81
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi potong lintang cross-sectional. Studi potong-lintang merupakan studi
yang dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara paparan dan outcome yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan Bailey, dkk., 2005. Adapun
penelitian yang dilakukan adalah menganalisis data sekunder dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Survei Demografi
dan Kesehatan
Indonesia SDKI
2012 diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik BPS yang bekerja sama dengan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN dan Kementerian Kesehatan RI yang dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia
dengan lama waktu pengumpulan dan pengolahan data dari bulan Mei- Oktober 2012. Adapun analisis lanjut data SDKI 2012 dilaksanakan pada
bulan Juni-Agustus 2014 di Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah melahirkan pada tahun 2011-2012 di daerah rural
Indonesia dan tercatat dalam survei SDKI 2012. Adapun populasi tersebut yang tercatat dalam survei SDKI 2012 adalah sebanyak 2829
responden.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua sampel penelitian yang terkumpul dalam SDKI 2012, yaitu wanita wanita usia subur 15-49
tahun yang pernah melahirkan pada tahun 2011-2012 di daerah rural Indonesia dan yang terpilih serta bersedia diwawancari dalam survei
SDKI 2012. Meskipun dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
seluruh sampel terpilih dari SDKI 2012, besar sampel minimal perlu dihitung untuk memastikan bahwa jumlah sampel yang digunakan
memenuhi syarat. Besar sampel minimal dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk uji beda proporsi, yaitu Ariawan, 1998;
Dahlan,2010:
n
1 2
√2P1 P
1
√P
1
1 P
1
P
2
1 P
2 2
P
1
P
2 2
D
Keterangan: n
1
= Jumlah sampel minimal Z
1- 2
1,96 Nilai pada derajat kemakanaan sebesar 5 0,05 Z
= 0,84 Nilai Z pada kekuatan uji 1- dengan sebesar 20
P = Proporsi total = P
1
+P
2
2 P
1
= Proporsi kelompok 1 P
2
= Proporsi kelompok 2 yang bersumber dari kepustakaan Deff = Design effect, yaitu perbandingan rasio antara varians
yang diperoleh pada sampel acak kompleks dengan varians yang diperoleh jika pengambilan sampel
dilakukan secara acak sederhana Ariawan, 1998. Penulis menentukan nilai deff sebesar 2.
Dari persamaan di atas dan didasarkan pada perhitungan P
2
dari hasil penelitian terdahulu, nilai P
1
-P
2
dan deff yang ditentukan sendiri oleh penulis, di
mana jumlah sampel setiap variabel dengan 0,05, maka dapat dihitung besar sampel minimal sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Sampel untuk Setiap Variabel
No. Variabel
Peneliti P
2
P
1
– P
2
N
1. Pendidikan
Khanal, dkk 2014 26,6 10
791 2.
Urutan kelahiran Khanal, dkk 2014 36,4
10 769
3. Kunjungan ANC
Khanal, dkk 2014 11,5 10
436 4.
Kuintil kekayaan Khanal, dkk 2014 23,8
10 637
5. Tempat persalinan
Khanal, dkk 2014 14,3 10
487 6.
Penolong persalinan
Khanal, dkk 2014 9,8
10 392
7. Jarak ke fasilitas
kesehatan Kim, dkk 2013
52,6 10
769
8. Komplikasi
persalinan Paudel, dkk 2013
28,5 10
698
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, maka diperoleh besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 791 responden. Jumlah
sampel wanita wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah melahirkan pada tahun 2011-2012 di daerah rural Indonesia adalah 2829 sampel.
Karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan sampel SDKI 2012, maka jumlah sampel tersebut telah memenuhi
syarat besar sampel minimal. Cara pengambilan sampel untuk analisis lanjut SDKI 2012 adalah
total sampling dengan mengambil semua sampel penelitian yang terkumpul dalam SDKI 2012 yang merupakan wanita usia subur 15-49
tahun yang pernah melahirkan pada tahun 2011-2012 di daerah rural
Indonesia. Namun, sampel yang diketahui missing pada setiap variabel tidak masuk dalam sampel penelitian.
