menggambarkan pendapatan yang diterima apabila menerapkan usahatani integrasi. Analisis pendapatan yang dilakukan juga harus dapat menggambarkan
perbedaan pendapatan antara keputusan mengolah limbah dan keputusan menjual limbah.
Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keragaan usahatani integrasi pola STI di Ponpes Al-Ittifaq?
2. Apakah usahatani integrasi pola STI yang dilakukan Ponpes Al-Ittifaq
menguntungkan bila dibandingkan dengan usahatani yang tidak terintegrasi? Berapa kontribusi pendapatan dari tiap cabang usahatani?
3. Apakah usahatani integrasi yang dilakukan ponpes sejauh ini telah
efisien?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengkaji keragaan usahatani integrasi pola STI di Ponpes Al-Ittifaq.
2. Menganalisis pendapatan usahatani integrasi pola STI dan usahatani
yang tidak terintegrasi serta pendapatan tiap cabang usahatani di Ponpes Al-Ittifaq.
3. Menganalisis efisiensi usahatani integrasi pola STI Ponpes Al-Ittifaq.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pertanian dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai berikut:
1. Pemerintah,
sebagai masukan
dalam penentuan
kebijakan pengembangan pertanian di masa mendatang serta memberikan
informasi mengenai perkembangan Al-Ittifaq. 2.
Akademisi dan peneliti, sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian serupa ataupun penelitian lanjutannya.
3. Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan masyarakat,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai salah satu upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta manfaat
yang akan dinikmatinya. 4.
Ponpes Al-Ittifaq, sebagai masukan untuk perbaikan manajemen administrasi unit agribisnis Ponpes Al-Ittifaq.
5. Penulis, wadah mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses
studi.
V TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertanian Berkelanjutan
Menurut Minami 1997, Rosario dan Lorica 1997 diacu dalam Farhani 2003 sistem pertanian berkelanjutan adalah solusi untuk mengatasi dampak
yang ditimbulkan oleh revolusi hijau. FAO 2001 mendefinisikan pertanian berkelanjutan sustainable agriculture sebagai suatu praktek pertanian yang
melibatkan pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia bersamaan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kualitas
lingkungan dan mengkonservasi sumberdaya lahan. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture juga diartikan sebagai
pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumberdaya alam. Menurut Righby dan Caceres 2001 sudah banyak alternatif pendekatan atau contoh penerapan dari sistem pertanian
berkelanjutan, yaitu Integrated Pest Management IPM yang dikembangkan oleh Carrol dan Risch pada tahun 1990, Integrated Crop Management LEAF pada
tahun 1991, Low Input Agriculture, Low Input Sustainable Agriculture LISA yang dikembangkan oleh Edwards pada tahun 1987, Low External Input Sustainable
Agriculture LEISA yang dikembangkan oleh Reintjess et al. pada tahun 1992, Agroecology oleh Altieri pada tahun 1995, Permaculture oleh Moolison dan Slay
pada tahun 2000, Biodinamic Farming oleh Steiner pada tahun 1924 dan Organic Farming oleh Scofield pada tahun 1986. Salah satu penerapan dari sistem
pertanian berkelanjutan yang banyak dilakukan di Indonesia adalah Integrated Farming System, yang dikembangkan oleh George Chan.
2.2 Konsep Sistem Pertanian Integrasi