapat tiga fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan
fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan fungsi yang mencakup perpindahan hak milik barang atau jasa. Fungsi ini terdiri atas fungsi pembelian, penjualan, dan
pengumpulan. Fungsi fisik merupakan fungsi yang mencakup aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari komoditas pe rtanian. Fungsi ini
mencakup fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang mencakup aktivitas yang memperlancar
atau sebagai perantara antara fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas mencakup fungsi standardisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, dan
fungsi intelijen pasar seperti mengumpulkan, mengintepretasikan, dan menyebarkan informasi pasar.
Margin pemasaran beras organik dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dan harga beli pada setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras
organik atau penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan
keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Margin pemasaran secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut Kohls Uhl 2002 :
Mi = Psi – Pbi
Mi = Ci + πi Psi
– Pbi = Ci + πi Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke- i adalah :
Πi = Psi – Pbi – Ci Maka besarnya margin pemasaran total adalah :
MT = Σ Mi Keterangan : Mi
= Margin pemasaran pada pasar tingkat ke- i Psi
= Harga jual pada pasar tingkat ke-i Pbi
= Harga beli pada pasar tingkat ke-i Ci
= Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i Πi
= Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i MT
= Margin total i
= 1, 2, 3, ….., n
Farmer’s Share Farmer’s share merupakan indikator efisiensi pemasaran yang diukur
untuk mengetahui apakah bagian yang diterima oleh petani sesuai atau tidak dengan harga yang dibayar konsumen akhir.
Farmer’s share berkebalikan dengan margin pemasaran. Jika margin pemasaran rendah, maka bagian yang diterima
oleh petani atau farmer’s share tinggi dan sebaliknya. Secara matematis, farmer’s
share dirumuskan sebagai berikut Kohls Uhl 2002 : Fs =
x 100 Keterangan : Fs
= Farmer’s share
Pf = Harga di tingkat petani
Pr = Harga yang dibayar konsumen akhir
Setelah nilai farmer’s share diketahui, efisiensi pemasaran rantai pasok
beras organik dapat diketahui. Kemudian, kinerja lainnya diukur melalui metrik lainnya seperti inventory turnover, inventory days of supply, dan cash to cash
cycle time. Ketiga metrik tersebut hanya diukur pada Tani Sejahtera Farm saja
karena anggota rantai pasok yang menjadi sentra dalam penelitian ini adalah Tani Sejahtera Farm.
4.4.2.2. Efisiensi Pengelolaan Asset
Efisiensi pengelolaan asset rantai pasok merupakan salah satu atribut pengukuran kinerja dalam metrik SCOR Supply Chain Operations Reference.
Terdapat dua kategori dalam metrik SCOR, yaitu sisi pelanggan dan sisi internal. Dalam penelitian ini, hanya sisi internal saja yang dianalisis karena jika dianalisis
dari sisi pelanggan, produk akhir beras organik yang diterima pelanggan bukan berasal dari satu pemasok saja, tetapi berasal dari banyak pemasok sementara
fokus atau sentra rantai pasok beras organik dalam penelitian ini adalah sebuah badan usaha yang berperan sebagai pemasok beras organik sehingga hasil analisis
menjadi kurang sesuai. Atribut efisiensi pengelolaan asset berada dalam sisi internal. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menganalisis efisiensi pengelolaan
asset pada anggota rantai pasok yang menjadi fokus atau sentra rantai pasok beras organik.
Inventory Turnover
Metrik ini mengukur frekuensi perputaran persediaan yang telah digantikan selama periode waktu tertentu dan menjelaskan berapa kali suatu aset
bisa digunakan untuk meperoleh profit atau revenue. Menurut Russell dan Taylor 2000, inventory turnover diperoleh dengan membagi biaya penjualan produk
cost of good sold dengan rata-rata nilai keseluruhan persediaan average aggregate value of inventory. Besar biaya penjualan produk tidak termasuk
diskon atau mark up, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan persediaan merupakan jumlah nilai semua barang yang terdapat dalam persediaan. Kinerja rantai pasok
dikatakan lebih baik apabila nilai inventory turnover semakin kecil. Berikut adalah perhitungan inventory turnover secara matematis Russell Taylor 2000
Inventory Turnover =
Inventory Days of Supply
Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu hari. Inventory days of supply adalah lamanya rata-rata dalam hari suatu perusahaan
bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Kinerja rantai pasok dikatakan bagus apabila mampu memutar asset
dengan cepat. Dengan demikian, semakin pendek inventory days of supply, semakin bagus pula kinerja rantai pasok. Perhitungan inventory days of supply
dapat dilihat di bawah ini Russell Taylor 2000. Inventory days of supply =
vera e re ate alue of nventory S hari
Cash to Cash Cycle Time
Metrik ini mengukur kecepatan rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan, semakin bagus bagi
rantai pasok. Perusahaan yang bagus memiliki cash to cash cycle time yang pendek. Ada tiga komponen dalam perhitungan ini, yaitu :
1 Average days of account receivable dalam hari merupakan ukuran
seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima. 2
Average days of account payable dalam hari merupakan ukuran kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk materialba han baku
yang sudah diterima. 3
Inventory days of supply dalam hari. Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time menurut Pujawan 2005.