Berdasarkan hasil filter dan cleaning data, diketahui bahwa terdapat 757 sampel yang missing atau tidak memenuhi kriteria
sehingga sampel tersebut tidak digunakan. Oleh karena itu, jumlah sampel penelitian yang digunakan menjadi 2072 orang.
Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel
Wanita usia subur 15-49 tahun N = 45607
Tinggal di daerah rural N = 22709
Tinggal di daerah urban N = 22898
Pernah melahirkan N = 17105
Tidak pernah melahirkan N = 5604
Melahirkan tahun 2011-2012 N = 2829
Tidak melahirkan tahun 2011-2012 N = 14276
Tidak missing N = 2072
Missing N = 757
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner SDKI 2012 guna pengumpulan data determinan pemanfaatan pelayanan nifas di
daerah rural Indonesia. Adapun daftar variabel dan kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Daftar Variabel dan Kuisioner SDKI 2012
No. Variabel
Kuisioner
1. Pemanfaatan pelayanan nifas
SDKI12-WUS No. 436-440 2.
Pendidikan SDKI12-WUS No. 104-106
3. Urutan kelahiran
SDKI12-WUS No. 403 4.
Kunjungan ANC SDKI12-WUS No. 408, 410, 412
5. Kuintil kekayaan
SDKI12-RT No. 101-139 6.
Tempat Persalinan SDKI12-WUS No. 434
7. Penolong Persalinan
SDKI12-WUS No. 433 8.
Jarak ke fasilitas kesehatan SDKI12-WUS No. 1008
9. Komplikasi persalinan
SDKI12-WUS No. 432A
Pengukuran data dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut BPS, 2011:
4.4.1 Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Variabel pemanfaatan pelayanan nifas diukur berdasarkan kuisioner wanita usia subur WUS nomor 436-440. Pertanyaan yang
ditanyakan kepada responden yaitu pernah atau tidaknya mendapatkan pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan serta tempat pertama kali
mendapatkannya, yaitu apakah di fasilitas kesehatan atau setelah meninggalkan fasilitas kesehatandi rumah responden. Responden juga
ditanyakan waktu pertama kali mendapatkan pemeriksaan tersebut dan siapa yang melakukan pemeriksaan.
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel pemanfaatan pelayanan nifas menjadi 2 kategori, yaitu ya dan tidak. Jawaban ya
adalah responden yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan pertama kali dalam 3 hari pertama setelah melahirkan anak terakhirnya dengan
mendatangi pelayanan kesehatan atau didatangi oleh petugas kesehatan. Sedangkan jawaban tidak adalah responden yang mendapatkan
pemeriksaan kesehatan pertama kali saat lebih dari 3 hari pertama setelah melahirkan anak terakhirnya atau tidak pernah mendapatkan
pemeriksaan kesehatan dengan mendatangi pelayanan kesehatan atau didatangi oleh petugas kesehatan.
4.4.2 Pendidikan
Variabel pendidikan diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 104-106. Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden adalah jenjang
pendidikan yang
pernahsedang diduduki
responden tanpa
memperhatikan apakah responden menyelesaikan pendidikannya. Misalnya, responden pernag duduk di Sekolah Menengah Pertama kelas
1 hanya selama 2 minggu kurang dari 1 tahun, maka jenjang pendidikan repsonden adalah SMP.
Pada pertanyaan berikutnya, responden diwawancara tentang kelastingkat tertinggi yang diselesaikan oleh responden pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Jika responden pernahsedang berada saat kurang dari 1 tahun pertama, maka ditulis 0 tahun pertama pada
kotak. Jika responden menamatkan tingkat pendidikan tertentu dan tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, maka ditulis 7 tamat.
