Definisi Industri Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah (Dafarm), Desa Benteng Ciampea, Bogor-Jawa Barat)

17 Gambar 1. Skema Pengolahan Yoghurt Sumber: Wulandari 2006

2.4. Definisi Industri

Menurut Biro Pusat Statistik 2002, industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan. Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit kesatuan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Standarisasi Susu Penambahan Stabilizer dan Pemanis Bila diinginkan Pendinginan Susu Suhu ±40-45°C Pasteurisasi Susu pada suhu 85-90°C selama 30 menit Homogenisasi Susu Inkubasi selama 12 jam pada suhu ruang Inokulasi Starter Yoghurt Pengemasan Aseptis dan Penyimpanandistribusi Pemasaran 18 Perusahaan industri pengolahan menurut Biro Pusat Statistik dibagi dalam empat golongan menurut banyaknya tenaga kerja yang bekerja tanpa memperhatikan apakah perusahaan menggunakan mesin atau tidak serta tanpa memperhatikan besarnya modal usaha. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Golongan industri besar, dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Golongan industri sedang, dengan tenaga kerja 20-99 orang. 3. Golongan industri kecil, dengan tenaga kerja 5-19 orang. 4. Golongan industri rumah tangga, 1-4 orang. Menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 133MSK81979, industri kecil dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1. Industri kecil yang mempunyai kaitan dengan industri menengah dan besar 2. Industri kecil yang berdiri sendiri 3. Industri penghasil barang-barang seni 4. Industri yang mempunyai pasaran lokal yang bersifat pedesaan Menurut Sucherly 1983, secara kuantitatif yang disebut dengan industri kecil ialah perusahaan industri yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Investasi modal untuk mesin dan peralatan tidak lebih dari Rp. 70 juta. 2. Investasi per tenaga kerja Rp. 625.000 ke bawah 3. Pemilik usaha adalah hanya warga negara Indonesia Ketiga kriteria tersebut di atas harus dipenuhi seluruhnya. Di samping kriteria kuantitatif terdapat pula kriteria kualitataif sebagai berikut: 1. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan dan memerlukan bimbingan kewiraswastaan. 2. Administrasi perusahaan umumnya bersifat sederhana dan kurang teratur serta belum berbentuk badan hukum. 3. Tidak berkemampuan untuk menyediakan jaminan guna mendapatkan kredit dari dunia perbankan. 4. Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan masih belum formal dan masih bersifat kekeluargaan. 5. Pada umumnya sistem pembiayaanpermodalan belum memungkinkan untuk mengadakan persediaan yang cukup untuk kontinuitas produksi. 19 6. Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional. 7. Mutu produksi pada umumnya belum tetap dan desainnya kurang dapat mengikuti selera pasar. 8. Lemah dalam pemasaran produk-produk sendiri. Bedasarkan ciri-ciri di atas jelas bahwa industri kecil menunjukkan kelemahan dalam aspek teknik produksi, permodalan, manajemen, dan pemasaran. Dengan demikian pengembangan usaha dari industri kecil berkaitan dengan keempat aspek tersebut. Hal ini memaparkan bahwa kemampuan berkembang dari perusahaan industri bergantung kepada kemampuan perusahaan tersebut dalam menguasai proses produksi, kepemilikan modal, kemampuan manajemen, dan keberhasilan dalam pemasaran hasil produksi Sucherly 1983. Berdasarkan UU No. 91995 tentang Usaha Kecil definisi usaha kecil adalah sebagai berikut: 1 Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usahaperorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. 2 Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan usaha menengah atau besar. 3 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.

2.5. Penelitian Terdahulu