89 Dafarm tidak meminjam modal dari pihak bank sehingga tidak mengalami
tuntutan pembayaran bunga pinjaman bank. Pada tahun 2008 Dafarm memperoleh dana hibah dari LM3 sebesar 100 juta rupiah untuk pengembangan usaha. Dana
tersebut digunakan untuk investasi pembelian mesin dan kendaraan. Ketersediaan modal yang cukup saat ini dapat mendukung peningkatan kapasitas produksi.
6. Potensi teknologi pengolahan yang baik
Dafarm memiliki fasilitas mesin pengolahan yang sangat memadai. Keberadaan mesin ini belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan sangat jarang digunakan
dan saat ini hampir tidak digunakan dalam proses produksi. Mesin tersebut adalah mesin pasteurisasi, mesin inkubator, dan screen separator. Rendahnya volume
produksi saat ini menyebabkan penggunaan alat tersebut dinilai tidak efisien dalam menghemat biaya produksi.
Pada sisi lain, kepemilikan atas mesin tersebut merupakan potensi yang cukup besar untuk dapat meningkatkan volume produksi sehingga mampu menangkap
peluang pasar yang ada. Dengan volume sebanyak 100-150 liter untuk setiap kali produksi akan memberikan manfaat yang besar baik dari sisi efisiensi biaya
produksi maupun pencapaian kapasitas produksi yang diharapkan.
6.3.1.2. Kelemahan
Di sampingmemiliki kekuatan, Dafarm memiliki kelemahan yang dapat menghambat jalannya usaha. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang
belum lengkap Produk olahan susu memiliki perijinan khusus yang berbeda dengan perijinan
makanan lainnya. Ijin edar makanan ringan selain susu dilakukan dengan cara mendaftarkan produk ke Dinas Kesehatan pada daerah masing-masing kemudian
dapat secepatnya di proses. Sedangkan produk olahan susu perijinan edar produk langsung berada di bawah kewenangan BPOM. Untuk memperoleh izin tersebut,
produk yang dihasilkan harus lulus uji laboratorium di pusat berdasarkan sample yang dikirimkan pihak perusahaan serta kemudian terdapat tes laboratorium
lanjutan di lokasi usaha. Kehigienisan dalam proses produksi sangat mempengaruhi kelayakan izin dari BPOM. Proses perijinan relatif rumit karena
mencakup beberapa ketentuan, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
90 Dafarm saat ini belum memiliki izin dari BPOM. Perijinan tersebut masih dalam
proses dan mengalami kendala karena belum lengkapnya persyaratan administrasi. Izin edar produk merupakan bukti jaminan produk bahwa produk tersebut layak
dan aman untuk beredar di pasaran. Oleh karenanya menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, izin produk dari BPOM menjadi suatu hal yang mutlak dimiliki
oleh para pengusaha sesuai dengan barang yang diproduksinya. Kondisi tersebut memang belum dipatuhi oleh sebagian besar usaha skala kecil dan rumah tangga
karena selain rumit, proses perijinan juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Yoghurt yang diproduksi Dafarm telah memiliki informasi pada label yang terdiri
dari nama produk, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, keterangan halal dari LPPOM, dan nomor TDI Tanda Daftar Industri. Namun
demikian Dafarm belum melengkapi bebarapa informasi penting pada label produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu daftar bahan yang digunakan,
dan tanggal kadaluarsa produk. Informasi tersebut sangat penting sebagai jaminan suatu produk terhadap konsumennya.
2. Kurangnya promosi
Promosi merupakan hal penting bagi kelangsungan dan kesuksesan suatu usaha. Kurangnya promosi secara tidak langung akan berdampak kepada kuantitas
penjualan produk. Dafarm belum banyak melakukan kegiatan promosi. Saat ini promosi yang dilakukan hanya berupa penyampaian informasi dari mulut ke
mulut yang dilakukan oleh para distributor Dafarm. Promosi pernah dilakukan dengan mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan namun hanya bersifat insidentil. 3.
Belum adanya pengelola profesional yang fokus menangani usaha Tingkat pendidikan tenaga kerja Dafarm masih relatif rendah. Begitupula dengan
pengalaman kerja yang dimiliki masih dinilai kurang. Hal ini terlihat dari usia angkatan kerja yang masih muda. Supervisor yang mengelola Dafarm tidak
pernah bekerja ditempat lain sebelumnya sehingga memiliki pengalaman yang masih terbatas.