Jika tidak tahu, maka ditulis 8 tidak tahu pada kotak. Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel pendidikan
sesuai dengan kategori pada SDKI 2012. Terdapat 6 kategori pendidikan, yaitu tidak bersekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak
tamat SMTA, tamat SMTA dan Perguruan tinggi.
4.4.3 Urutan Kelahiran
Variabel urutan kelahiran diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 403. Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden adalah
nomor urut kelahiran anak terakhir berdasarkan riwayat kelahiran dari semua anak yang pernah dilahirkan oleh responden.
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel urutan kelahiran sesuai dengan kategori pada SDKI 2012. Terdapat 4 kategori
urutan kelahiran, yaitu urutan kelahiran 1, 2-3, 4-5 dan 6 atau lebih.
4.4.4 Kunjungan Pelayanan Antenatal ANC
Variabel kunjungan pelayanan antenatal ANC diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 408, 410 dan 412. Pertanyaan yang ditanyakan
kepada responden adalah pemeriksaan kandungan dan kesehatan ibu
oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan di sini hanya yang berhubungan dengan kehamilan, tidak termasuk pemeriksaan lain. Pada umumnya
pemeriksaan dilakukan di sarana kesehatan, tetapi mungkin juga di rumah responden. Responden yang memeriksakan kehamilannya
kemudian ditanya siapa saja orang yang memeriksanya. Responden juga ditanya mengenai tempat pemeriksaan kehamilan yang paling
sering dikunjungi dan jumlah pemeriksaan kehamilannya selama mengandung.
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel kunjungan ANC sesuai dengan kategori pada SDKI 2012. Terdapat 4 kategori
kunjungan ANC, yaitu tidak berkunjung ke ANC, berkunjung 1 kali, 2- 3 kali dan 4 kali atau lebih.
4.4.5 Kuintil Kekayaan
Variabel kuintil kekayaan diukur berdasarkan kuisioner rumah tangga RT. Kuintil kekayaan berasal dari indeks kekayaan yang
dihitung berdasarkan akumulasi dari barang-barang kepemilikan rumah tangga responden.
Indeks kekayaan dibuat dalam tiga tahap yang menempatkan perbedaan daerah perkotaan dan perdesaan menjadi lebih baik dalam
skor dan indikator kekayaan. Pada tahap pertama, sub kelompok indikator yang umum di daerah perkotaan dan perdesaan digunakan
untuk membuat skor kekayaan untuk rumah tangga di kedua wilayah
tersebut. Variabel kategorik ditransformasikan ke dalam indikator dikotomi yang terpisah 0-1. Indikator tersebut bersama variabel yang
kontinu diuji menggunakan principal components analysis untuk menghasilkan skor faktor umum untuk setiap rumah tangga.
Pada tahap kedua, skor faktor terpisah dibuat untuk rumah tangga di daerah perkotaan dan daerah perdesaan menggunakan indikator
spesifik untuk daerah tertentu. Tahap ketiga menggabungkan skor faktor spesifik daerah yang terpisah tersebut untuk menghasilkan kuintil
kekayaan gabungan yang dapat digunakan secara nasional dengan melakukan penyesuaian terhadap skor spesifik daerah tersebut melalui
penerapan regresi terhadap skor faktor umum. Ketiga tahap dalam prosedur pembentukan indeks tersebut memungkinkan indeks kekayaan
dapat diterapkan pada kedua daerah perkotaan maupun perdesaan. Hasil indeks kekayaan gabungan memiliki nilai rata-rata nol dan
standar deviasi satu. Setelah indeks dihitung, kuintil kekayaan di tingkat nasional mulai dari terendah sampai tertinggi diperoleh dengan
menerapkan skor rumah tangga pada setiap anggota rumah tangga de jure, membuat peringkat setiap penduduk berdasarkan skornya dan
selanjutnya membagi peringkat tersebut ke dalam lima kategori yang sama, masing-masing terdiri dari 20 penduduk.
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel kuintil kekayaan sesuai dengan kategori pada SDKI 2012. Terdapat 5 kategori
kuintil kekayaan, yaitu terbawah, menengah bawah, menengah, menengah atas, dan teratas.
