Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Susu

10 4. Bagaimana rancangan strategi pengembangan usaha Dafarm?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan ekstenal yang mempengaruhi pengembangan usaha yoghurt di Dafarm. 2. Memformulasi alternatif strategi pengembangan usaha yoghurt bagi Dafarm. 3. Menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan oleh Dafarm. 4. Membuat rancangan strategi pengembangan usaha bagi Dafarm. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna banyak pihak diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan. 2. Bagi Dafarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif perumusan strategi pengembangan usaha yoghurt sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi lingkungan usaha pengolahan yoghurt dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh Dafarm. Penelitian ini difokuskan pada salah satu produk Dafarm yang diproduksi secara kontinyu dan memiliki pasar yang jelas yaitu yoghurt berbahan baku susu sapi. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Susu

Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan gizinya lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Susu diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2005, komponen-komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa, enzim dan beberapa mikroba. Komposisi susu sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval pemerahan, suhu dan umur sapi. Umumnya susu mengandung air 87,1 persen, lemak 3,9 persen, protein 3,4 persen, laktosa 4,8 persen, abu 0,72 persen, dan vitamin yang larut dalam lemak susu, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Susu memiliki kerapatan pada suhu1,0260-1,0320 pada suhu 20ºC, dan susu segar memiliki kemasaman 6,6-6,7. Warna susu yang normal adalah putih kebiruan sampai kuning kecoklatan. Cita rasa agak manis pada susu berasal dari laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida. Penggumpalan merupakan sifat yang paling khas pada susu. Proses ini diakibatkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam. Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan media yang paling baik bagi perkembangbiakan mikroba. Susu juga mudah pecah dan rusak bila penanganannya kurang baik, serta masa simpannya relatif singkat. Untuk menangani masalah tersebut, maka langkah yang paling tepat adalah dengan mengawetkan susu untuk memperpanjang masa simpannya. Susu segar yang berasal dari sapi yang sehat belum tentu aman untuk dikonsumsi, karena susu mudah terkontaminasi bakteri patogen yang berasal dari lingkungan, peralatan pemerahan atau sapi itu sendiri. Kuman yang mencemari susu akan tumbuh dengan baik apabila lingkungan sesuai, seperti keadaan anaerob, suhu, kelembapan dan PH. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005, susu yang rusak akibat aktivitas mikroorganisme antara lain ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut: 12 1. Pengasaman dan penggumpalan akibat fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga pH menurun dan kemungkinan terjadi penggumpalan kasein, 2. Berlendir seperti tali karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir sebagai akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri, 3. Penggumpalan tanpa penurunan pH akibat aktivitas bakteri seperti Bacillus careus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis fosfolipid disekitar butir-butir susu. Kondisi zat gizi yang baik pada susu juga memberikan peluang yang baik bagi pertumbuhan mikroba, seperti bakteri, kapang dan khamir. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mikroba pun membutuhkan bahan makanan. Berbagai aktivitas mikroba tersebut akan mengubah mutu susu, ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna dan penampakan yang akhirnya susu menjadi rusak. Oleh karenanya susu harus mendapatkan penanganan yang cepat sebelum rusak, antara lain dengan pasteurisasi. Susu yang telah mengalami pasteurisasi, sterilisasi atau pemanasan pada suhu tinggi aman untuk dikonsumsi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005.

2.2. Produk Olahan Susu