Konsep Sistem Pertanian Integrasi

2.2 Konsep Sistem Pertanian Integrasi

Konsep integrasi atau terpadu telah banyak digunakan sebagai pendekatan dalam membuat sistem ataupun program baru yang diharapkan akan memajukan sektor pertanian. Integrasi atau keterpaduan ini dianggap dapat meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi yang paling luas dan mencakup hampir seluruh elemen pertanian adalah sistem agribisnis. Menurut Gumbira-Said 2002 sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu, baik secara vertikal maupun horisontal integrated farming. Agribisnis terpadu merupakan suatu bentuk pengeloIaan sistem agribisnis yang bertujuan untuk mengurangi risiko pasar, risiko produksi, dan risiko produk. Integrasi yang terjadi adalah integrasi antara subsistem usaha pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani on-farm, subsistem usaha pengolahan hasil pertanian agroindustri, dan subsistem usaha pemasaran. Terdapat tiga sistem yang dapat digunakan dalam membangun agribisnis terpadu, yaitu integrasi vertikal, integrasi horisontal, serta gabungan keduanya. Menurut Saragih 2000 integrasi vertikal adalah pengelolaan bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan berada pada satu komando keputusan manajemen untuk menghindari resiko ekonomi. Melalui integrasi vertikal dapat dicapai efisiensi tertinggi, karena dapat mencapai skala ekonomi economic of scale dan terhindar dari masalah marjin ganda. Contoh dari integrasi vertikal adalah pada agribisnis ayam ras. Dimulai dari pengadaan pakan dan obat-obatan yang sesuai. Penyediaan pakan yang sesuai ini akan mungkin dilakukan bila industri pakan terintegrasi dengan kegiatan produksi bahan baku pakan. Integrasi vertikal ditujukan untuk memberikan jaminan pasar, pasokan, harga, efisiensi, dan kelangsungan sistem komoditas. Menurut Gumbira-Said 2002 integrasi vertikal hanya bisa terselenggara bila terdapat hubungan yang saling rnenguntungkan dan saling mendukung antar para pelaku bisnis dalam suatu sistem komoditas. Misalnya, hubungan antara plasma sebagai petani dan inti sebagai pembeli, pengolah, dan pemasar. Integrasi horisontal adalah pengeIolaan usaha agribisnis dengan membangun keterpaduan atas beberapa komoditas. Misalnya seperti yang terjadi pada kelompok tani klotan hortikultura di Cipanas Pacet segar. Pada klotan ini terjadi kegiatan yang saling mendukung antara Iini komoditas yang satu dengan lainnya, atau antara perusahaan agribisnis yang satu dengan perusahaan agribisnis lain pada komoditas usaha yang sama. Tujuan utama pembentukan integrasi horisontal adalah meningkatkan efisiensi, mengatur jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan permintaan, serta memenuhi volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar produsen. Selain itu dapat membantu mengurangi risiko produksi dengan pengiliran tanaman, mengurangi risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam dan jenis komoditi, serta mengatur jumlah pasokan Gumbira-Said 2002. Integrasi campuran merupakan kombinasi antara vertikal dan horisontal. Contoh pelaksanaan integrasi campuran adalah pada usaha minyak atsiri. Integrasi horisontal terjadi pada usaha penanaman berbagai komoditas tanaman yang mengandung minyak atsiri. Usaha-usaha tersebut juga terintegrasi secara vertikal dengan produsen minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem komoditas tersebut Gumbira-Said 2002. Konsep integrasi digunakan pula pada subsistem usahatani on-farm. Konsep usahatani yang terintegrasi merupakan alternatif pendekatan atau contoh penerapan dari sistem pertanian berkelanjutan. Konsep ini dinamakan Integrated Farming System, bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sistem usahatani terintegrasi atau sistem usahatani terpadu. Pengertian usahatani integrasi menurut Suwandi 2005 adalah suatu kegiatan petani dalam memanfaatkan secara optimal dan terpadu lebih dari satu komoditas pertanian, baik komponen usahatani