4.4.6 Tempat Persalinan
Variabel tempat persalinan diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 434. Jika responden melahirkan di rumah sakit atau klinik, maka
ditanyakan kembali apakah sarana tersebut dikelola oleh pemerintah atau swasta. Jika responden tidak melahirkan di sarana pemerintah atau
swasta serta tidak di rumah responden atau rumah orang lain, maka ditulis lainnya. Contoh lainnya kode 96 adalah di jalan,
kendaraan, dan lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel tempat
persalinan sesuai dengan kategori pada SDKI 2012, yaitu tempat persalinan di fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dan tempat
lainnya rumah responden, rumah orang lain atau lainnya. SDKI 2012 mengelompokkan fasilitas kesehatan pemerintah meliputi rumah
sakitklikik pemerintah, puskesmaspustu, poskesdes, polindes, dan lainnya. Sedangkan fasilitas kesehaan swasta meliputi rumah sakit
swasta, rumah sakit bersalin, rumah bersalin, klinik, dokter umum praktek, dokter kandungan praktek, bidan praktek, perawat praktek,
bidan di desa dan lainnya.
4.4.7 Penolong Persalinan
Variabel penolong persalinan diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 433. Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden adalah siapa
sajakah yang menolongnya selama persalinan sehingga jawaban bisa lebih dari satu. Jika responden mengatakan tidak ada yang menolong,
yang dicatat adalah orang dewasa yang menemani di sampingnya pada saat responden melahirkan. Jika responden tidak ditolong oleh siapa
pun maka dicatat tidak ada. Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel penolong
persalinan sesuai dengan kategori pada penelitian Khanal, dkk. 2014, yaitu penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dan non-tenaga
kesehatan. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, meliputi dokter umum, dokter kandungan, perawat, bidan atau bidan desa. Sedangkan
penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan, meliputi orang lain dukun bayiparaji, temankeluarga atau lainnya atau tidak ada yang
menolong persalinan. Jika responden ditolong oleh lebih dari 1 orang, maka penolong persalinan dikategorikan pada kelompok dengan
kualifikasi yang lebih baik. Misalnya, jika responden ditolong oleh bidan dan dukun bayi saat bersalin, maka penolong persalinan dicatat
sebagai tenaga kesehatan.
4.4.8 Jarak ke Fasilitas Kesehatan
Variabel jarak ke fasilitas kesehatan diukur berdasarkan kuisioner WUS nomor 1008 yang menanyakan tentang permasalahan yang
menghalangi responden dalam melakukan perawatan atau pengobatan kesehatan ketika sedang sakit. Misalnya, apakah jarak ke fasilitas
kesehatan menjadi suatu masalah bagi responden untuk pergi ke dokter, maka lingkari kode 1 untuk jawaban masalah dan lingkari kode 2 jika
jawaban responden bukan masalah. Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan variabel tempat persalinan sesuai dengan kategori
pada SDKI 2012, yaitu masalah dan bukan masalah.
