6.3.1 Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan terhadap perilaku seseorang Notoadmodjo, 2010. Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan
perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Andersen, 1995. Morreale 1998 menjelaskan bahwa pendidikan umumnya menyebabkan
tingginya pemanfataan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini, pemanfaatan pelayanan nifas tertinggi terjadi
pada wanita dengan pendidikan perguruan tinggi 90,3 dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan lebih rendah lainnya. Sedangkan
pemanfaatan pelayanan nifas paling rendah terjadi pada wanita yang tidak pernah sekolah 64,7. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yang
memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan nifas. Hasil uji statistik juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur dengan p-value
sebesar 0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Doraon 2012 dan
Ugboaja, dkk. 2013 yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingginya pendidikan ibu dengan peningkatan pemanfaatan
pelayanan nifas. Ibu yang berpendidikan menengah dan atas lebih besar kemungkinannya untuk memanfaatkan pelayanan nifas saat 24 jam
pertama setelah melahirkan Paudel, dkk., 2013.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dhaher, dkk. 2008 dan Berhe, dkk. 2013 bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan nifas. Sebaliknya, penelitian Fitria dan Puspitasari 2011 menemukan bahwa
ibu nifas yang tamat SD cenderung melaksanakan pelayanan nifas dibandingkan ibu nifas yang berpendidikan SMP dan SMA karena
kemungkinan ibu dengan pendidikan lebih tinggi merasa lebih tahu akan kondisi tubuhnya.
Adanya hubungan dalam penelitian ini diasumsikan karena pendidikan wanita memengaruhi pengetahuan mereka tentang
pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pengetahuan tentang fasilitas kesehatan ibu lebih tinggi di antara orang-orang yang
mendapatkan pendidikan formal Yar‟zever dan Said, 2013. Pengetahuan yang didapat dari pendidikan memberikan kemudahan
bagi individu dalam mengakses informasi dan memanfaatkan pelayanan untuk meningkatkan kesehatan diri sendiri dan keluarganya Higgins,
Lavin dan Metcalfe, 2008; Paudel, dkk., 2013. Kemudahan wanita berpendidikan tinggi dalam mengakses
informasi juga dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan nifas. Ibu dengan pendidikan tinggi lebih mungkin untuk berkunjung ke
pelayanan nifas karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinannya memperoleh informasi tentang risiko
kesehatan, pentingnya dan manfaat mengakses pelayanan kesehatan Khanal, dkk, 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, wanita di daerah rural Indonesia lebih banyak yang bersekolah tidak tamat SMTA 30,7 dan 66,3 di
bawah tamat SMTA. Hanya 33,6 wanita yang bersekolah hingga tamat SMTA atau perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan wanita usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan tahun 2011-2012 di daerah rural Indonesia tergolong masih rendah.
Berdasarkan SDKI tahun 2012, wanita yang tinggal di daerah rural memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan
wanita yang tinggal di daerah urban, khususnya pada tingkat pendidikan SMTA dan perguruan tinggi BPS, BKKBN, Kemenkes RI, dan ICF
International, 2013. Hal ini karena pemerataan layanan pendidikan menengah belum sepenuhnya mampu menjangkau penduduk kurang
beruntung yang disebabkan kondisi geografis misalnya daerah terpencil dan perbatasan dan kondisi sosial ekonomi Kemendikbud,
2012. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan yang belum mantap karena kurangnya kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab antar
tingkat pemerintahan pusat, provinsi dan kabupatenkota menjadi salah satu penyebab manajemen tata kelola pendidikan yang belum
efektif, khususnya dalam hal fungsi dan pendanaan. Selain dari pendidikan formal, pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dapat diperoleh dari pendidikan informal. Perilaku
masyarakat yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dapat terbentuk melalui kegiatan yang disebut pendidikan
kesehatan Maulana, 2009. Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan
sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya demi kepentingan kesehatannya Nursalam dan Efendi, 2008. Pendidikan kesehatan dapat diberikan
dalam bentuk memberikan informasi dan mendidik masyarakat tentang cara hidup yang sehat Chandra, 2009.
Informasi tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan nifas dapat disampaikan secara langsung kepada masyarakat berupa penyuluhan
atau secara tidak langsung melalui poster, media cetak dan elektronik. Pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan kesehatan ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran wanita tentang pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri setelah melahirkan melalui pemanfaatan
pelayanan nifas. Oleh karena tingginya tingkat pendidikan wanita memengaruhi
pemanfaatan pelayanan nifas setelah melahirkan, maka perlu adanya upaya memperbaiki tingkat pendidikan, salah satunya adalah dengan
cara meningkatkan pemerataan program wajib belajar minimal 9 tahun yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai di daerah
rural Indonesia. Pengintegrasian kurikulum pendidikan kesehatan ke
dalam kurikulum pendidikan formal juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memberikan pengetahuan sejak dini kepada pelajar
tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi pada masa kehamilan hingga masa nifas.
Selain itu, perlu adanya peningkatan peran pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya pemanfaatan pelayanan nifas, melalui program promosi kesehatan atau penyuluhan, khususnya kepada wanita yang tidak
bersekolah. Program berbasis masyarakat atau komunitas juga sebaiknya dilakukan berupa pelatihan kepada kader-kader kesehatan
setempat tentang pendidikan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya potensial yang terkait dengan
kehamilan dan pentingnya memanfaatkan pelayanan nifas.
6.3.2 Urutan Kelahiran