74 dan beberapa santri lulusan pesantren untuk menjadi tenaga kerja pada bagian unit
usaha pengolahan susu.
6.2. Analisis Lingkungan Ekstenal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengembangkan faktor-faktor yang terbatas mengenai peluang yang dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha dan
faktor-faktor ancaman yang harus dihindari. Menurut Umar 2008, lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan jauh dan lingkungan
industri.
6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh
Analisis lingkungan jauh mengkaji empat faktor penting yaitu ekonomi, sosial, politik dan teknologi.
6.2.1.1. Faktor Ekonomi
Aspek ekonomi berpengaruh penting terhadap kelangsungan suatu usaha. Faktor ekonomi yang dianalisis dalam lingkungan eksternal terdiri dari pertumbuhan
sektor ekonomi melalui indikator Produk Domestik Bruto PDB, tingkat inflasi, dan tingkat konsumsi.
1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Indikator pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah PDRB Produk Domestik Regional Bruto. PDRB merupakan indikator ekonomi makro yang dapat
menggambarkan kondisi perekonomian suatu regional. Berikut adalah data PDRB Provinsi Jawa Barat menurut lapangan usaha.
Tabel 19.
PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Milyar Rupiah
Lapangan Usaha 2006
2007 PDRB dengan Minyak dan
Gas Bumi 257.499.445,75
273.995.144,93
75
PDRB Tanpa Minyak dan Gas Bumi
248.774.393,47 265.834.045,02
Sumber: BPS Jawa Barat 2008 Keterangan: Angka diperbaiki
Angka Sementara
Berdasarkan Tabel 19 di atas, pada tahun 2007 PDRB tanpa minyak dan gas bumi Jawa Barat mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut sebesar 6,86 persen.
Hal ini dapat menunjukan adanya peningkatan produksi secara sektoral yang mengindikasikan adanya peningkatan pendapatan penduduk Jawa Barat.
Peningkatan pendapatan tersebut dapat berimplikasi pada peningkatan konsumsi masyarakat. PDRB per kapita Jawa Barat juga mengalami peningkatan. Pada
tahun 2006 PDRB per kapita penduduk Jawa Barat sebesar 11.720.686,96 rupiah, dengan jumlah penduduk sebesar 40.371.976 jiwa. Sedangkan di tahun 2007,
PDRB per kapita meningkat menjadi 12.759.728,52 rupiah, dimana jumlah penduduk sebesar 41.240.707 jiwa BPS Jawa Barat, 2008.
Dafarm hingga saat ini memasarkan produknya ke beberapa kota di Jawa Barat yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Peningkatan PDRB
perkapita Jawa Barat secara tidak langsung mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Begitu pula Kabupaten Bogor yang merupakan lokasi
dimana usaha didirikan, mengalami peningkatan PDRB Tabel 20.
Tabel 20. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun Harga Berlaku Milyar Rupiah
Konstan Milyar Rupiah Semester I 2006
21.399,58 13.030,87
Semester II 2006 23.393,12
13.515,32 Semester I 2007
24.767,27 13.804,09
Semester II 2007 27.062,31
14.345,93
Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2007 Keterangan:
angka sementara angka sangat sementara
Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor menunjukkan pertumbuhan yang semakin baik, ditandai dengan PDRB yang terus meningkat. Berdasarkan Tabel 20 di atas,
PDRB Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan baik berdasarkan atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan.
76 2.
Tingkat Inflasi Inflasi merupakan indikasi adanya perubahan indeks dari waktu ke waktu. Tingkat
inflasi Kabupaten Bogor ditunjukan pada Tabel 21.
Tabel 21. Inflasi Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Pengeluaran
No. Kelompok Pengeluaran
2006 2007
1. Bahan makanan
16,24 10,41
2. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
6,24 2,46
3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
1,80 4,57
4. Sandang
6,17 9,29
5. Kesehatan
1,52 1,28
6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga
6,67 8,02
7. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
0,62 1,48
8. Umum
6,31 5,51
Sumber: BPS Kab. Bogor 2007
Berdasarkan data pada tabel di atas, pada tahun 2007 kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,46 persen. Makanan
jadi yang merupakan makanan hasil olahan secara tidak langsung terkena dampak kenaikan harga bahan makanan. Sehingga inflasi kelompok makanan jadi
seringkali menyusul setelah inflasi kelompok bahan makanan BPS Kab Bogor 2007.
