Wisata Budaya Wisata Pantai

Kabupaten Ciamis selama kurun waktu 10 tahun terakhir berfluktuasi dengan kecenderungan turun. Jumlah wisatawan cenderung meningkat periode tahun 1999 – 2004, namun setelah periode tersebut jumlah wisatawan mengalami penurunan tajam hingga 92,8 Tabel 13. Tabel 13 Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ciamis tahun 1999 – 2007 Jumlah Wisatawan orang Pertumbuhan Tahun Wisnu Wisman Jumlah Wisnu Wisman Jumlah 1999 984.565 39.206 1.023.771 - - - 2000 1.033.833 15.562 1.049.395 5,0 -60,3 2,5 2001 1.047.737 15.114 1.062.851 1,3 -2,9 1,3 2002 1.238.226 16.139 1.254.365 18,2 6,8 18,0 2003 1.416.450 4.215 1.420.665 14,4 -73,9 13,3 2004 1.432.313 14.979 1.447.292 1,1 255,4 1,9 2005 743.215 7.410 750.625 -48,1 -50,5 -48,1 2006 579.837 2.602 582.439 -22,0 -64,9 -22,4 2007 554.973 8.028 563.001 -4,3 208,5 -3,3 Rata – rata pertumbuhan -4,3 27,3 -4,6 Kisaran 66,3 31,7 66,1 Sumber : Disparbud Kabupaten Ciamis 2008 diolah kembali Keterangan : Wisnu = Wisatawan NusantaraDomestik Wisman = Wisatawan Mancanegara Menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ciamis disebabkan oleh banyaknya musibah yang menimpa atau terjadi di daerah wisata dan sekitarnya misalnya musibah longsornya tanah di Objek Wisata Baturaden Purwokerto, Bom Bali, Tsunami Aceh, Gempa Bumi Yogyakarta dan Tsunami Pangandaran. Peristiwa-peristiwa tersebut baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi minat wisatawan unuk berkunjung ke daerah wisata. 5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

5.1 Jenis dan Produksi Hasil Tangkapan

Produksi hasil tangkapan ikan Pangandaran dalam kurun waktu 3 tiga tahun dari 2003 – 2007 mengalami kecenderungan meningkat dengan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2004 triwulan IV yaitu 279,4 ton atau setara dengan nilai produksi sebesar Rp8.607.356.000,00. Nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2007 triwulan II yaitu 72,95 ton atau setara dengan nilai produksi sebesar Rp959.397.900,00. Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Pangandaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 3. Tabel 14 Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan ikan per triwulan di Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 Produksi Nilai Produksi Tahun Triwulan ton Rp 2003 I II III IV 235,9 188,7 175,4 182,7 2.442.128.488 1.228.957.633 1.080.801.864 997.187.000 Jumlah 782,8 5.749.074.985 I 252,3 2.871.201.000 II 114,1 1.269.360.000 III 229,2 1.702.412.000 2004 IV 279,4 2.764.383.000 Jumlah 875,0 8.607.356.000 I 198,9 1.906.452.600 II 81,8 742.708.450 III 158,6 1.138.867.750 2005 IV 138,3 1.370.714.800 Jumlah 577,6 5.158.743.600 I 100,9 1.175.532.200 II 75,8 625.413.500 III 181,4 2.590.971.700 2006 IV 113,4 1.269.917.500 Jumlah 471,5 5.661.834.900 Sumber : KUD Mina Sari 2008 diolah kembali Lanjutan tabel 14 Produksi Nilai Produksi Tahun Triwulan Ton Rp. I 157,97 3.126.596.600 II 72,95 959.397.900 III 170,70 1.642.880.800 2007 IV 145,80 2.002.265.400 Jumlah 547,42 7.731.140.700 Sumber : KUD Mina Sari 2008 diolah kembali Sumber : KUD Mina Sari 2008 diolah kembali Gambar 3 Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan per triwulan di Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 Hasil tangkapan ikan pada triwulan IV tahun 2004 memiliki produksi yang cukup tinggi, karena pada saat tersebut banyak armada penangkapan ikan dari Pameungpeuk dan Cilacap yang mendaratkan dan menjual hasil tangkapannya di Pangandaran yang disebabkan armada kapal penangkapan dari kedua daerah tersebut di atas tidak dapat mendaratkan hasil tangkapannya di daerahnya masing- masing akibat terjadi pendangkalan kolam labuh. y = 0,259x 2 - 1.061x + 236,9 R 2 = 64,7 Terdapat beberapa triwulan yang menunjukkan produksinya turun tetapi nilainya meningkat. Hal ini antara lain disebabkan karena sebagian besar produksi mempunyai nilai jual yang tinggi atau sebaliknya produksi naik tetapi nilau jual ikannya turun antara lain karena sebagian besar produksi bernilai jual rendah, atau bisa juga karena berlakunya hukum ekonomi supply and demand dimana harga naik jika produksi rendah, dan harga turun jika produksi tinggi. Jumlah produksi hasil tangkapan ikan di Pangandaran pada tahun 2006 mengalami penurunan yang sangat drastis, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut tepatnya pada tanggal 17 Juli 2006 terjadi bencana tsunami yang menimpa Pantai Pangandaran yang mengakibatkan banyak armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan yang rusak atau hilang, sehingga jumlah trip penangkapan menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan jumlah produksi hasil tangkapan ikan juga menurun. Adapun untuk produksi hasil tangkapan ikan pada tahun 2007 belum mengalami peningkatan yang berarti dikarenakan masih banyak armada penangkapan ikan yang belum beroperasi karena masih rusak atau hilang. Selain itu juga disebabkan karena setelah terjadinya bencana tsunami jumlah produksi tangkapan di laut sangat sedikit yang kemungkinan besar disebabkan karena daerah penangkapan ikan masih belum dapat ditentukan dengan benar karena kondisi perairan yang berubah akibat terjadinya bencana tsunami.

5.2 Unit Penangkapan

5.2.1 Armada penangkapan

Armada penangkapan ikan yang beroperasi di Pangandaran terdiri atas 3 tiga macam yaitu perahu tanpa motor atau jukung, perahu motor tempel, dan kapal motor. Gambar 4 memperlihatkan salah satu jenis perahu penangkapan yang digunakan di Pangandaran. Sebagian besar nelayan Pangandaran menggunakan perahu motor tempel dari bahan fibre glass untuk kegiatan operasi penangkapan ikan yaitu sebesar 96,72. Perahu berukuran panjang, lebar, dan dalam masing – masing 7 – 9 meter, 0,6 – 1 meter dan 0,5 – 1 meter. Jenis mesin yang digunakan nelayan diantaranya mesin yang bermerk Kubota dan Robin berkekuatan 7 PK. Mesin