2.6.1 Ternak Sapi Perah
Di Indonesia sapi perah yang umum diternakkan adalah bangsa sapi Frisian Holstein FH dan peranakannya Sudono 1999. Bangsa sapi perah FH
memiliki sifat jinak, mudah dikuasai, dan tidak tahan panas. Sapi FH merupakan bangsa sapi yang tertinggi produksi susunya dibandingkan dengan bangsa-
bangsa sapi perah yang lainnya baik di daerah tropis maupun daerah iklim sedang. Suhu kritis untuk sapi FH adalah 27°C Ratnawati 2002.
Sapi FH mampu memproduksi susu sebanyak 7.245 kg dalam satu kali masa laktasi, yaitu sekitar sepuluh bulan. Sapi Jersey menghasilkan 4.957 kg,
sapi Guersney menghasilkan 5.205 kg, dan sapi Ayrshire menghasilkan 5.685 kg dalam satu kali masa laktasi Sudono 1999. Sapi yang telah dikawinkan dan
bunting akan menghasilkan susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan sapi yang tidak bunting. Hal ini akan terlihat jelas jika sapi bunting 7 bulan sampai
beranak, maka produksi susu akan menurun. Susu dihasilkan oleh sapi yang sedang mengalami laktasi. Masa laktasi
adalah masa sapi menghasilkan susu, yaitu masa antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu seekor sapi sedikit demi sedikit akan naik sampai
bulan ke dua masa laktasi, kemudian produksi akan menjadi konstan kembali pada bulan ketiga dan selanjutnya berangsur-angsur menurun sampai
berakhirnya masa laktasi sekitar bulan kesepuluh jika sapi beranak tiap tahun. Rataan produksi susu sapi laktasi adalah 13 kg per hari Sudono 1999.
Penelitian menunjukkan bahwa sapi-sapi yang bertubuh lebih besar akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi yang bertubuh kecil
berumur sama. Hal ini disebabkan sapi bertubuh besar, makan lebih banyak sehingga bermetabolisme tinggi dan menghasilkan susu yang lebih banyak.
2.6.2 Ternak Domba Potong
Domba merupakan ternak yang telah lama dikembangkan di Indonesia, karena tergolong mudah untuk membudidayakannya. Domba memiliki toleransi
yang tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat
diternakkan di mana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun Mulyono 2005. Sedangkan menurut Sugeng 2000 domba memberikan beberapa
keuntungan, antara lain: amudah beradaptasi dengan lingkungan, bmemiliki sifat hidup berkelompok, ccepat berkembang biak, dmodal kecil.
Salah satu domba yang biasa dipelihara di Indonesia adalah domba ekor tipis. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen
populasinya ada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging
yang dihasilkan pun sedikit. Namun beberapa orang menyatakan bahwa daging domba ini lebih enak daripada domba bangsa lainnya Mulyono 2005. Dalam
usaha penggemukan domba potong dihasilkan beberapa produk sampingan berupa domba afkir dan feses domba yang dapat dijual kembali. Sehingga dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
2.6.3 Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak