dalam kurikulum pendidikan formal juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memberikan pengetahuan sejak dini kepada pelajar
tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi pada masa kehamilan hingga masa nifas.
Selain itu, perlu adanya peningkatan peran pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya pemanfaatan pelayanan nifas, melalui program promosi kesehatan atau penyuluhan, khususnya kepada wanita yang tidak
bersekolah. Program berbasis masyarakat atau komunitas juga sebaiknya dilakukan berupa pelatihan kepada kader-kader kesehatan
setempat tentang pendidikan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya potensial yang terkait dengan
kehamilan dan pentingnya memanfaatkan pelayanan nifas.
6.3.2 Urutan Kelahiran
Nomor urut kelahiran anak memiliki hubungan yang kuat dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal, seperti pelayanan antenatal,
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, persalinan di fasilitas kesehatan hingga pelayanan nifas. Wanita yang memiliki anak lebih
banyak biasanya berdampak pada peningkatkan tanggung jawab secara fisik dan materi sehingga hanya memiliki waktu dan sumber finansial
yang sedikit untuk menjaga atau merawat kesehatan diri sendiri Adamu, 2011.
Pada penelitian ini, wanita yang melahirkan anaknya yang pertama hingga ketiga lebih banyak memanfaatkan pelayanan nifas
dibandingkan wanita yang melahirkan anaknya yang keempat atau lebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki anak
dengan urutan kelahiran besar cenderung akan lebih sedikit memanfaatkan pelayanan nifas. Namun, hasil uji statistik menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara urutan kelahiran dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur dengan p-
value sebesar 0,085. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Islam dan Odland
2011 yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara urutan kelahiran dengan pemanfaatan pelayanan nifas.
Bahkan pemanfaatan pelayanan nifas lebih tinggi terjadi pada ibu yang melahirkan anak kedua dan ke empat dibandingkan anak pertama dan
ketiga. Fort, dkk 2006 juga menemukan bahwa pada kelahiran non- fasilitas kesehatan, pemafaatan pelayanan nifas lebih tinggi terjadi pada
ibu yang melahirkan anak ke-5 atau lebih dibandingkan anak dengan urutan kelahiran kecil.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Adamu 2011, Singh, dkk. 2012, dan Khanal, dkk. 2014 yang menemukan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara urutan kelahiran dengan pemanfaatan pelayanan nifas. Khanal, dkk 2014 menemukan bahwa
tingginya pemanfaatan pelayanan nifas terjadi pada kelahiran anak
pertama 61,8 dan kedua atau ketiga 41,2. Begitu juga dengan Singh, dkk. 2012 yang menemukan bahwa tingginya pemanfaatan
pelayanan nifas terjadi pada kelahiran anak pertama 37,4 dan kedua atau ketiga 32,8. Tingginya pemanfaatan pelayanan nifas pada anak
pertama disebabkan karena wanita lebih berhati-hati tentang kehamilan pertamanya dan cenderung memiliki kesulitan selama persalinan
Singh, dkk., 2012. Tidak adanya hubungan pada penelitian ini dimungkinkan terjadi
karena sebagian besar responden ditolong oleh tenaga kesehatan dan kemudian mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah
persalinan. Berdasarkan hasil penelitian, wanita dengan urutan kelahiran ke-1 dan ke-2 hingga 3 telah ditolong oleh tenaga kesehatan
saat bersalin sebesar 92,3 dan 84,9. Dari persentase tersebut, sebanyak 90,8 dan 89,9 di antaranya telah mendapatkan
pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Tingginya persentase ini tidak jauh berbeda dengan persentase pada urutan kelahiran yang
lebih besar. Wanita dengan urutan kelahiran ke-4 hingga 5 atau ke-6 atau lebih telah ditolong oleh tenaga kesehatan saat bersalin sebesar
79,9 dan 75,9. Dari persentase tersebut, sebanyak 88,2 dan 88,3 di antaranya telah mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah
persalinan. Wanita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat persalinan akan
mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Salah
satu standar pelayanan di fasilitas kesehatan dasar oleh tenaga kesehatan adalah memeriksa kesehatan ibu secara rutin selama 2 jam
pertama pasca persalinan Kemenkes, 2013. Syarifudin dan Hamidah 2009 juga menyebutkan bahwa tugas bidan sebagai salah satu tenaga
kesehatan adalah melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Bidan juga bertugas memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan
minggu ke-6 setelah persalinan. Meskipun hasil uji statistik menemukan tidak ada hubungan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin besar urutan kelahiran maka semakin tinggi pemanfaatan pelayanan nifas. Oleh karena itu,
intervensi pada kebijakan dan program peningkatkan kesehatan ibu melalui pelayanan nifas sebaiknya lebih difokuskan pada kelompok
wanita yang memiliki pengalaman melahirkan lebih banyak, yaitu dengan cara peningkatkan promosi pelayanan nifas.
6.3.3 Kunjungan Pelayanan Antenatal ANC