15 Menurut Suharno dan Setiawan 1999 terdapat perbedaan yang nyata pada ketiga
sistem pemeliharaan tersebut.
Tabel 8. Perbedaan Pemeliharaan Itik Secara Tradisional, Semi Intensif, dan
Intensif Tradisional Semi
Intensif Intensif Digembalakan
Sekali-kali digembalakan Tidak digembalakan Seluruh makanan berasal
dari penggembalaan Sebagian pakan buatan
dan sebagian dari penggembalaan
Seluruhnya pakan buatan
Kandang seadanya tanpa disediakan parit
Kandang dilengkapi tempat bermain
Kandang sistem kering dan cage seperti ayam ras
Tanpa penggunaan obat dan vaksin
Pengobatan dan vaksin belum intensifbelum
rutin Pengobatan obat dan
vaksin secara intensif
Sumber: Suharno dan Setiawan 1990
2.4. Pendapatan Usahaternak Itik
Usaha ternak itik dapat menjadi pilihan dalam melakukan usaha ternak. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat indikasi bahwa
usaha ternak itik dapat menunjang kebutuhan hidup rumah tangga peternak, memiliki potensi untuk dikembangkan, dapat menjadi sumber pandapatan bagi
peternak, dapat menyerap tenaga kerja, dan dapat menjadi program untuk pengentasan kemiskinan.
Menurut Fatimah 2004 ternak itik memiliki peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga peternak di Kabupaten Mojokerto baik
untuk makanan dan bukan makanan. Dengan kata lain peranan ternak itik sangat penting dalam rumah tangga peternak sehingga dapat memperbaiki kondisi sosial
ekonomi rumahtangga mereka. Marzuki 2005 melakukan penelitian mengenai program pengentasan
kemiskinan dengan usaha peternakan itik di Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukan bahwa bantuan usaha peternakan itik untuk petani peternak
sangat cocok dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan paket bantuan peternakan itik sangat baik dan efektif karena dapat menaikkan pendapatan petani
peternak yang mendapatkan bantuan rata-rata mencapai Rp 59.881,35 per bulan.
16 Rohaeni dan Rina 2005 melakukan penelitian mengenai peluang dan
potensi usaha ternak itik di lahan lebak. Ternak itik memberikan kontribusi
pendapatan sebesar 20,65 persen dari pendapatan total keluarga dengan tenaga kerja yang dicurahkan sebesar 11,35 persen dari total curahan tenaga kerja
keluarga dalam setahun. Peluang pengembangan itik cukup besar, hal ini disebabkan tersedianya bibit dalam jumlah besar dan mutu yang relatif baik,
relatif mudahnya akses pemasaran, keterampilan petani yang memadai, sosial budaya yang menunjang dan adanya dukungan baik dari pihak swasta atau
pemerintah. Sulardi dan Sunarsih 2010 melakukan penelitian mengenai motivasi dan
pendapatan peternak pada usaha ternak itik di Kecamatan Banyu Biru Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yakni pendapatan rata-rata peternak pada skala antara
40 -100 ekor sebesar Rp 1.457.000,00 per bulan; skala 101-200 ekor sebesar Rp 2.987 310,00 per bulan; dan skala antara 201-1.700 ekor sebesar Rp 6.431.073,
per bulan. Pendapatan dari usahaternak itik lebih tinggi dibandingkan UMR Kabupaten Semarang sebesar Rp 838.000,00.
Suryana 2007 melakukan penelitian mengenai prospek dan peluang pengembangan itik alabio di Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menyatakan
bahwa usaha tani itik alabio telah dilakukan sejak lama di Kalimantan Selatan dan merupakan usaha pokok masyarakat terutama di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Beternak itik ini dapat memberikan kontribusi yang memadai terhadap pendapatan keluarga. Pengembangan itik Alabio cukup prospektif karena ditunjang oleh
ketersediaan bibit dan pasar, keterampilan peternak yang memadai, sosial-budaya menerima, dan dukungan pemerintah daerah.
2.5. Kelayakan Usaha Itik