Secara umum, tingkat inflasi akan mempengaruhi daya beli masyarakat sekitar. Oleh karenanya tingkat inflasi tersebut mempengaruhi secara tidak langsung
perkembangan suatu usaha. Produk yoghurt Dafarm yang tegolong kepada minuman merupakan produk jajanan sehat dengan harga yang sangat terjangkau.
Tingkat inflasi saat ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap daya beli konsumennya.
3. Tingkat Konsumsi
Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut pengeluaran makanan dan bukan makanan. Hal tersebut dapat mengambarkan bagaimana penduduk
mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya BPS Kab. Bogor, 2008. Berikut di
77 bawah ini merupakan data pengeluaran menurut kelompok makanan tahun 2002,
2005 dan 2007.
Tabel 22. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang
Makanan Dalam rupiah Tahun 2002, 2005, dan 2007
No. Komoditi Barang
2002 2005
2007 1.
Padi-padian 25.722
24.483 35.874
2. Umbi-umbian
1.329 1.664
1.991 3.
Ikan 10.675
13.374 13.822
4. Daging
5.903 6.984
6.898 5.
Telur dan susu 6.760
8.946 10.497
6. Sayur-sayuran
9.750 11.607
13.690 7.
Kacang-kacangan 4.161
4.887 5.207
8. Buah-buahan
5.868 6.203
9.055 9.
Minyak dan lemak 4.642
5.540 5.959
10. Bahan minuman 5.589
6.384 7.799
11. Bumbu-bumbuan 3.202
3.819 3.900
12. Konsumsi lainnya 2.826
3.843 4.736
13. Makan dan minuman jadi 20.182
31.847 37.030
14. Tembakau dan sirih 14.041
17.729 17.570
Jumlah 120.649
147.311 174.028
Sumber: BPS 2007 Keterangan
: sudah termasuk minuman yang mengandung alkohol Berdasarkan data di atas, produk makanan dan minuman jadi mengalami
peningkatan signifikan hingga tahun 2007. Hal ini memberikan peluang yang cukup besar bagi usaha industri pengolahan makanan untuk meningkatkan
penjualan produknya. Berikut Tabel 23 menunjukkan data pengeluaran rata-rata perkapita sebulan penduduk Jawa Barat tahun 2007.
Tabel 23.
Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Makanan Penduduk Jawa Barat Tahun 2007 Dalam rupiah
No. Komoditi Barang
2007 1.
Padi-padian 40.518
78
2. Umbi-umbian
1.365 3.
Ikan 11.886
4. Daging
6.778 5.
Telur dan susu 11.777
6. Sayur-sayuran
9.801 7.
Kacang-kacangan 7.386
8. Buah-buahan
5.970 9.
Minyak dan lemak 7.516
10. Bahan minuman 6.560
11. Bumbu-bumbuan 4.949
12. Konsumsi lainnya 7.327
13. Makan dan minuman jadi 41.898
14. Tembakau dan sirih 25.715
Jumlah 189.551
Sumber: BPS Jawa Barat 2008 Keterangan: tidak termasuk minuman yang mengandung alkohol
Data di atas menunjukkan jumlah konsumsi makanan dan minuman jadi merupakan konsumsi terbesar yaitu Rp.41.898 per kapita per bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok makanan dan minuman jadi memiliki persentase pengeluaran terbesar yaitu sebesar 22 persen dibandingkan konsumsi jenis
makanan lainnya. Tingginya tingkat konsumsi makanan dan minuman jadi di Jawa Barat tentu menjadi peluang bagi usaha yang menggeluti bidang industri
makanan dan minuman termasuk bagi Dafarm.
6.2.1.2 Faktor Sosial