Arus Kas Analisis Nilai Pengganti Switching Value Definisi Operasional

45

4.7. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi Nurmalina et al. 2009. Nurmalina et al. 2009 menyatakan bahwa laporan labarugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Menurut Kadarsan 1992 penyajian laporan laba rugi harus dilakukan dengan sistematis yang baik untuk mempermudah jalannya perhitungan biaya dan manfaat dari awal hingga akhir. Contoh format laporan labarugi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Contoh Format Laporan LabaRugi No Komponen Tahun 1 2 3 4 5 6 …. n A. Penjualan B. Biaya operasional – variabel 1. biaya bahan baku 2. biaya tenaga kerja langsung Marjin kotor C. Biaya operasional - tetap 1. biaya pegawai tetap 2. biaya pemasaran 3. biaya listrik 4. biaya air 5. biaya pemeliharaan 6. biaya penyusutan Laba sebelum bunga dan pajak Bunga r Laba sebelum pajak Pajak x Laba bersih Sumber: Nurmalina et al. 2009

4.8. Arus Kas

Cash Flow Aliran kas Cash flow merupakan pernyataan atas biaya dan manfaat finansial usaha. Manfaat diperhitungkan sebagai arus kas masuk inflow, sedangkan biaya diperhitungkan sebagai arus kas keluar outflow. Sebelum melakukan perhitungan untuk cash flow, terlebih dahulu ditentukan pajak yang berasal dari perhitungan laporan laba rugi. 46

4.9. Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha pembesaran itik pedaging di Perusahaan Maju Bersama secara finansial. Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi untuk mengetahui apakan usaha pembesaran itik pedaging tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan antara lain Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Payback Period PP, Break even point BEP, dan Harga Pokok Produksi HPP.

4.9.1. Net Present Value NPV

Net Present Value NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis Nurmalina et al. 2009. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah satuan mata uang, yang dalam penelitian ini menggunakan satuan rupiah. Secara matematis, formulasi rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah: NPV B i ⁄ C i ⁄ Dimana: B = Manfaat benefit pada tahun t C = Biaya cost pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, ...., n tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya i = Tingkat discount atau suku bunga Sumber : Nurmalina et al. 2009 Hasil penilaian kelayakan investasi dalam metode NPV ini adalah dengan menggunakan kriteria: 1 Jika NPV 0, maka proyek dinyatakan “layak” untuk dilaksanakan, 47 2 Jika NPV = 0, maka proyek dinyatakan “sulit” untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, dan 3 Jika NPV 0, maka proyek dinyatakan “tidak layak” untuk dilaksanakan.

4.9.2. Rasio Biaya dan Manfaat Net BC

Net Benefit-Cost Ratio Net BC adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif Nurmalina et al. 2009. Nilai Net BC menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan rupiah. Secara matematis, Net BC dapat dinyatakan sebagai: Net B C ∑ B C i , untuk B C ∑ B C i , untuk B C Dimana: B t = Manfaat pada tahun t C t = Biaya pada tahun t i = discount rate DR t = Tahun Sumber : Nurmalina et al. 2009 Hasil penilaian kelayakan investasi dalam metode Net BC ini adalah dengan menggunakan kriteria: 1 Jika Net BC 1, maka proyek dinyatakan “layak” untuk dilaksanakan, 2 Jika Net BC = 1, maka proyek dinyatakan “sulit” untuk dilaksanakan, karena tidak ada tambahan manfaat dari satu satuan biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, dan 3 Jika Net BC 1, maka proyek dinyatakan “tidak layak” untuk dilaksanakan. 48

