1. lahan yang dimiliki sempit,
2. modal yang tersedia kurang,
3. pengetahuan petani terbatas dan kurang dinamis,
4. pendapatan petani rendah.
4.1.2 Penerimaan dan Biaya Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan ini mencakup suatu produk yang dijual,
dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan Soekartawi et al. 1986.
Biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi Hernanto 1989
. Biaya dapat
dibedakan atas: 1.
Biaya tunai, meliputi biaya tetap misal pajak tanah dan biaya variabel misal pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya untuk
tenaga kerja luar keluarga. 2.
Biaya tidak tunai, meliputi biaya tetap misalnya biaya penyusutan alat-alat dan bangunan pertanian serta sewa lahan milik sendiri sedangkan biaya
variabel meliputi biaya tenaga kerja dari keluarga.
4.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Tingkat ukuran penampilan usahatani dapat dikur dengan pendapatan usahatani yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu
usahatani dengan tujuan membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan bertujuan menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha
dan dapat menggambarkan keadaan yang akan datang Hernanto 1989.
Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan total usahatani dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang bersangkutan
input milik keluarga juga diperhitungkan dalam biaya produksi. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai
atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Analisis pendapatan usahatani memerlukan data penerimaan dan biaya selama jangka waktu yang ditetapkan,
yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut Soeharjo dan Patong 1973, ukuran-ukuran pendapatan
diantaranya adalah: 1.
Pendapatan kerja petani Pendapatan kerja petani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan baik
yang berasal dari penjualan, yang dikonsumsi keluarga maupun kenaikan inventaris. Penerimaan ini kemudian dikurangi dengan semua pengeluaran, baik
yang tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja keluarga. Angka pendapatan kerja petani umumnya kecil bahkan bisa saja
negatif defisit. 2.
Penghasilan kerja petani Penghasilan kerja petani diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani
dengan penerimaan tidak tunai. Produksi usahatani yang dikonsumsi keluarga adalah penerimaan tidak tunai.
3. Pendapatan kerja keluarga
Pendapatan kerja keluarga merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarga. Apabila usahatani dilaksanakan oleh petani dan
keluarganya maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui keberhasilan kegiatan usahatani. Pendapatan kerja keluarga dari menambah penghasilan
kerja petani dengan nilai kerja keluarga.
4. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber lain yang diterima bersama keluarganya di samping kegiatan usahatani. Cara ini
dipakai apabila petani tidak membedakan sumber-sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima. Salah satu ukuran efisiensinya adalah analisis rasio RC. Dalam analisis ini akan
diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
Semakin tinggi nilai rasio RC menunjukkan semakin besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan, yang mengindikasikan tingkat
efisiensi pendapatan juga semakin tinggi Soeharjo Patong 1973.
4.1.4 Analisis Efisiensi Rasio RC