4.4.9 Komplikasi Persalinan
Variabel komplikasi persalinan diukur berdasarkan kuisoner WUS nomor 432A yang menanyakan tentang kesulitan yang dialami
responden saat melahirkan. Pada kuisioner, terdapat 6 jenis komplikasi persalinan yang ditanyakan. Masing-masing komplikasi persalinan
ditanyakan kepada responden apakah pernah mengalaminya atau tidak. Jenis-jenis komplikasi persalinan yang ditanyakan, yaitu:
a. Mulas yang kuat dan teratur Proses persalinan biasanya diawali dengan mules yang kuat
dan timbulnya teratur, mulai dengan 15 menit sekali, makin lama makin sering menjadi 2 menit sekali
disertai dengan pembukaan
leher rahim dan keluar darah campur lendir. Umumnya persalinan yang kedua dan seterusnya multigravida, bayi akan lahir dalam
waktu kurang dari 12 jam setelah tanda-tanda proses persalinan
dimulai. Persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam disebut
persalinan lama. Pada ibu-ibu yang baru pertama kali melahirkan
primigravida biasanya mules kuat teratur sampai dengan
melahirkan kurang dari 18 jam. Apabila lebih dari 18 jam maka dikatakan
persalinan lama. b. Perdarahan lebih banyak
Kondisi ini terjadi jika perdarahan yang melebihi 500 cc dalam 24 jam setelah anak lahir perdarahan postpartum atau membasahi
lebih dari 3 potong kain sarung yang bekas sudah pernah dipakai. c. Suhu badan tinggi dan atau mengeluarkan lendir berbau
Kondisi ini terjadi jika ibu yang melahirkan mengalami demam dengan suhu badan tinggi 38
C atau lebih dan keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina; baunya tidak sedap, warna dan
kepekatannya berbeda dengan yang biasa. d. Kejang dan pingsan
Kondisi ini terjadi jika kakunya seluruh otot-otot, wajah kaku, tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernafasan
terhenti, muka pucat, dan lidah dapat tergigit, ini berlangsung
kurang lebih 30 detik, kemudian disusul dengan semua otot kontraksi berulang-ulang dalam tempo cepat, mulut membuka dan
menutup, lidah terjepit, bola mata menonjol dan dari mulut keluar ludah berbusa, muka pucat dan penderita menjadi tidak sadar,
kurang lebih 1-2 menit. Responden yang mengalami kejang saja, sudah termasuk kategori kejang dan pingsan.
e. Ketuban pecah dini Kondisi ini terjadi jika keluarnya air ketuban pecah sendiri
atau dipecahkan lebih dari enam jam sebelum anak lahir. f. Lainnya
Jika responden mengalami kesulitan lain selama persalinan. Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan komplikasi
persalinan sesuai dengan kategori pada penelitian Paudel, dkk. 2013, yaitu ya dan tidak. Kategori ya jika minimal terdapat 1 jenis
komplikasi yang dialami responden selama persalinan. Kategori tidak jika tidak terdapat minimal 1 jenis komplikasi yang dialami responden
selama persalinan.
4.5 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012 yang
didapatkan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN.
4.6 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan software komputer khusus untuk olah data. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data
adalah sebagai berikut: a. Filter, yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian.
Kegiatan filter ini dilakukan saat pengambilan sampel yang dapat dilihat pada Bagan 4.1, yaitu menghapus sampel yang tidak memenuhi kriteria.
Selain itu, filter juga dilakukan untuk menyaring data-data yang tidak berhubungan dengan keperluan analisis data determinan pemanfaatan
pelayanan nifas. Hal ini dilakukan karena data yang didapatkan oleh peneliti adalah seluruh data hasil SDKI yang tidak hanya berkaitan
dengan pelayanan nifas, namun juga masalah kesehatan lainnya. b. Cleaning, yaitu mengecek kembali kemungkinan adanya kesalahan
dalam entri data. Jika ada data yang missing pada variabel-variabel independen pendidikan, urutan kelahiran, kunjungan ANC, kuintil
kekayaan, tempat persalinan, penolong persalinan, jarak ke fasilitas kesehatan dan komplikasi persalinan terhadap variabel dependen
pemanfaatan pelayanan nifas, maka dihapus. Kegiatan cleaning ini dilakukan saat pengambilan sampel yang dapat dilihat pada Bagan 4.1.
c. Recode, yaitu mengubah kode atau kategori data sebelumnya menjadi kategori yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Beberapa variabel
yang dubah kategorinya, yaitu pemanfaatan pelayanan nifas, urutan kelahiran, kunjungan ANC, tempat persalinan, penolong persalinan dan
komplikasi persalinan. d. Compute, yaitu membuat variabel baru dari beberapa variabel yang ada
pada data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Proses ini dilakukan bersamaan setelah proses recode sebelumnya dilakukan.
4.7 Analisis Data