Cash to cash cycle time = inventory days of supply + average days of account receivable
– average days of account payable
4.4.3. Analisis Nilai Tambah
Nilai tambah diukur berdasarkan pada pernyataan Chopra dan Meindl 2004 yang menyatakan bahwa tujuan sebuah rantai pasok adalah
memaksimalkan nilai yang diperoleh rantai pasok. Nilai merupakan selisih dari pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan seluruh anggota dalam
rantai pasok. Namun, mengukur nilai rantai pasok beras organik secara
keseluruhan akan menimbulkan double counting karena nilai dari setiap anggota rantai pasok dijumlahkan. Oleh karena itu, nilai tidak diukur dalam penelitian ini
dan nilai tambahlah yang diukur. Nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik akan diukur dan
dianalisis dalam penelitian ini. Hasil nilai tambah mencerminkan nilai ekonomis yang diperoleh anggota rantai pasok beras organik keseluruhan. Metode yang
digunakan dalam mengukur nilai tambah rantai pasok beras organik adalah metode hasil pemikiran Balk yang disebut
the firm’s value added. Metode ini digunakan karena tidak akan menimbulkan double counting dalam pengukuran
nilai tambah rantai pasok beras organik secara keseluruhan karena komponen yang menjadi nilai input merupakan biaya untuk input intermediate. Input
intermediate merupakan output hasil produksi oleh produsen lain. Input yang termasuk dalam jenis ini adalah material, energi, dan service. Ketiga input
tersebut tidak menjadi input yang digunakan produsen lainnya karena input tersebut hanya dapat dikonsumsi oleh produsen yang membelinya. Berbeda
dengan input modal dan tenaga kerja. Kedua input tersebut merupakan input primer karena dapat digunakan oleh dua atau lebih produsen sehingga dapat
menimbulkan double counting ketika mengukur nilai tambah seluruh anggota rantai pasok. Selain itu, Metode Balk juga digunakan karena terdapat penjelasan
mengenai komponen apa saja yang menyusun nilai- nilai dalam rumus perhitungan, khususnya nilai input. Adapun rumus perhitungan nilai tambah yang
diciptakan oleh setiap anggota rantai pasok beras organik Balk 2002 : VA
it
= Keterangan :
VA = Value Added Rp w = Harga input Rp
p = Harga output Rp x
= Jumlah input kg y = Jumlah output kg
E = Energy cost Rp i
= Pelaku usaha ke- i M = Material cost Rp
t = Periode ke-t
S = Service cost Rp Pengukuran nilai tambah dilakukan dalam satu tahun. Perkalian harga
output p dan jumlah output y merupakan nilai output. Output yang dimaksud
merupakan produk sedang dalam proses dan produk jadi Brunton Trickett 2007. Jumlah keseluruhan dari hasil perkalian jumlah input x dan biaya energi
E, perkalian jumlah input x dan biaya material M serta perkalian jumlah input x dan biaya service S merupakan nilai input. Selisih dari nilai output dan
nilai input disebut nilai tambah. Biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input energi dalam produksi seperti bensin, air, listrik, dan lainnya.
Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan atas konsumsi bahan baku pada proses produksi, sedangkan biaya service adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memperbaiki peralatan yang digunakan selama produksi berlangsung atau juga dapat dikatakan biaya pemeliharaan.
4.4.4. Analisis Pengendalian Persediaan
Menurut Chopra dan Meindl 2004, ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan, yaitu berdasarkan kondisi permintaan yang stabil
dan kondisi permintaan yang fluktuatif. Pada kondisi permintaan yang stabil, permintaan dari konsumen diketahui dan selalu konstan, sedangkan pada kondisi
permintaan yang fluktuatif, permintaan berubah- ubah dan tidak diketahui. Berdasarkan kondisi permintaan yang fluktuatif, terdapat dua kebijakan pengisian
kembali persediaan, yaitu continuous review dan periodic review. Perbedaan mendasar antara kedua kebijakan tersebut terletak pada acuan
yang dipakai dalam melakukan pemesanan. Kebijakan pertama yaitu continuous review yang menetapkan jumlah pesanan selalu konstan dan jangka waktu antara
pesanan berubah-ubah karena permintaan yang berfluktuasi. Pada kebijakan yang kedua yaitu periodic review, pemesanan dilakukan setiap waktu dengan jangka
waktu pengecekan persediaan yang sama kemudian langsung dilakukan pemesanan dan jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan pada t itik
waktu tersebut atau berubah-ubah karena kondisi permintaan yang fluktuasi. Pengendalian persediaan di Tani Sejahtera Farm dan ritel-ritel produk
organik akan dianalisis terlebih dahulu, kondisi permintaan mana yang dihadapi dan kebijakan mana yang digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Kedua kondisi
permintaan dan kebijakan tersebut akan membahas model- model yang berbeda.