pangan, palawija, hortikultura, ternak, dan ikan selama setahun. Sedangkan usahatani tidak terintegrasi hanya dengan satu komoditas selama setahun. Rural Industries Research and Development Corporation RIRDC 2002 menyebut sistem usahatani integrasi dengan bio-cyclo farming atau integrated biosystems yang didefinisikan sebagai sistem yang menghubungkan beberapa aktivitas produksi pangan yang berbeda, dengan aktivitas lain seperti pengolahan limbah dan pembuatan bahan bakar. Integrated biosystems adalah sistem pertanian dimana produksi dan konsumsi berlangsung pada suatu siklus tertutup, output dari suatu operasi menjadi input untuk yang lainnya secara berkesinambungan. Sistem ini memungkinkan adanya hubungan fungsional antara aktivitas produksi pangan yang berbeda, seperti pertanian, perikanan, dan industri pangan, dengan aktivitas lainnya seperti pengelolaan limbah, penggunaan air dan degenerasi bahan bakar. Pangan, pupuk, pakan ternak dan bahan bakar dapat diproduksi dengan input atau sumberdaya minimum. Sumberdaya tersebut dapat dikonversi, didaur ulang untuk mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Penelitian ini akan membahas pertanian integrasi berdasarkan definisi RIRDC 2002 ini, yang pada bahasan selanjutnya istilah integrated biosystems akan disebut sebagai usahatani integrasi. Departemen Pertanian juga telah menggunakan istilah ‘usahatani integrasi’ untuk konsep integrated biosystems yang dimaksud. Salah satu bentuk integrasi yang telah dilakukan di Indonesia adalah integrasi tanaman-ternak ITT atau pola Crop-Livestock System CLS dan integrasi tanaman-ternak-ikan ITTI. Tanaman dapat berupa tanaman pangan atau tanaman perkebunan yang kemudian diintegrasikan dengan ternak sapi, domba, kambing, dan berbagai jenis ikan. Memadukan tanaman, ternak dan ikan pada sistem usahatani kecil mempunyai kelebihan ditinjau dari ekologi dan ekonomi. Sistem ini secara kondusif telah melaksanakan konservasi sumberdaya alam, karena mendorong stabilitas habitat dan keanekaragaman kehidupan alami di lingkungan pertanian dan sekitarnya. Sistem terpadu ini mengoptimumkan penggunaan sumberdaya yang berasal dari usahatani itu sendiri maupun yang ada di sekitarnya, dan mendorong konservasi habitat daripada merusaknya. Sistem ini bersifat produktif dan menguntungkan karena melaksanakan daur ulang secara intensif. Limbah dari satu kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara kegiatan yang lain. Selain itu ikan merupakan sumber protein hewani untuk rumah tangga petani Sutanto 2002 Pada Gambar 1 diilustrasikan sebuah alur dari usahatani integrasi yang dilakukan di Kamboja. Rumah tangga petani akan mendapatkan keuntungan berupa pangan dan bahan bakar biogas. Tanaman dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh ternak sekaligus tambahan nutrisi dari ikan. Limbah ternak dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan baku pembuatan biogas. Ikan dapat membantu alur nutrisi untuk tanaman dan produksi biogas. Gambar 1 Diagram Alur Integrated Farming System Sumber: Preston 2000 Tjakrawiralaksana 1983 menyebut usahatani integrasi sebagai usahatani terpadu. Usahatani terpadu memiliki beberapa manfaat dilihat dari sudut petani dan keluarga. Penyelenggaraan usahatani integrasi mempunyai keuntungan sebagai berikut: 1. Menyediakan kebutuhan pangan dan gizi yang bervariasi bagi keluarga petani. 2. Memberikan pendapatan yang tidak tergantung kepada musim. Pendapatan itu dapat diperoleh secara bersinambung dari waktu ke waktu dengan jarak yang tidak begitu lama. Selain itu usahatani tersebut dapat mengurangi resiko kegagalan hasil. 3. Mengefektifkan tenaga kerja keluarga. Dengan usahatani integrasi pengangguran tak kentara dapat dihindarkan dan produktivitas tenaga kerja keluarga dapat ditingkatkan. 