Manajer dan wakil manajer yang memiliki pendidikan tinggi kurang mampu menangani secara teknis pengelolaan usaha Dafarm karena keterbatasan waktu
yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara, pimpinan Dafarm tersebut
91 menyadari bahwa saat ini Dafarm membutuhkan orang yang benar-benar memiliki
potensi dan mampu fokus memberikan waktunya untuk pengelolaan Dafarm ke depan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat dari pihak Dinas Perindustrian
dan Pedagangan yang mengetahui kondisi internal karena sering melakukan kunjungan ke Dafarm.
4. Lemahnya manajemen produksi dan pencatatan keuangan
Kondisi manajemen produksi yoghurt Dafarm belum berjalan dengan baik. hal ini terlihat dari belum adanya penjadwalan produksi. Permasalahan yang sering
timbul akibat produksi yang tidak terjadwal tersebut adalah ketersediaan stok barang yang kurang terkontrol. Hal ini menyebabkan Dafarm tidak dapat
memenuhi seluruh kebutuhan pesanan yang datang. Pencatatan keuangan penting untuk mengetahui kondisi perusahaan. Selain
itu pencatatan keuangan yang rapi dapat membantu pihak perusahaan dalam mendapatkan tambahan pinjaman modal baik dari pihak bank dan non bank.
Dafarm belum melakukan pencatatan keuangan secara sistematis. Pencataatan saat ini masih terbatas pada pencatatan sederhana stok barang dan hasil penjualan
harian. Dafarm belum menyusun laporan laba-rugi dan neraca yang umumnya digunakan pada perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan
pengelolaan pencatatan keungan. 5.
Kurangnya pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan kepada pelanggan dalam hal ini adalah agen distributor Dafarm sangat
penting diperhatikan. Dafarm memberikan pelayanan kepada para agennya berupa pengantaran produk hingga tempat tujuan. Agen yang membutuhkan produk
memesan melalui telepon minimal dua hari sebelum pengiriman. Biaya pengiriman tersebut sepenuhnya ditangggung oleh Dafarm.
Pelayanan Dafarm kepada pelanggan dinilai kurang karena waktu pengiriman barang yang tidak sesuai dengan permintaan dan seringkali terlambat. Hal ini
dapat mengecewakan pelanggan agen yang memiliki kedekatan dengan para konsumen karena permintaan konsumen akhir tidak dapat dipenuhi oleh para
agen. Keterlambatan pengiriman disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tidak adanya karyawan yang bertugas mengantar atau kendaraan yang sedang
92 digunakan untuk keperluan lainnya. Ini seharusnya tidak terjadi pada pengelolaan
suatu usaha. 6.
Volume produksi yang masih rendah Volume produksi Dafram masih sangat rendah dibandingkan dengan
kapasitas terpasang yang tertera pada setifikat TDI. Kapasitas terpakai Dafarm saat ini hanya berkisar 950 liter per bulan, sedangkan kapasitas terpasang adalah
kurang lebih 1700 liter per bulan. Selain itu apabila dilihat dari potensi dan fasilitas yang dimiliki Dafarm termasuk tersedianya mesin pengolahan yang
memadai, maka volume produksi saat ini dinilai sangat rendah. Volume produksi yang ada saat ini seringkali tidak mampu mencukupi seluruh
permintaan para distributor. Rendahnya volume produksi ini salah satunya dikarenakan pengelolaan usaha yang kurang baik termasuk dalam hal prediksi
persediaan stok barang. Penjabaran seluruh faktor kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel 26 sebagai berikut.
Tabel 26.
Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Bidang Fungsional Kekuatan
Kelemahan
93
Manajemen -
Lemahnya manajemen
produksi dan
pencatatan keuangan
Pemasaran -
Hubungan yang baik dengan distributor
- Harga jual produk yang
bersaing bagi para distributor -
Kurangnya pelayanan
terhadap pelanggan -
Kurangnya kegiatan promosi
ProduksiOperasi -
Kemudahan akses bahan baku -
Produk bersertifikat halal dan memiliki mutu yang relatif
baik -
Potensi teknologi pengolahan yang baik
- Produk belum memiliki izin
dari BPOM dan labelisasi kemasan
yang belum
lengkap -
Volume produksi yang masih rendah
Keuangan Ketersediaan modal yang cukup
- Sumber
Daya Manusia SDM
- Belum
adanya pengelola
profesional yang
fokus menangani usaha.
Sumber: Data Primer 2009
5.3.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman