Tabel 5.24 Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Nifas Pada WUS di Daerah Rural Indonesia Tahun 2011-2012
Penolong Persalinan
Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Total P-
value Ya
Tidak n
n n
Tenaga kesehatan
1619 90,0
180 10,0 1799 100
0,000 Non-tenaga
kesehatan 154
56,4 119
43,6 273
100
5.2.7 Hubungan Jarak ke Fasilitas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Nifas
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur,
diperoleh bahwa pemanfaatan pelayanan nifas lebih rendah terjadi pada responden yang memiliki masalah dengan jarak ke fasilitas kesehatan
77,8 dibandingkan responden yang tidak memiliki masalah dengan jarak ke fasilitas kesehatan 87.
Tabel 5.25 Hubungan Jarak ke Fasilitas Kesehatan dengan Pemanfaatan
Pelayanan Nifas Pada WUS di Daerah Rural Indonesia Tahun 2011-2012
Jarak ke Fasilitas
Kesehatan Pemanfaatan Pelayanan
Nifas Total
P- value
Ya Tidak
n n
n
Masalah 246
77,8 70
22,2 316
100 0,000
Bukan masalah
1527 87,0
229 13,0 1756 100
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 atau ≤ 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada
wanita usia subur di daerah rural Indonesia.
5.2.8 Hubungan Komplikasi Persalinan dengan Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara komplikasi persalinan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur, diperoleh
bahwa pemanfaatan pelayanan nifas pada responden yang mengalami komplikasi persalinan dengan yang tidak mengalami komplikasi
persalinan relatif sama, yaitu 85,5 dan 84,9.
Tabel 5.26 Hubungan Komplikasi Persalinan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Nifas Pada WUS di Daerah Rural Indonesia Tahun 2011-2012
Komplikasi Persalinan
Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Total P-
value Ya
Tidak n
n n
Ya 767
85,5 120
13,5 887
100 0,343
Tidak 1005
84,9 179
15,1 1185 100
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,343 atau 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara komplikasi persalinan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur di daerah rural Indonesia.
122
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan penelitian. Pertama, hasil ukur pada variabel kuintil kekayaan
yang didapatkan oleh peneliti merupakan hasil yang sudah diolah oleh ICF Inner City Fund Marco milik U.S Agency International Development
USAID. ICF Marco membagi kuintil kekayaan menjadi 5 macam, yaitu terbawah, menengah bawah, menengah, menengah atas dan teratas. Namun,
peneliti tidak mengetahui besarnya interval skor masing-masing kategori kuintil kekayaan tersebut sehingga tidak diketahui pada kondisi seperti apa
seseorang dikatakan berada pada kuintil kekayaan tertentu. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu kendala bagi peneliti dalam menganalisis dan
memberi saran terhadap pemanfaatan pelayanan nifas yang dipengaruhi oleh kuintil kekayaan.
Kedua, kemungkinan terjadinya bias informasi pada sampel yang melahirkan saat proses wawancara survei dilakukan. Hal ini dapat berdampak
pada tidak terpenuhinya syarat 3 hari sebagai masa wanita mendapatkan pemanfaatan pelayanan nifas pasca persalinan. Namun, peneliti telah
melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan membatasi