2.6.6 Pupuk Organik
Menurut Musnamar 2003 pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang
terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan
tanah. Pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah
maupun lahan kering. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik lebih sedikit daripada pupuk
kimia. Namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk kimia
Musnamar 2003. Pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi konsumen. Beberapa jenis pupuk organik berdasarkan
bahan dasarnya antara lain pupuk kandang dan kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang paling umum dan sering
digunakan oleh petani. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi feses padat dan cair hewan ternak. Menurut Musnamar 2003
Jumlah feses padat dan cair yang dihasilkan masing-masing ternak dalam sehari berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh kondisi dan jenis hewan serta
jumlah dan jenis pakan hewan tersebut. Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur dan kondisi ternak, macam
pakan, bahan hamparan yang digunakan, serta perlakukan dan penyimpanan pupuk sebelum diaplikasikan ke lahan.
Kompos ialah pupuk organik dari hasil pelapukan jaringan atau bahan- bahan tanaman atau limbah organik Musnamar, 2003. Menurut Gaur 1977
tujuan dari pengomposan adalah memperbaiki dan mendaur ulang sisa-sisa hasil pertanian, melindungi kesehatan masyarakat umum dan mempertahankan atau
memperbaiki kualitas lingkungan. Di lingkungan alam terbuka kompos bisa terbentuk sendiri melalui proses alami. Kompos alami ini biasanya disebut
humus. Tetapi proses tersebut bisa dipercepat dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas lebih baik dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik, yaitu pengaturan suhu dan kelembaban atau dengan pemberian
mikroorganisme pengurai sebagai starter atau aktivator. Selain itu dengan adanya pupuk organik, penggunaan pupuk kimia dapat
dikurangi. Berdasarkan rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian bulan Januari 2007,
disebutkan bahwa pemakaian 2 ton kompos atau 2 ton pupuk kandang per hektar dapat mengurangi penggunaan urea sebesar 50 kgha.
3
Tabel 7 Perbandingan Penggunaan Pupuk Anorganik dengan dan Tanpa Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi pada Petani
Contoh Menurut Agroekosistem, 2003
Agroekosistem Lahan Uraian
Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Kering Agregat
Tanpa Pupuk Kandang kg
a. Urea 278,50
264,83 200,33
247,89 b. SP 36TSP
106,50 88,83
46,67 80,67
c. KCl 104,50
87,67 41,67
77,94
Total 489,50
441,33 288,67
406,50 Dengan Pupuk Kandang kg
a. Urea 168,50
181,33 126,67
158,83 b. SP 36TSP
70,50 60,83
16,67 49,33
c. KCl 56,50
43,50 11,67
37,22
Total 295,50
285,67 155,00
245,39 Perubahan
a. Urea -39,50
-31,53 -36,77
-35,93 b. SP 36TSP
-33,80 -31,52
-64,29 -38,84
c. KCl -45,93
-50,38 -72,00
-52,25
Total -39,63
-35,27 -46,30
-39,63 Sumber: Kariyasa 2005
Data empiris perbedaan penggunaan pupuk anorganik sebelum dan sesudah adanya pemakaian pupuk kandang pada usahatani padi pada tiga jenis
agroekosistem disajikan pada Tabel 7. Sebelum adanya penggunaan pupuk
3
Harian Kompas, 6 April 2006
kandang, total penggunaan pupuk anorganik di tingkat petani berkisar 2,8-4,9 kwintal per hektar, sedangkan sesudah penggunaan pupuk kandang,
penggunaan pupuk anorganik hanya 1,6-3,0 kwintal per hektar. Dengan demikian penggunaan pupuk kandang telah mampu menghemat penggunaan pupuk
organik berkisar 35-46 persen. Penggunaan pupuk organik juga terbukti memberikan hasil pertumbuhan
yang lebih baik bagi tanaman. Penelitian BPTP Jawa Barat di Desa Alam Endah pada tahun 2002, didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan pupuk kompos
pertumbuhan bawang daun pada fase vegetatif pada petani kooperator lebih baik dibandingkan pertumbuhan bawang daun yang ditanam petani non kooperator.
Hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah tunas daun, dimana bawang daun yang ditanam petani kooperator lebih tinggi 9 persen, lebih banyak
tunasnya 17 persen, dan meningkat hasilnya 35,7 persen dibandingkan dengan tanaman bawang daun yang ditanam petani non kooperator.
Pondok pesantren memproduksi beberapa jenis pupuk organik yang digunakan untuk input usahataninya. Pupuk-pupuk yang diproduksi adalah pupuk
daun, pupuk kompos, dan pupuk kandang. Dengan memproduksi pupuk organik sendiri, ponpes dapat menghemat biaya pembelian input pupuk.
Dari penelitian BPTP Jawa Barat di Desa Alam Endah pada tahun 2002, diketahui bahwa setiap musim tanam petani membeli pupuk kandang dari Bogor
dan Tangerang, dan mengaplikasikan 10 ton per hektar pupuk kandang, dengan harga Rp 170,00 per kg, sehingga nilainya sebesar Rp 1.700.000,00 per hektar.
Sedangkan petani yang menggunakan pupuk kompos buatan sendiri, hanya mengaplikasikan 7,5 ton per hektar kompos dengan biaya yang dihabiskan
sebesar Rp 98,00 per kg, atau bernilai Rp 735.000,00 per hektar. Sehingga penghematan yang dilakukan dengan menggunakan kompos adalah sebesar Rp
965.000,00 per hektar.
Dalam penelitian ini akan dihitung harga pokok produksi dari pupuk-pupuk organik yang diproduksi ponpes. Dari harga pokok produksi ini akan dapat
dirumuskan sebuah nilai penghematan yang didapat dengan memproduksi sendiri pupuk organiknya.
2.7 Usahatani Ikan