6.2.5 Pasca Panen
Sayuran yang telah dipanen langsung dibersihkan dari brangkasannya dan di sortasi di lahan. Kemudian dilakukan grading untuk mengelompokkan
sayuran berdasarkan kualitasnya. Sayuran grade A dan B dibawa ke gudang pengemasan, sedangkan sayuran grade C disortasi kembali. Penyortiran ini
dimaksudkan untuk memisahkan sayuran mana yang akan dikonsumsi dan diberikan pada ternak dan ikan. Setelah penyortiran tersebut selesai, sayuran
afkir untuk pakan ternak dan brangkasan dibawa ke kandang ternak. Kegiatan yang dilakukan di gudang pengemasan adalah packaging dan
pelabelan. Sayuran tomat, buncis, dan cabai dikemas dalam wadah styrofoam dengan plastik wrapping yang beratnya sesuai pesanan dan diberi label barcode.
Kubis dikemas dengan plastik wrapping dan kemudian diberi label barcode. Bawang daun diikat dengan pita perekat bertuliskan nama swalayan yang
memesan. Sedangkan wortel dimasukkan ke dalam plastik sepuluh kilo-an. Sayuran yang selesai dikemas, dimasukkan ke dalam truk pengirim.
Daerah pemasaran yang dilalui ponpes yaitu meliputi Bandung dan Jakarta. Adapun swalayan yang menjadi pelanggan ponpes antara lain :
1. Wilayah Bandung
: Superindo, Makro, Hero 2.
Wilayah Jakarta : Diamond, Makro, Hero
3. Wilayah Tangerang : Diamond
Setelah pengemasan selesai dilakukan, limbah sayuran yang berasal dari proses penanganan pasca panen dikumpulkan dan dibawa ke kandang ternak
untuk diberikan sebagai pakan dan dibuat kompos. Sisa dari komoditas kubis sebagian dibawa ke kolam untuk diberikan sebagai pakan ikan.
6.2.6 Produksi Limbah Sayuran
Ada dua jenis limbah yang dihasilkan oleh usahatani sayuran, yaitu brangkasan dan sayuran afkir. Brangkasan terdiri dari daun wortel, daun dan
batang tomat, cabai, dan buncis. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sayuran afkir adalah sayuran sisa yang tidak terjual. Hal ini disebabkan oleh telah
terpenuhinya jumlah pemesanan swalayan, atau keadaan fisik sayuran yang memang tidak layak untuk dijual ke swalayan. Seperti sayuran yang bukan
termasuk dalam kategori grade A atau B. Biasanya sayuran afkir yang dihasilkan sekitar 8-20 persen dari total panen per hari.
Berdasarkan data yang diambil, rata-rata sayuran afkir yang dihasilkan dari panen total setiap harinya adalah wortel 83,83 kg 18,72, tomat 38,90 kg
8,77, buncis 22,63 kg 13,24, bawang daun 22,68 kg 22,91, cabai 15,80 kg 22,21 dan kubis 19,94 kg 15,18. Sayuran afkir yang layak konsumsi
digunakan untuk makan santri sedangkan sayuran afkir yang kurang baik diberikan kepada ternak dan ikan atau langsung dibuang ke dalam tong
pengomposan. Rincian bobot sayuran afkir yang dihasilkan disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Alokasi Penggunaan Sayuran Afkir yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
No
Jenis Sayuran
Jumlah Satuan
kghari Jumlah
Satuan kgtahun
Afkir Untuk Konsumsi
kgtahun
Afkir Untuk Ikan
kgtahun Afkir Untuk
Ternak kgtahun
1 Wortel
83,83 30.597,13
22.947,84 0,00
7.649,28 2
Tomat 38,90
14.197,09 10.647,82
0,00 3.549,27
3 Buncis
22,63 8.259,24
6.194,43 0,00
2.064,81 4
Bawang daun 22,68
8.277,26 6.207,94
2.069,31 0,00
5 Cabai
15,80 5.766,06
5.766,06 0,00
0,00 6
Kubis 19,94
7.277,75 5.458,31
1.819,44 0,00
Total 203,77
74.374,52 57.222,40
3.888,75 13.263,36
Sayuran afkir yang dikonsumsi oleh santri adalah sayuran afkir dengan kondisi terbaik. Jumlah sayuran afkir yang dikonsumsi biasanya sekitar 75
persen dari total sayuran afkir yang dihasilkan, kecuali untuk cabai seluruh afkir cabai dikonsumsi oleh santri. Dalam penelitian ini diasumsikan jumlah sayuran
afkir per jenis sayuran yang dikonsumsi oleh santri adalah sebesar 75 persen dari total masing-masing jenis sayuran afkir, sedangkan cabai dikonsumsi
seluruhnya. Sisa sayuran afkir yang tidak dikonsumsi santri diberikan pada ternak dan ikan. Khusus untuk ikan sayuran afkir yang diberikan adalah afkir
kubis dan bawang daun, sementara sisanya diberikan pada ternak. Data limbah pertanian brangkasan diperoleh dari pendekatan terhadap
standar berat yang biasa digunakan. Penghitungan standar tersebut diketahui melalui sampling penimbangan terhadap masing-masing jenis limbah pertanian
pada lahan-lahan tertentu. Contoh penghitungan jumlah limbah sebagai berikut:
1.