ESC = 1-frQ Berikut adalah model- model berdasarkan kondisi permintaan dan kebijakan yang
digunakan Chopra Meindl, 2004 : 1
Kondisi permintaan stabil : a
Economic Order Quantity EOQ EOQ =
b Total Biaya Tahunan Total Annual Cost
TC = Annual Material Cost + Annual Order Cost + Annual Holding Cost TC = CD +
Keterangan : EOQ atau Q = Jumlah pemesanan optimum unit D
= Jumlah permintaan per tahun unittahun S
= Biaya pemesanan Rppemesanan h
= Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per unit
C = Biaya produksi per unit Rpunit
2 Kondisi permintaan fluktuatif
a Continuous Review
Safety Stock SS ditentukan oleh nilai product fill rate yang telah ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan. Nilai SS ditentukan
dengan menentukan
nilai ESC Expected Shortage per
Replenishment Cycle terlebih dahulu, kemudian menggunakan alat GOAL SEEK pada software Ms.Excel dengan metode trial and
error hingga nilai SS ditemukan sesuai dengan nilai product fill rate yang ditentukan.
ESC = SS [1-NORMDIST SS
L
, 0,1,1] +
L
NORMDIST SS
L
, 0,1,0
L
=
D
Keterangan : fr = Product fill rate
Q = Jumlah pesanan
L
= Standar deviasi permintaan selama lead time
D
= Standar deviasi permintaan
L = Lead time
Reorder Point ROP ROP = SS + DL
Keterangan : SS = Safety Stock D
= Rata-rata permintaan per periode L
= Lead time b
Perodic Review Safety Stock SS ditentukan oleh nilai cycle service level yang
ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan pihak perusahaan. Perhitungan SS menggunakan software Ms.Excel. Hampir serupa
dengan model continuous review, namun berbeda pada standar deviasi. Nilai standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan
permintaan selama jangka waktu antara pengecekan yang langsung dilakukan pemesanan dan lead time.
SS =
T+L
T +L
=
D
Keterangan : CSL = Cycle Service Level
T +L
= Standar deviasi permintaan jangka waktu pengecekan dan pemesanan serta lead time
T = Review Interval
L = Lead time
D
= Standar deviasi permintaan Order Up to Level OUL
OUL = D
T +L
+ SS D
T +L
= T+LD Keterangan : D
T +L
= Rata-rata permintaan selama periode T+L SS = Safety Stock
T = Jangka waktu pengecekan dan pemesanan
L = Lead time
D = Rata-rata permintaan per periode
V GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK TANI SEJAHTERA FARM
Rantai pasok beras organik pada Tani Sejahtera Farm mengalirkan beras organik dari petani mitra menuju Tani Sejahtera Farm. Dari Tani Sejahtera Farm,
ada beras organik yang mengalir ke ritel produk organik dan ada juga yang langsung mengalir ke konsumen akhir. Rantai pasok beras organik terdiri dari
beberapa petani mitra, Tani Sejahtera Farm, ritel produk organik, dan konsumen akhir. Seluruh anggota rantai pasok beras organik menjadi responden dalam
penelitian ini dengan berbagai karakter yang berbeda satu sama lain.
5.1. Gambaran Umum Petani Mitra
Terdapat sebelas petani responden sebagai mitra Tani Sejahtera Farm. Kesebelas petani ini membudidayakan padi dengan sistem organik yang kemudian
dijual kepada Tani Sejahtera Farm. Tahun 2006 menjadi langkah awal pengalaman usahatani petani responden dengan Tani Sejahtera Farm dan sudah
membudidayakan padi dengan sistem organik sejak tahun tersebut secara bersama-sama karena lebih meminimalkan biaya produksi dibandingkan sistem
konvensional. Awalnya, hanya tiga petani yang bermitra dengan Tani Sejahtera Farm, kemudian jumlah petani yang bermitra semakin bertambah hingga sebe las
petani. Petani responden ini selanjutnya dikaji dalam beberapa karakteristik, yaitu usia, status kepemilikan lahan, luas lahan, pendidikan formal, pengalaman bertani,
dan usaha sampingan yang diusahakan para petani. Setiap petani responden memiliki tenaga kerja berjumlah antara satu
hingga tiga pekerja upahan yang berjenis kelamin wanita. Tidak ada pekerja berjenis kelamin pria yang dipekerjakan karena pekerjaan untuk pria dilakukan
sendiri oleh setiap petani dan biasanya setiap petani mitra saling membantu satu sama lain. Selama budidaya padi organik, tenaga kerja wanita bertugas menyemai,
menanam bibit padi, mencabut gulma, dan merontokkan gabah secara manual menggebot, sedangkan para petani mengolah lahan dengan traktor, memberi
pupuk organik cair dan ZPT Zat Pengatur Tumbuh organik, mengatur pengairan, dan panen.
