Berdasarkan Tabel 5.18, kurang dari setengah total responden yang mengalami komplikasi saat melahirkan anak terakhir sebesar
42,8.
5.2 Determinan Pemanfaatan Pelayanan Nifas di Daerah Rural Indonesia
Guna membuktikan hipotesis penelitian, yaitu ada atau tidaknya hubungan antara pemanfaatan pelayanan nifas dengan determinannya, maka
dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square.
5.2.1 Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur, diperoleh bahwa
pemanfaatan pelayanan nifas tertinggi terjadi pada responden yang sedang menyelesaikan atau tamat perguruan tinggi 90,3. Sedangkan
pemanfaatan pelayanan nifas terendah terjadi pada responden yang tidak pernah bersekolah, yaitu 64,7.
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 atau ≤ 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada
wanita usia subur di daerah rural Indonesia.
Tabel 5.19 Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Pada WUS di Daerah Rural Indonesia Tahun 2011-2012
Pendidikan Pemanfaatan Pelayanan
Nifas Total
P- value
Ya Tidak
n n
n
Tidak sekolah 22
64,7 12
35,3 34
100
0,000 Tidak tamat
SD 165
82,1 36
17,9 201
100 Tamat SD
422 83,7
82 16,3
504 100
Tidak tamat SMTA
545 85,6
92 14,4
637 100
Tamat SMTA 414
88,3 55
11,7 469
100 Perguruan
tinggi 205
90,3 22
9,7 227
100
5.2.2 Hubungan Urutan Kelahiran dengan Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara urutan kelahiran anak dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur, diperoleh
bahwa responden dengan urutan kelahiran 1 hingga 6 atau lebih memanfaatkan pelayanan nifas yang tidak jauh berbeda, yaitu sekitar
80an persen. Responden dengan urutan kelahiran anak pertama atau kedua hingga tiga memanfaatkan pelayanan nifas paling tinggi, yaitu
85,7 dan 85,3. Sedangkan pemanfaatan lebih rendah pada responden dengan urutan kelahiran 4 hingga 5 atau 6 atau lebih, yaitu
81,9 dan 81.
Tabel 5.20 Hubungan Urutan Kelahiran dengan Pemanfaatan Pelayanan
Nifas Pada WUS di Daerah Rural Indonesia Tahun 2011-2012
Urutan Kelahiran
Pemanfaatan Pelayanan Nifas
Total P-
value Ya
Tidak n
n n
1 707
85,7 101
12,5 808
100 0,085
2-3 794
85,3 137
14,7 931
100 4-5
208 81,9
46 18,1
254 100
6+ 64
81,0 15
19,0 79
100
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,085 atau 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara urutan kelahiran anak dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur di daerah rural Indonesia.
5.2.3 Hubungan Kunjungan Pelayanan Antenatal ANC dengan Pemanfaatan Pelayanan Nifas