2.4.3 Kebutuhan
Faktor predisposisi dan faktor pendukung untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila hal itu dirasakan
sebagai kebutuhan Anderson, 1974 dalam Notoatmodjo, 2010. Dengan kata lain, kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung
untuk menggunakan pelayanan kesehatan, jika tingkat predisposisi dan pendukung tidak ada. Bahkan menurut Anderson, kebutuhan need
merupakan variabel yang memberi kontribusi sekitar 43 dan merupakan faktor terkuat dalam memengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan Anies, 2006. Kebutuhan disini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kebutuhan yang
dirasakan preceived dan kebutuhan yang dinilai evaluated. Perceived need merupakan keadaan kesehatan yang dirasakan oleh
individu sebagai manifestasi dari besarnya rasa ketakutan akan penyakitnya dan hebatnya rasa sakit yang dideritanya Anies, 2006.
Sedangkan evaluated need merupakan penilaian dokter yang merawat tentang beratnya penyakit sebagai hasil pemeriksaan medis dan
diagnosis dokter Anies, 2006. Komplikasi persalinan merupakan faktor kebutuhan ibu dalam
memanfaatkan pelayanan nifas. Beberapa peneliti meyakini bahwa hal tersebut dapat berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan nifas.
Pelayanan nifas diperlukan untuk mengurangi kesakitan dan kematian pada ibu Paudel, dkk., 2013.
Wanita yang mendapatkan tanda-tanda bahaya atau komplikasi saat melahirkan lebih besar kemungkinannya untuk menerima pelayanan
nifas dari petugas kesehatan Paudel, dkk., 2013. Hasil ini juga sama dengan penelitian sebelumnya, yaitu Dhaher, dkk. 2008 yang
menemukan bahwa wanita yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan secara signifikan kurang mendapatkan pelayanan nifas
dibandingkan dengan wanita yang mengalami komplikasi persalinan. Para wanita yang mendapatkan tanda-tanda bahaya atau komplikasi
lebih cenderung beranggapan bahwa mereka memiliki risiko kesakitan atau kematian sehingga hal tersebut berdampak positif pada
peningkatan pemanfaatan pelayanan nifas Paudel, dkk., 2013. Pemanfaatan pelayanan nifas yang rendah dapat disebabkan karena
faktor kesadaran pada ibu nifas. Seperti yang terjadi di Jawa Barat bahwa karena alasan tidak mengalami komplikasi pasca persalinan
maka wanita di sana merasa tidak membutuhkan pelayanan nifas Titaley, dkk., 2010. Hal ini juga terjadi pada wanita di Palestina,
Nigeria dan Etiopia bahwa salah satu alasan mereka tidak memanfaatkan pelayanan nifas adalah karena tidak merasa sakit setelah
melahirkan sehingga tidak membutuhkan pelayanan nifas Dhaher, dkk., 2008; Ugboaja, dkk., 2013; Berhe, dkk., 2013. Hal ini sejalan
dengan Unicef 2012 bahwa cakupan pelayanan nifas tepat waktu yang rendah kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya prioritas di
antara perempuan terhadap pelayanan ini.
Model perilaku pemanfaatan pelayanan ini bersifat luas, yaitu dapat digunakan untuk mengukur pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan perawatan
gigi Andersen, 1995. Karakteristik yang paling berpengaruh terhadap setiap jenis pelayanan juga berbeda-beda. Misalnya, pemanfaatan pelayanan rumah
sakit lebih dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan demografi. Sedangkan pemanfaatan pemeriksaan gigi lebih dipengaruhi oleh faktor struktur sosial,
keyakinan kesehatan dan sumber faktor pendukung. Pemanfaatan pelayanan juga membutuhkan perhatian terhadap akses
yang adil dan merata Andersen, 1995. Akses yang adil dan merata didefinisikan sesuai dengan prediktor atau faktor yang lebih dominan.
Kriteria akses yang adil dan merata tergantung pada jenis pelayanan kesehatannya. Misalnya, pendapatan merupakan faktor akses yang adil pada
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Konsep mengubah atau mengintervensi variabel pada penggunaan
terhadap model perilaku ini menjadi penting dalam mempertimbangkan akses yang adil Andersen, 2005. Hal yang perlu dilakukan adalah menentukan
apakah variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Beberapa variabel yang mendukung bisa diubah atau diintervensi
dan mungkin sangat kuat pengaruhnya dengan pemanfaatan.
2.5 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012