Jarak ke Fasilitas Kesehatan

Peningkatan ketersediaan dan aksesibilitas penyedia layanan kesehatan, khususnya bidan di desa sebagai penolong persalinan juga perlu dilakukan. Pemerataan bidan di desa di setiap desa serta perbaikan infrastruktur jalan dan transportasi diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

6.3.7 Jarak ke Fasilitas Kesehatan

Aksesibilitas fasilitas kesehatan merupakan sumber daya pendukung bagi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan Andersen, 1995. Salah satu komponen yang memudahkan aksesibilitas seseorang terhadap fasilitas kesehatan adalah jarak yang ditempuh untuk mencapai fasilitas kesehatan. Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa penduduk di daerah rural menghadapi masalah yang lebih besar terhadap jarak ke fasilitas kesehatan dibandingkan penduduk di daerah urban masing-masing 14 dan 7,3 BPS, BKKBN, Kemenkes RI, dan ICF International, 2013. Berdasarkan hasil penelitian, hanya sedikit wanita yang pernah melahirkan di daerah rural pada tahun 2011-2012 memiliki masalah terhadap jarak ke fasilitas kesehatan 15,3. Pemanfaatan pelayanan nifas lebih rendah terjadi pada wanita yang memiliki masalah terhadap jarak ke fasilitas kesehatan 77,8 dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki masalah dengan jarak ke fasilitas kesehatan 87. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur dengan p-value sebesar 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oluwaseyi 2013 dan Eliakimu 2010 bahwa aksesibilitas atau jarak ke pelayanan kesehatan secara signifikan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan nifas. Penelitian Kim, dkk. 2013 juga menemukan bahwa 36 wanita Kamboja menyatakan bahwa jarak ke fasilitas kesehatan menjadi kendala terbesar bagi mereka untuk memanfaatkan pelayanan nifas. Ketika lokasi fasilitas kesehatan berada jauh dari masyarakat, maka akses terhadap fasilitas tersebut menjadi suatu masalah Ugboaja, dkk., 2013. Oleh sebab itu, pemanfaatan pelayanan kesehatan lebih tinggi ketika jarak bukan menjadi masalah yang berarti Kim, dkk., 2013. Lokasi pelayanan nifas yang jauh dan kondisi jalanan atau geografis daerah yang sulit ditempuh dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan pelayanan nifas. Hal ini sejalan dengan Eliakiwlimu 2010 bahwa adanya faktor jumlah pelayanan kesehatan yang tersedia dan lokasi geografisnya, serta akses jalan menuju ke sana memengaruhi wanita dalam memanfaatkan pelayanan nifas. Penelitian Islam dan Odland 2011 menemukan bahwa 56,4 wanita tidak datang ke pelayanan nifas karena lokasi pelayanan kesehatan yang terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Wanita yang bertempat tinggal kurang dari 8 km dari pusat pelayanan kesehatan menerima pelayanan nifas lebih tinggi daripada mereka yang berada lebih jauh dari pusat pelayanan. Jangkauan pelayanan kesehatan yang mudah memungkinakan pemanfaatan pelayanan nifas sebesar 7,388 kali lebih tinggi daripada jangkauan pelayanan kesehatan yang sulit Fitria dan Puspitasari, 2011. Jarak ke fasilitas kesehatan yang jauh tidak hanya menjadi satu masalah yang dihadapi di daerah rural. Titaley, dkk. 2010 menemukan bahwa di Jawa Barat, masalah jarak fasilitas kesehatan yang jauh, kondisi jalan yang buruk, terbatasnya waktu untuk pergi, dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang tersedia, khususnya di daerah terpencil, menjadi kendala bagi wanita hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal, persalinan di fasilitas kesehatan hingga pemanfaatan pelayanan nifas. Jarak ke pelayanan kesehatan terdekat dengan kondisi jalan yang buruk menyebabkan mereka harus berjalan selama 2 jam. Situasi menjadi lebih buruk selama musim hujan ketika jalan licin. Permasalahan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan di Indonesia juga telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya D‟Ambruoso, dkk., 2008. Pada tahun 2001-2010, jumlah kendaraan di Indonesia meningkatkan tiga kali lipat. Namun, jalan nasional yang melayani lebih dari sepertiga dari lalu lintas kendaraan hanya tumbuh seperempat saja. Kesenjangan pertumbuhan infrastruktur trasnportasi ini semakin besar antara daerah urban dan rural. Tingkat infrastruktur transportasi dan jalan di daerah rural Papua-Maluku lebih rendah dibandingkan daerah lainnya, khususnya Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Lebih dari 20 jalan di Kalimantan dan Maluku telah rusak. OECD, 2013 Meskipun jarak ke fasilitas kesehatan merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat daerah rural, hal ini tidak seharusnya menjadi hambatan bagi mereka untuk memanfaatkan pelayanan nifas. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur jalan dan transportasi perlu dilakukan sesuai kondisi daerah masing-masing. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

6.3.8 Komplikasi Persalinan