4. Usahatani integrasi juga dapat meningkatkan produktivitas penggunaan lahan dan modal, serta menjaga kelestarian alam. Dengan usahatani integrasi kesuburan lahan akan dapat dipertahankan, berkat tersedianya pupuk kandang yang dihasilkan hewan ternak. Usahatani integrasi memiliki bermacam-macam tipe berdasarkan kopleksitasnya, menurut RIRDC 2002 ada 8 tipe usahatani integrasi, diantaranya adalah: 1Simple connections: feses ternak digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. 2Intermediate connections: limbah organik-kompos atau vermikultur-tanaman. 3Closed loops: ternak-pupuk kandang-pupuk tanaman- pakan ternak-ternak. 4Fuel generation: limbah organik-biodigester-biogas. 5Remediation dan nutrient recovery: feses dipompa ke dalam danau yang ditanami tanaman air terapung yang berserat tinggi. Tanaman-tanaman ini dapat meningkatkan kadar nutrisi air sehingga air dapat digunakan untuk irigasi. 6Multiple water use: bendungan daur ulang yang memungkinkan penggunaan air yang sama untuk pertumbuhan beberapa komoditas seperti ikan, udang, dan padi. 7Use of industrial by-products: proses fermentasi menghasilkan residu organik, panas, dan karbon dioksida. Panas dan residu organik digunakan untuk budidaya ikan, karbon dioksida untuk pembuatan minuman berkarbonasi, panas dan karbon dioksida dapat membantu proses pertumbuhan tanaman hidroponik di rumah kaca. 8 Settlement design: integrasi dari sistem biologi yang sudah ada dengan kediaman-kediaman individu dan komunitas lokal, contohnya seperti produksi makanan dan penanganan limbah. Tipe usahatani integrasi yang dilakukan ponpes mendekati tipe closed loops. Tipe ini adalah tipe usahatani integrasi yang memadukan ternak, pupuk kandang, pupuk untuk tanaman, pakan ternak, dan ternak. Kelima elemen ini telah dimiliki ponpes dan ditambah lagi dengan adanya ikan yang memanfaatkan limbah tanaman dan ternak. Beberapa pola usahatani integrasi telah diaplikasikan di beberapa negara yang sistemnya disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia di masing- masing negara. Filipina telah mengembangkan usahatani integrasi tipe multiple water use, dengan pola Livestock-Fisheries System LFC sejak tahun 1970, yang merupakan integrasi ternak babi dan bebek dengan ikan. Indonesia telah mulai mengadosi sistem ini. Di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Timur terdapat usahatani integrasi simple connections dengan pola Crop-Livestock System CLS, yang merupakan integrasi tanaman pangan dan ternak. Pada daerah lainnya yaitu di Bengkulu terdapat usahatani integrasi yang biasa disebut SISKA Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit, yang merupakan integrasi tanaman kelapa sawit dengan ternak sapi.

2.3 Kajian Empiris tentang Sistem Pertanian Integrasi

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Pola Tumpang Sari di Lahan Kering Berdasarkan Skala Usaha(Studi Kasus: Desa Deram Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

3 53 99

Analisis Usahatani Jeruk Manis (Citrus)(Studi Kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

59 303 67

Keragaan dan Peranan Pengembangan Agribisnis Pada Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM 3) (Studi Kasus pada PP Al-Ittifaq Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung)

0 12 115

Analisis Proses Keputusan Konsumen Berkunjung Ke Agrowisata Stroberi Di Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat

4 20 118

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

STRATEGI PEMBENTUKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

1 37 126

DAMPAK PROGRAMPEMBERDAYAAN SANTRI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI KEGIATAN AGRIBISNIS : Studi Deskriptif Pesantren Al-Ittifaq Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

2 7 46

PENGUATAN ECONOMIC CIVIC DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI SEBAGAI WUJUD GOOD GOVERNANCE : Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung - repository UPI T PKN 1402409 Title

1 6 3

KORELASI POLA TANAM DAN PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DESA BALUNIJUK KECAMATAN MERAWANG KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

0 0 18