Berdasarkan penimbangan terhadap umbi wortel dan brangkasannya pada 6 bedeng wortel, diperoleh bobot 185 kg dengan berat brangkasan
sebesar 12 kg. Sehingga dapat dirumuskan sebuah nilai persentase brangkasan terhadap umbi dengan brangkas yaitu sebesar 0,06 persen.
Persentase ini dijadikan standar bobot untuk brangkasan wortel yang dihasilkan pada lahan lainnya. Maka jumlah limbah wortel dapat dihitung
sebagai berikut: Jika hasil panen dalam 1 bedeng wortel rata-rata adalah 31,99 kg 0,06
persen adalah brangkas, sehingga bobot brangkasan yang didapatkan adalah 1,92 kg per bedeng wortel. Jumlah bedeng per hektar adalah 594
bedeng dan luas tanam wortel dalam setahun adalah 21 Ha, sehingga bobot total brangkasan wortel yang dihasilkan ponpes per hektar untuk
satu musim tanam adalah 1.140,48 kg dan bobot total dalam satu tahun adalah 23.942,6 kg.
2.
Berdasarkan penimbangan terhadap brangkasan buncis pada 30 pohon buncis didapatkan rata-rata bobot brangkasan per pohon adalah 230
gram. Persentase ini dijadikan standar bobot untuk brangkasan buncis yang dihasilkan pada lahan lainnya. Maka jumlah brangkasan buncis
dapat dihitung sebagai berikut: Dalam 1 bedeng terdapat 98 pohon buncis, sehingga bobot brangkasan
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 22,54 kg. Jumlah bedeng per hektar adalah 594 bedeng dan luas tanam buncis dalam setahun adalah
5 Ha, sehingga bobot total brangkasan buncis yang dihasilkan ponpes per hektar untuk satu musim tanam adalah 13.388,76 kg dan bobot total
dalam satu tahun adalah 66.943,8 kg.
3.
Berdasarkan penimbangan terhadap brangkasan tomat pada 30 pohon tomat didapatkan rata-rata bobot brangkasan per pohon adalah 410
gram. Persentase ini dijadikan standar bobot untuk brangkasan tomat yang dihasilkan pada lahan lainnya. Maka jumlah brangkasan tomat
dapat dihitung sebagai berikut: Dalam 1 bedeng terdapat 16 pohon tomat, sehingga bobot brangkasan
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 6,56 kg. Jumlah bedeng per hektar adalah 900 bedeng dan luas tanam tomat dalam setahun adalah
4,5 Ha, sehingga bobot total brangkasan tomat yang dihasilkan ponpes per hektar untuk satu musim tanam adalah 5,904 kg dan bobot total
dalam satu tahun adalah 26.568 kg.
4.
Berdasarkan penimbangan terhadap brangkasan cabai pada 30 pohon cabai didapatkan rata-rata bobot brangkasan per pohon adalah 320 gram.
Persentase ini dijadikan standar bobot untuk brangkasan cabai yang dihasilkan pada lahan lainnya. Maka jumlah brangkasan cabai dapat
dihitung sebagai berikut: Dalam 1 bedeng terdapat 13 pohon cabai, sehingga bobot brangkasan
yang dapat dihasilkan per bedeng adalah 4,16 kg. Jumlah bedeng per
hektar adalah 900 bedeng dan luas tanam cabai dalam setahun adalah 7,5 Ha, sehingga bobot total brangkasan tomat yang dihasilkan ponpes
per hektar untuk satu musim tanam adalah 3.744 kg dan bobot total dalam satu tahun adalah 28.080 kg.
Ringkasan mengenai total bobot brangkasan yang dihasilkan disajkan pada Tabel 21.
Tabel 21 Bobot Brangkasan yang Dihasilkan Usahatani Sayuran dalam Satu Tahun di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
No
Jenis Sayuran
Jumlah Satuan kgbedengMT
Jumlah Bedeng
bedeng Luas Tanam
dalam 1 Tahun Ha
Jumlah Satuan kgtahun
1 Wortel
1,92 594
21,0 23.942,60
2 Tomat
6,56
900 4,5
26.568,00 3
Buncis 22,54
594 5,0
66.943,80 4
Cabai 4,16
900 7,5
28.080,00
Total 145.534,40
Dalam satu tahun total brangkasan dan sayuran afkir yang dihasilkan masing-masing mencapai 145.534,4 kg dan 4.837,64 kg. Brangkasan yang telah
dikonsumsi oleh ternak adalah sebesar 136.418,75 kg, sehingga ada sisa
brangkasan sebesar 9.115,65 kg. Sisa brangkasan ini hanya bernilai 6 persen dari total brangkasan sehingga dapat disimpulkan bahwa brangkasan telah
termanfaatkan sepenuhnya. Sayuran afkir yang dikonsumsi santri adalah sebesar 3.759,48 kg, dikonsumsi ikan sebesar 250,66 kg, dan dikonsumsi ternak
sebesar 827,50 kg.
6.3 Usahatani Ternak