Harga Pokok Produksi HPP Break Even Point BEP

125

7.5. Analisis Harga Pokok Produksi HPP dan Break Even Point BEP

7.5.1. Harga Pokok Produksi HPP

Harga Pokok Produksi HPP merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dan besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen dalam penetapan harga jual produk. Penentuan HPP dilakukan pada harga karkas karena karkas merupakan produk utama yang dihasilkan. Harga pokok penjualan yang menguntungkan bagi suatu usaha yaitu apabila lebih besar dari harga pokok produksi. Demikian juga pada Peternakan Maju Bersama yang perlu mengetahui harga pokok penjualan karkas apakah telah berada di atas atau di bawah harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi mengacu pada laporan laba rugi untuk mengetahui jumlah total biaya tetap, biaya variabel, dan output yang dihasilkan. Biaya tetap dalam perhitungan harga pokok produksi sudah termasuk biaya penyusutan. Sedangkan output yang dihasilkan berupa karkas itik karena karkas merupakan variabel penerimaan yang paling besar yaitu mencapai 96,32 persen dari total penerimaan perusahaan. Berdasarkan perhitungan, HPP untuk satu ekor karkas itik adalah Rp 24.998,42. Nilai HPP lebih rendah daripada harga penjualan sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan apabila harga jual yang ditetapkan sebesar harga penjualan saat ini yaitu Rp 30.000,00 per ekor karkas. Perhitungan HPP secara terinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perhitungan Harga Pokok Produksi HPP Uraian Jumlah Total biaya tetap TFC Rp 212.842.166,67 Total biaya variabel TVC Rp 687.101.130,00 Jumlah karkas yang dihasilkan Q 36.000 ekor HPP = TFC + TVC Q Rp 24.998,42 per ekor

7.5.2. Break Even Point BEP

Break Even Point BEP adalah suatu keadaan usaha yang berada pada titik impas yaitu pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak 126 mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dilakukan terhadap karkas karena karkas merupakan produk utama yang dihasilkan sedangkan ati ampela merupakan produk sampingan dan pupuk kandang merupakan produk limbah industri. Perhitungan BEP yang dilakukan dalam analisis ini adalah BEP unit. Nilai BEP unit digunakan untuk mengetahui jumlah karkas yang harus dihasilkan dan dijual oleh Peternakan Maju Bersama sehingga usaha berada pada kondisi tidak untung atau rugi. Variabel yang digunakan dalam perhitungan BEP berasal dari laporan laba rugi selama umur bisnis yaitu total biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga jual karkas. Biaya tetap dalam perhitungan BEP merupakan seluruh biaya tetap dan biaya penyusutan investasi. Total biaya tetap selama umur bisnis yaitu Rp 212.842.166,67. Biaya variabel per unit merupakan seluruh biaya variabel yang dikeluarkan selama umur bisnis yang dibagi dengan jumlah output yang dihasilkan. Total biaya variabel selama umur bisnis yaitu Rp 687.101.130,00 dan jumlah karkas yang dihasilkan yaitu 36.000 ekor sehingga biaya variabel per unit sebesar Rp 19.086,14. Harga jual karkas yaitu Rp 30.000,00 per ekor. Berdasarkan perhitungan, nilai BEP unit pada Peternakan Maju Bersama yaitu 19.502 ekor karkas. Artinya adalah usaha akan mencapai titik dimana tidak untung atau rugi ketika berhasil menjual karkas sebanyak 19.502 ekor dari hasil produksi perusahaan. Dengan kata lain, selama umur proyek dipastikan usaha akan mengalami keuntungan karena total karkas yang akan dihasilkan sebanyak 36.000 ekor yang lebih besar dari BEP unit. Rincian perhitungan BEP dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan BEP Unit Uraian Jumlah Total Biaya tetap TFC Rp 212.842.166,67 Total biaya variabel TVC Rp 687.101.130,00 Jumlah karkas yang dihasilkan Q 36.000 ekor Biaya variabel satu ekor karkas AVC = TVCQ Rp 19.086,14 Harga penjualan P Rp 30.000,00 BEP = TFC P-AVC 19.502 ekor 127 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan