2.3.4 Kesehatan Maternal
Berdasarkan SDKI 2012, sebanyak 63 anak yang lahir dalam 5 tahum sebelum survei dilahirkan di fasilitas kesehatan, yaitu 17 di
fasilitas kesehatan pemerintah dan 46 di fasilitas kesehatan swasta. Pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk persalinan ditemui jauh lebih
tinggi di daerah rural dibandingkan di daerah urban, yaitu masing- masing 47 dan 80.
Proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis profesional di Indonesia meningkat dari 73 pada SDKI 2007 menjadi 83 pada
SDKI 2012. Namun, proporsi penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di daerah rural lebih rendah dibandingkan persentase
nasional, yaitu sebesar 74,6. Meskipun kelahiran ditolong oleh dukun bayi sudah bergeser, namun dukun bayi masih berperan penting dalam
menolong persalinan, terutama di daerah rural 20 dan ibu dengan kuintil kekayaan terendah 32.
Program pemerintah berupa bidan di desa BDD, yaitu pelatihan dan penyebaran bidan di daerah rural, secara dramatis mengurangi
kesenjangan sosial ekonomi terkait penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih Hatt, dkk., 2007. Namun, di beberapa wilayah di
daerah rural dilaporkan bahwa masyarakat sulit menjangkau bidan di desa.
Sulitnya penduduk di daerah rural dan daerah terpencil untuk menjangkau bidan di desa telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya
Makowiecka, dkk., 2007. Jika dibandingkan di daerah urban, kepadatan bidan di desa lebih rendah terjadi di daerah rural dan daerah
terpencil. Akibatnya, setiap bidan di desa sebagai penyedia pelayanan kesehatan memiliki beban tugas yang lebih besar karena jangkauan
wilayah kerja yang luas. Di sisi lain, kondisi tersebut tidak didukung oleh sarana transportasi yang memadai sehingga menyulitkan bidan di
desa untuk menjangkau wanita bersalin atau merujuknya ke rumah sakit jika terjadi komplikasi. Hal ini yang kemudian menjadi penyebab
kurang familiarnya bidan di desa di dalam kelompok masyarakat. Makowiecka, dkk. 2007 juga menemukan bahwa di provinsi
Banten, kurang dari 30 bidan di desa tinggal menetap di desa. Mereka lebih tertarik untuk tinggal di daerah urban karena dapat
mengembangkan karirnya. Sebagai tambahan penghasilan, mereka membuka klinik sendiri di daerah urban.
Karena masih tingginya penolong persalinan oleh dukun bayiparaji, salah satu upaya Kementerian Kesehatan RI untuk
mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian bayi, yaitu melalui Dinas Kesehatan Provinsi melakukan beberapa pelatihan bagi paraji
untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kehamilan dan persalinan, terutama bagaimana untuk mendeteksi kehamilan berisiko
tinggi, bagaimana untuk merujuk persalinan yang sulit, dan bagaimana untuk menangani tali pusar higienis Ambaretnani, 2012. Selanjutnya,
seorang paraji yang telah terlatih diberikan sepaket alat praktek medis
atau Dukun Kit. Paraji dianggap sebagai bagian dari keluarga di masyarakat karena peran mereka dalam menjaga kesehatan rumah
tangga sehingga tidak hanya membantu saat melahirkan, tetapi juga membantu selama masa kehamilan dan perawatan pasca persalinan.
Penelitian Sudirman dan Sakung 2012 menemukan bahwa 62,5 dukun bayi bermitra dengan bidan, yaitu dengan hadir bersama-
sama dalam menolong persalinan. Kemitraan ini sangat positif karena hubungan yang terjalin antar keduanya didasarkan pada saling
menguntungkan, saling menghargai kelemahan dan kelebihan, berkomunikasi dan memberi informasi, terutama tentang pasien yang
akan melahirkan.
2.4 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan