Komplikasi Persalinan Determinan Pemanfaatan Pelayanan Nifas di Daerah Rural Indonesia

besar antara daerah urban dan rural. Tingkat infrastruktur transportasi dan jalan di daerah rural Papua-Maluku lebih rendah dibandingkan daerah lainnya, khususnya Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Lebih dari 20 jalan di Kalimantan dan Maluku telah rusak. OECD, 2013 Meskipun jarak ke fasilitas kesehatan merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat daerah rural, hal ini tidak seharusnya menjadi hambatan bagi mereka untuk memanfaatkan pelayanan nifas. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur jalan dan transportasi perlu dilakukan sesuai kondisi daerah masing-masing. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

6.3.8 Komplikasi Persalinan

Masa persalinan merupakan masa yang mengkhawatirkan bagi ibu karena kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Ibu yang mengalami komplikasi persalinan memiliki perilaku positif dalam mencari atau memanfaatkan pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan nifas Paudel, dkk., 2013. Pada hasil penelitian ini, hampir setengah wanita di daerah rural mengalami komplikasi persalinan pada tahun 2011-2012, yaitu sebesar 42,8. Wanita yang mengalami komplikasi persalinan setidaknya mengalami satu tanda bahaya. Tiga tanda bahaya yang lebih banyak terjadi adalah persalinan lama 31,7, ketuban pecah dini lebih dari 6 jam sebelum persalinan 12,6 dan perdarahan berlebihan 7,6. Komplikasi persalinan merupakan salah satu faktor kebutuhan bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan Anies, 2006. Andersen 1974 menjelaskan bahwa faktor predisposisi dan faktor pendukung untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila hal itu dirasakan sebagai kebutuhan Notoatmodjo, 2010. Dengan kata lain, kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, jika faktor predisposisi dan pendukung tidak ada. Bahkan menurut Anderson, kebutuhan need merupakan variabel yang memberi kontribusi sekitar 43 dan merupakan faktor terkuat dalam memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan Anies, 2006. Hasil penelitian menjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan nifas lebih tinggi terjadi pada wanita yang mengalami kompklikasi persalinan 85,5 dibandingkan wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan 84,9. Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komplikasi persalinan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada wanita usia subur dengan p-value sebesar 0,343. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Dhaher, dkk. 2008 dan Paudel, dkk. 2013. Wanita yang mendapatkan tanda-tanda bahaya atau komplikasi saat melahirkan lebih besar kemungkinannya untuk menerima pelayanan nifas dari petugas kesehatan Paudel, dkk., 2013. Dhaher, dkk. 2008 juga menemukan bahwa wanita yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan secara signifikan kurang mendapatkan pelayanan nifas dibandingkan dengan wanita yang mengalami komplikasi persalinan. Para wanita yang mendapatkan tanda-tanda bahaya atau komplikasi lebih cenderung beranggapan bahwa mereka memiliki risiko kesakitan atau kematian sehingga hal tersebut berdampak positif pada peningkatan pemanfaatan pelayanan nifas Paudel, dkk., 2013. Tidak adanya hubungan komplikasi persalinan dengan pemanfaatan pelayanan nifas pada penelitian ini dimungkinkan terjadi karena sebagian besar responden, baik yang mengalami komplikasi maupun tidak, telah ditolong oleh tenaga kesehatan saat persalinan dan kemudian mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang mengalami komplikasi persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan saat bersalin sebesar 89,2. Dari persentase tersebut, sebanyak 90,6 di antaranya kemudian mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Tingginya persentase ini tidak jauh berbeda dengan persentase pada wanita yang tidak mengalami komlikasi persalinan. Wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan saat bersalin sebesar 85,1. Dari persentase tersebut, sebanyak 89,5 di antaranya kemudian mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Wanita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat persalinan akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan segera setelah persalinan. Salah satu standar pelayanan di fasilitas kesehatan dasar oleh tenaga kesehatan adalah memeriksa kesehatan ibu secara rutin selama 2 jam pertama pasca persalinan Kemenkes, 2013. Syarifudin dan Hamidah 2009 juga menyebutkan bahwa tugas bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan adalah melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan serta melakukan tindakan yang diperlukan. Bidan juga bertugas memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan. 168

BAB VII PENUTUP