Pengaruh Motivasi Dalam Meningkatkan Produktivitas kerja

Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat: 1. Memahami pengaturan manajemen SDM di pemerintahan. 2. Mengetahui lingkup manajemen SDMdi pemerintahan. 3. Memahami model kelembagaan manajemen SDM di pemerintah Indonesia. 4. Mengetahui perbedaan antara pegawai negeri sipil PNS dengan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja PPPK. 5. Menjelaskan perlunya PPPK dalam manajemen aparatur sipl negara. Deskripsi Singkat Pengelolaan SDM aparatur di pemerintahan Indonesia diatur melalui peraturan perundangan yang tersusun secara hirarkis yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri dan peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia. Menteri yang bertanggung jawab dalam mengelola SDM aparatur adalah Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi PAN RB, sedangkan untuk operasionalnya ditindak lanjuti oleh Badan Kepegawaian Negara di tingkat pusat dan Badan Kepegawaian Daerah di tingkat provinsi dan kabupatenkota. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengaturan, lingkup dan model manajemen SDM di pemerintahan, serta kelembagaan yang mendukung proses manajemen tersebut.

A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDM APARATUR DI INDONESIA

Secara umum kebijakan yang mengatur tentang SDM aparatur tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Kebijakan dan Manajemen SDM di Pemerintah Indonesia ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si. Sipil Negara. Untuk melaksanakan undang-undang ini masih diperlukan 19 Peraturan Pemerintah, 4 Peraturan Presiden, 1 Peraturan Menteri. Pemenuhan peraturan-peraturan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, selama peraturan perundangan yang baru belum ada, peraturan lama masih bisa dipakai sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. Sebagaimana tercantum dalam pasal Pasal 139 undang-undang ASN ini menyebutkan bahwa: Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3041 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3890 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang Undang ini. Kebijakan pengelolaan aparatur disusun untuk mewujudkan aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung jawabkan ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Manajemen SDM di Pemerintahan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manaje- men aparatur sipil negara. Hal ini dilakukan mengingat bahwa pelaksanaan manajemen apara- tur sipil negara belum berdasarkan pada perbandingan antara kompe- tensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Produk kebijakan yang harus ditetapkan agar undang-undang ini dapat diberlakukan antara lain: 1. Peraturan Pemerintah, meliputi: 1. Jabatan Administrasi dan kompetensi 2. Jabatan Fungsional 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan Jabatan Pimpinan Tinggi 4. Jabatan ASN tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN 5. Hak PNS, hak PPPK, dan kewajiban Pegawai ASN 6. tata cara penyusunan dan penetapan kebutuhan 7. pengadaan PNS dan tata cara sumpahjanji PNS 8. pangkat, tata cara pengangkatan PNS dalam jabatan, kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara perpindahan antar Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional 9. pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, promosi, dan mutasi 10.penilaian kinerja