Teori Manajemen Tradisional PEMAHAMAN TENTANG TEORI MSDM
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Manajemen SDM di Pemerintahan
dari sikap dan kemampuan yang buruk yang dimiliki pekerja, tetapi juga berasal dari buruknya manajemen dan tidak memadai nya system
penghargaan. Untuk mengatasi hal itu mereka menyarankan agar orga- nisasi membuat standar pegawai yang jelas, spesialisasi pegawai, control
pegawai yang kuat, dan penempatan pegawai berdasarkan keahlian, serta system penggajian berdasarkan jenis dan kelas pegawai. Menurut Massie
1979:17, Sebagai bapak manajemen ilmiah, sampai dengan mening- galnya pada tahun 1915, Taylor memperjelas filsafat barunya, dengan
menekankan bahwa inti manajemen ilmiah itu tidak terletak pada tek- nik individual melainkan dalam sikap baru dalam memanejemen usaha.
Esensi manajemen ilmiah scientific management mencakup empat bidang:
1. Penemuan elemen dasar pekerjaan orang untuk menggantikan “hukum ibu jari” manajemen uji coba dengan menggunakan metode
ilmiah. 2. Identifikasi fungsi perencanaan pekerjaan dari manajemen untuk
menggantikan metode yang dipilih sendiri oleh pekerja. 3. Seleksi dan training untuk pekerja dan pengembangan kerja sama,
untuk menggantikan dorongan kepada usaha individual. 4. Pembagian kerja antara manajemen dan pekerja, sehingga masing-
masing dapat menjalankan tugasnya yang paling cocok akan mening- katkan efektivitas.
Jika dikaitkan dengan teori Manajer dari Miles mengenai asumsi manajemen ilmiah atau tradisional, esensi manajemen ilmiah yang
dikemukakan di atas masih identik dengan pelaksanaan kegiatan- kegiatan manajemen secara dasar yaitu bagaimana tugas pokok manajer
yang hanya harus mengawasi pekerjaan dari dekat, merinci tugas supaya dapat lebuh mudah dan sederhana, serta harus mengembangkan tugas-
tugas dan prosedur yang ditaati secara sungguh-sungguh, sehingga masing-
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si.
masing pegawai atau pekerja dapat menjalankan aktivitasnya dalam bekerja secara efektif dan efisien.
Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia, Kolonel Purn. Susilo Martoyo 2000:9 juga memaparkan Manajemen ilmiah atau sering
disebut “scientific management” dimulai sejak adanya hubungan antara atasan dan bawahan. Sejak permulaan abad ke dua puluh, perhatian
terhadap factor produksi tenaga kerja atau manusia sebagai sumber daya menjadi jauh lebih besar dari pada sebelumnya yang menganggap bahwa
manusia sebagai mesin dan barang dagangan. Menurut Manullang 2004:13, penyebab timbulnya perhatian terhadap manusia tersebut
adalah: a. Perkembangan Scientific Management yang dipelopori oleh Taylor.
b. Kekurangan tenaga kerja pada perang dunia I bagi Negara-negara yang terlibat peperangan.
c. Kemajuan yang dicapai serikat-serikat sekerja. d. Semakin meningkatnya campur tangan pemerintah dalam hubungan
antara majikan dan buruh. e. Akibat depresi besar tahun 1930.
Penyumbang terakhir berasal dari ide-ide yang dikembangkan Max Weber. Weber menyarankan adanya spesialisasi pekerjaan yang berdasar-
kan keahlian dan pengetahuan tertentu. Selain itu organisasi perlu di atur dalam suatu hierarki yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
sesuai level nya. Wewenang ini adalah bersifat formal artinya berasal dari organisasi bukan dari pribadi. Oleh karena itu harus dibedakan
secara jelas kepentingan organisasi dengan kepentingan pribadi. Berda- sarkan bukti-bukti tersebut, dapat diketahui bahwa model tradisional
ini tidak terlepas dari pengaruh teori birokrasi. Adapun menurut Nicholas Henry 1980 model birokrasi Weber adalah seperti di bawah ini:
1. Hierarki
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Manajemen SDM di Pemerintahan
2. Promosi atas dasar ukuran professional dan keahlian 3. Adanya jenjang karier
4. Ketergantungan dan penggunaan peraturan dan regulasi 5. Hubungan impersonalitas di antara para professional karier dalam
birokrasi dan hubungan mereka terhadap nasabah pihak yang dila- yaninya
Menurut Weber, dari ke lima karakteristik model birokrasi tersebut, dengan aspek impersonal, tangan besi, efisien, dan kesan agunglah para
pemimpin bisa menarik dukungan masa Jerman yang pada saat teori itu dibangun yang terpecah secara politik, namun sombong dan naïf.
Keadilan tidaklah didasarkan pada hukum yang resmi, melainkan didasarkan atas kehendak sang pemimpin yang kharismatik dan kondisi
ini pun ternyata disukai oleh rakyat. Singkatnya dari uraian tersebut, bukan berarti Weber anti humanis, akan tetapi keadaan pada waktu itu
yang menghendaki demikian dan keadaan inilah yang digunakan We- ber sebagai bahan pembangunan teorinya tersebut.
Kesimpulan secara umum yang diperoleh dari pendekatan tradisional adalah dua konsep pokok yang mendominasi pemikiran ini yaitu:
keteraturan dan stabilitas; serta kewenangan yang berdasarkan kemam- puan. Sedangkan SDM dalam teori ini ditempatkan pada posisi yang
sama seperti sumber daya organisasi lainnya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila perlakuan manajemen terhadap SDM cenderung
disamakan dengan mesin. Dan sebagai suatu mesin, manusia dianggap tidak memiliki perasaan, kebutuhan, atau keinginan. Perlakuan terhadap
pekerja menurut teori ini kemudian dipaksakan sesuai keinginan manajer. Sebagai akibat dari teori ini adalah partisipasi pekerja sangat
diabaikan baik dalam pembuatan keputusan yang menyangkut organisasi apalagi kepentingan pekerja sendiri.
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Drs. MUCHAMAD ZAENURI, M.Si.