Usahatani padi organik petani responden sudah bersifat komersial karena tujuan utama membudidayakan padi oganik adalah untuk memperoleh profit dan
juga sebagai pekerjaan utamanya. Dari sisi usia, rentang usia petani responden cukup panjang yaitu dari usia 32 hingga 53 tahun dengan usia 42 tahun yang
paling banyak. Rentang usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Usia tahun Jumlah Petani orang
Persentase 31-35
3 27,27
36-40 2
18,19 41-45
3 27,27
46-50 51-55
3 27,27
Jumlah 11
100 Luas lahan yang dimiliki setiap petani responden berbeda, rentang luas
lahan sebesar 0,1 hingga 1 hektar. Sebaran luas lahan para petani dapat dilihat pada Tabel 5. Hampir seluruh lahan petani berstatus garapan, hanya satu petani
saja yang memiliki lahan sendiri. Menurut Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2003, tanah garapan adalah sebidang tanah ya ng sudah atau
belum dilekati dengan suatu hak yang dikerjakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain baik dengan persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau
tanpa jangka waktu tertentu. Pemilik lahan pada umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Status garapan petani sudah diketahui pemiliknya namun, para pemilik
tidak mempermasalahkannya sehingga pendapatan yang dihasilkan dari usahatani padi organik menjadi milik para petani.
Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan ha
Jumlah Petani orang Persentase
0,1 – 0,3
6 54,5
0,31 – 0,5
2 18,2
0,51 – 0,7
0,71 – 1
3 27,3
Jumlah 11
100 Tingkat pendidikan formal seluruh petani responden tergolong rendah
yaitu hanya sampai pada tingkat SD. Pendidikan yang diterima oleh petani secara formal masih kurang. Para petani mengandalkan pengalaman bertani yang
diperoleh selama hidupnya dalam mengusahakan padi organik. Lamanya pengalaman bertani dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi petani karena dari
setiap musim tanam awal budidaya, setiap kejadian yang berbeda pernah dialami petani, mulai dari gagal panen hingga berhasil. Sebaran waktu pengalaman bertani
yang diperoleh oleh para petani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani
Pengalaman Usahatani tahun Jumlah Petani orang
Persentase 1 - 2
2 18,2
3 – 4
3 27,2
5 – 6
4 36,4
7 – 8
2 18,2
Jumlah 11
100 Selain mengusahakan padi organik, beberapa petani responden juga
mngusahakan usaha lainnya baik di bidang pertanian maupun non pertanian. Pada umumnya, para petani mengusahakan tanaman buah, yaitu jambu biji dan jambu
jamaika. Selain itu, petani responden lainnya mengusahakan di bidang peternakan dan berdagang. Terdapat pula petani responden yang hanya mengusahakan padi
organik saja. Petani yang hanya mengusahakan padi organik adalah petani yang memiliki luas lahan sawah sebesar 1 hektar. Adapun jumlah peta ni responden
yang mempunyai usaha selain padi organik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Usaha Petani Responden Selain Padi Organik
Petani Jenis Usaha
Jumlah Usaha
Peternakan Tanaman
buah Perdagangan
Petani A -
- -
Petani B -
-
1 Petani C
- -
1
Petani D -
-
1 Petani E
-
2
Petani F
-
2 Petani G
-
- 1
Petani H
- -
1 Petani I
-
- 1
Petani J -
- -
Petani K
- -
1 Jumlah Petani
3 orang 5 orang
3 orang Terlihat pada Tabel 7, jenis usaha yang diusahakan oleh petani responden
dengan jumlah yang paling banyak adalah usaha tanaman buah jambu biji dan
jambu jamaika. Lahan tanaman kedua jenis jambu ini bersebelahan tepat disamping lahan sawah milik petani responden. Jambu-jambu ini juga diusahakan
dengan sistem organik.
5.2. Gambaran Umum Tani Sejahte ra Farm 5.2.1. Sejarah dan Perke mbangan