4.9.3. Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return IRR atau tingkat pengembalian internal adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan 0 Nurmalina et al. 2009. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek setiap tahunnya, yang dapat digunakan kembali untuk mendanai biaya-biaya operasional dan investasi proyek baru, sekaligus untuk menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Perhitungan IRR pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif. Secara matematis, rumus untuk menghitung IRR melalui metode interpolasi adalah: IRR i NPV NPV NPV x i i Dimana: i 1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Sumber : Nurmalina et al. 2009 Hasil penilaian kelayakan investasi dalam metode IRR ini adalah dengan menggunakan kriteria: 1 Jika IRR opportunity cost of capital OCC atau discount rate DR, maka proyek dinyatakan “layak” untuk dilaksanakan, 2 Jika IRR = opportunity cost of capital OCC atau discount rate DR, maka proyek dinyatakan “sulit” untuk dilaksanakan berada dalam posisi pulang modal atau break even point, hanya dapat mengembalikan modal, biaya operasional, dan dapat melunasi bunga penggunaan uang; tidak ada pengembalian internal untuk pengembangan usaha selanjutnya, dan 49 3 Jika IRR opportunity cost of capital OCC atau discount rate DR, maka proyek dinyatakan “tidak layak” untuk dilaksanakan.

4.9.4. Payback Periode PP

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi akan kembali. Proyek yang memiliki nilai PP kecil atau cepat, dinyatakan baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Jika sampai pada saat proyek berakhir belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Secara matematis, rumus yang digunakan untuk menghitung PP ini adalah: PP I Ab Dimana : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Sumber: Nurmalina, et al. 2009

4.9.5. Break Even Point BEP

Break Even Point BEP adalah titik pulang pokok dimana Total Revenue TR = Total Cost TC. Selama usaha masih berada dibawah break even, maka perusahaan masih mengalami kerugian. Analisis BEP dapat dibedakan menjadi beberapa tujuan salah satunya BEP unit yang digunakan untuk mengetahui jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi. Rumus untuk BEP unit adalah sebagai berikut: BEP unit TFC P AVC Dimana : TFC = Total biaya tetap P = Harga jual per unit AVC = Biaya variabel per unit Sumber: Nurmalina, et al. 2009 50

4.9.6. Harga Pokok Produksi HPP

Harga Popok Produksi HPP merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu proyek komoditas dan besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen dalam penetapan harga jual produk. Perhitungan HPP dapat dilakukan melalui formula berikut: HPP TFC TVC Q Dimana: TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel Q = Jumlah output yang dihasilkan Sumber: Ibrahim 2003

4.10. Analisis Nilai Pengganti Switching Value

Gittinger 1986 menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti switching value. Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol, Net BC sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga pinjaman atau deposito. Menurut Husnan dan Muhammad 2005 analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow misalnya kenaikan biaya produksi, penurunan volume produksi, dan penurunan harga output. Besarnya perubahan ditentukan secara trial and error coba-coba hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan limit kelayakan. Analisis switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha pembesaran itik pedaging di Peternakan Maju Bersama. Variabel yang dianggap paling mempengaruhi adalah variabel harga bibit, harga pakan broiler, harga jual karkas, dan volume produksi. 51

4.11. Definisi Operasional

1 Itik pedaging adalah itik yang dipelihara untuk menghasilkan daging bukan untuk menghasilkan telur. 2 Usaha pembesaran itik adalah kegiatan memelihara itik dari mulai itik umur sehari hingga panen yaitu mencapai umur 2-3 bulan. Pada Peternakan Maju Bersama itik dipanen pada umur 10 minggu dan selanjutnya dilakukan kegiatan pasca panen sehingga menghasilkan produk berupa itik karkas. 3 Karkas adalah itik yang telah mengalami kegiatan pasca panen sehingga berupa itik siap dimasak. Pada Peternakan Maju Bersama karkas berupa karkas utuh yaitu memiliki kaki dan kepala. 4 Pupuk kandang merupakan limbah produksi dari usaha pembesaran itik pedaging. Pupuk kandang merupakan campuran kotoran itik dengan sekam yang awalnya digunakan sebagai alas itik. 5 Ati ampela adalah hati dan ampela itik yang merupakan produk sampingan dari karkas itik. Ati ampela dijual per pasang. 6 Pakan broiler merupakan salah satu pakan buatan pabrik. 7 Limbah sayuran pasar adalah bagian-bagian sayuran yang tidak digunakan lagi yang didapatkan dari pasar.

4.12. Asumsi Dasar yang Digunakan