Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak Pakan Ternak

2.6.2 Ternak Domba Potong

Domba merupakan ternak yang telah lama dikembangkan di Indonesia, karena tergolong mudah untuk membudidayakannya. Domba memiliki toleransi yang tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan di mana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun Mulyono 2005. Sedangkan menurut Sugeng 2000 domba memberikan beberapa keuntungan, antara lain: amudah beradaptasi dengan lingkungan, bmemiliki sifat hidup berkelompok, ccepat berkembang biak, dmodal kecil. Salah satu domba yang biasa dipelihara di Indonesia adalah domba ekor tipis. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen populasinya ada di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit. Namun beberapa orang menyatakan bahwa daging domba ini lebih enak daripada domba bangsa lainnya Mulyono 2005. Dalam usaha penggemukan domba potong dihasilkan beberapa produk sampingan berupa domba afkir dan feses domba yang dapat dijual kembali. Sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

2.6.3 Kajian Empiris Pendapatan Usahatani Ternak

Penelitian mengenai pendapatan usahatani ternak sapi perah pernah dilakukan sebelumnya oleh Vidiayanti 2004 pada usaha peternakan sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan KUNAK sapi perah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui total penerimaan yang diperoleh keluarga yang mengusahakan sapi perah dalam satu masa laktasi 305 hari adalah sebesar Rp 69.086.100,00. Produksi susu sapi untuk satu periode laktasi adalah 2.874,05 liter per ekor. Rata-rata kepemilikan sapi adalah 9 ekor per petani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 61.395.100,00 dengan rincian 72,05 persen adalah biaya tunai dan 27,95 persen adalah biaya tidak tunai, sehingga pendapatan bersih yang diterima adalah sebesar Rp 7.691.000,00. Komponen biaya terbesar adalah biaya untuk pakan ternak, yaitu konsentrat, ampas tahu dan hijauan tidak tunai yaitu masing- masing sebesar 25,81 persen, 20,29 persen dan 11,92 persen dari total biaya. Biaya-biaya ini tentu dapat diminimalisir apabila petani dapat mencari alternatif pakan ternak yang lebih murah. Dalam penelitian ini akan dilihat tambahan manfaat yang didapat dengan mengintegrasikan ternak dengan tanaman dan ikan.

2.6.4 Pakan Ternak

Secara garis besar pakan ternak dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak pada bahan keringnya. Kelompok hijauan terdiri dari hijauan kering dan hijauan segar. Konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak tetapi jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit Williamson 1993. Menurut Sudono 1999 sapi laktasi dengan bobot 450 kg dan rataan produksi susunya 13 kg per hari dapat diberikan pakan hijauan sebesar 20,75 kg atau rumput gajah 7,6 kg dan konsentrat 6,05 kg. Hijauan dapat berupa rumput, gulma atau hasil samping tanaman. Hasil samping tanaman dapat berupa brangkasan atau serasah sisa panen. Tanaman kacang-kacangan dan umbi- umbian biasanya menghasilkan hasil samping berupa serasah dan dedaunan yang cukup tinggi. Menurut Thahir 1982 kandungan protein pada daun kacang-kacangan dan daun tanaman umbi lebih tinggi daripada jerami dan daun jagung yaitu masing-masing sebesar 6,3 kg dan 8,6 kg protein tiap 100 kg Tabel 4. Jika produksi limbah tanaman dapat dihitung, maka dapat dihitung pula sumbangan tanaman terhadap pengadaan pakan ternak. Sebaliknya dapat diperkirakan juga jumlah ternak yang dapat diusahakan dengan menggunakan limbah tanaman sebagai sumber makanannya. Tabel 4 Susunan Bahan Makanan yang Terkandung pada Hasil Samping Tanaman Setiap 100 kg No Hasil Samping Kandungan Protein Tiap 100 kg kg Bahan Makanan yang dicerna tiap 100 kg kg Bahan Kering tiap 100 kg kg 1 Padijerami 0,9 39,4 92,5 2 Daun jagung 1,2 16,3 24,0 3 Daun kacang-kacangan 6,3 57,8 91,4 4 Daun tanaman umbi 8,6 51,4 90,7 Sumber: Thahir 1982

2.6.5 Produksi Feses Ternak

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Pola Tumpang Sari di Lahan Kering Berdasarkan Skala Usaha(Studi Kasus: Desa Deram Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

3 53 99

Analisis Usahatani Jeruk Manis (Citrus)(Studi Kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

59 303 67

Keragaan dan Peranan Pengembangan Agribisnis Pada Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM 3) (Studi Kasus pada PP Al-Ittifaq Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung)

0 12 115

Analisis Proses Keputusan Konsumen Berkunjung Ke Agrowisata Stroberi Di Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat

4 20 118

Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

8 46 272

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

10 42 80

STRATEGI PEMBENTUKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

1 37 126

DAMPAK PROGRAMPEMBERDAYAAN SANTRI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI KEGIATAN AGRIBISNIS : Studi Deskriptif Pesantren Al-Ittifaq Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

2 7 46

PENGUATAN ECONOMIC CIVIC DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI SEBAGAI WUJUD GOOD GOVERNANCE : Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung - repository UPI T PKN 1402409 Title

1 6 3

KORELASI POLA TANAM DAN PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN DAUN DESA BALUNIJUK KECAMATAN MERAWANG KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

0 0 18