Kesejahteraan Masyarakat Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran Dan Wisata Pantai Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

tingkat kesejahteraan yang disandangnya. Misalkan, orang yang memiliki rumah berubin atau berkeramik, bisa dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang layak. Pendekatan tingkat kesejahteraan berdasarkan kesehatan dapat dilihat dari kondisi sanitasi perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, mencuci, dan kakus BPS 1991. Kemiskinan terkait erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Orang dikatakan miskin jika pendapatannya sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan minimum rumah tangga Sumodiningrat 1999. Kemiskinan yang ada dapat diukur dari tingkat pendapatan dan pengeluaran; dimana kebutuhan dibatasi hanya kebutuhan minimum saja. Purbayanto 2003 menyatakan sebagian besar atau sekitar 80 kegiatan perikanan tangkap di Indonesia dilakukan oleh nelayan tradisonal. Sementara itu, hanya kurang dari 20 sisanya adalah usaha penangkapan ikan padat modal atau lebih dikenal dengan sebutan industri penangkapan ikan yang melibatkan nelayan- nelayan terdidik. Kondisi ini telah menyebabkan ketimpangan ekonomi yang cukup besar antara nelayan industri dan nelayan tradisional. Nelayan tradisional inilah yang sebagian besar berada pada garis kemiskinan. Menurut Karunia et al. 2008 peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Gunawan 2007 diacu dalam Karunia et al. 2008 salah satu faktor tersebut adalah kebijakan khusus pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah pembangunan yang jelas. Menurut BPS 1991 kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan, sehingga indicator yang digunakan disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh BPS. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Dahuri 2000 menyatakan bahwa tidak adanya akses ke sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah alasan-alasan terjadinya kemiskinan di masyarakat nelayan. Alasan lain juga kurangnya prasarana umum di wilayah pesisir, lemahnya perencanaan spasial yang berakhir pada tumpang tindihnya berbagai sektor disuatu kawasan, dan dampak polusi dari suatu lingkungan. Perlu strategi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan pemungkiman penduduk, pembuatan sarana dan prasarana sosial lainnya, seperti transportasi, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya di pemukiman warga. Kondisi ini mampu memanfaatkan potensi yang ada baik terhadap sumberdaya alam maupun sumberdaya manusiannya yang akan memberikan peranan yang maksimal dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan Supriana 1997 diacu dalam Mustamin 2003. Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dan SUSENAS tahun 2003 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dan SUSENAS tahun 2003 No Indikator kesejateraan Kriteria Skor 1 Pendapatan rumah tangga Tolak ukur yang digunakan adalah konsep kemiskinan menurut direktorat jenderal tata guna tanah yang menyertakan pendapatan perkapita pertahun dengan konsumsi beras per kapita per tahun. Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali 4 3 2 1 2 Pengeluaran rumah tangga Tolak ukur yang digunakan adalah kriteria konsep kemiskinan menurut Sajogjo, yang didasarkan pada kebutuhan 9 bahan pokok dalam setahun. Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali 4 3 2 1 3 Keadaan tempat tinggal 1. Atap : genting 5, asbes 4, seng 3, sirap 2, daun 1 2. Dinding: tembok 5, setengah tembok 4, kayu 3, bambu kayu 2, bambu 1 3. Status: milik sendiri 3, sewa 2, numpang 1 4. lantai : porselin 5, ubin 4, plester 3, papan 2, tanah 1 5. luas lantai: 100 m 2 3, 50-100 m 2 2, 50 m 2 1. Permanen skor 15-21 Semi permanen skor 10- 14 Non permanen skor 5-9 3 2 1 4 Fasilitas tempat tinggal 1. Pekarangan: luas 100 m 2 3, sedang 50-100 m 2 2, sempit 50 m 2 1 2. Hiburan: diacu dalamo 4, TV 3, tape recorder 2, radio 1 3. Pendingin: AC 4, lemari es 3, kipas angin 2, alam 1 4. Penerangan: listrik 3, petromak 2, lampu tempel 3 5. Bahan bakar: gas3, minyak tanah 2, kayu arang 1 6. Sumber air: PAM 6, sumur bor 5, sumur 4, mata air minum 3, air hujan 2, sungai 1 7. MCK: sendiri 4, umum 3, sungailaut 2, kebun 1 Lengkap skor 21-27 Cukup lengkap skor 14- 20 Kurang lengkap skor 7- 13 3 2 1 5 Kesehatan anggota rumah tangga Banyaknya anggota keluarga yang sakit dalam satu tahun Baik 25 sering sakit Cukup 25-50 sering sakit Kurang 50 sering sakit 3 2 1 6 Kemuahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medispara medis termasuk kemudahan keluarga berencana dan obat-obatan 1. Jarak rumah sakit terdekat: 0 km 4, 0,01-3 km 3, 3 km 2, missing 1 2. Jarak ke poliklinik terdekat 0 km 4, 0,01-3 km 3, 3 km 2, missing 1 3. Biaya berobat: terjangkau 3, cukup terjangkau 2, sulit terjangkau 1 4. Penanganan berobat: baik 3, cukup baik 2, kurang baik 1 5. Alat kontrasepsi: mudah didapat 3, cukup mudah didapat 2, sulit didapat 1 6. Konsultasi KB: mudah 3, cukup 2, sulit 1 7. Harga obat-obatan: : terjangkau 3, cukup terjangkau 2, sulit terjangkau 1 Mudah skor 17-23 Cukup mudah skor 12- 16 Sulit skor 7-11 3 2 1 7 Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 1. Biaya sekolah: : terjangkau 3, cukup terjangkau 2, sulit terjangkau 1 2. Jarak sekolah: 0 km 3, 0,01-3 km 2, 3 km 1 3. Prosedur penerimaan: mudah 3, cukup 2, sulit 1 Mudah skor 8-9 Cukup mudah skor 6-7 Sulit skor 3-5 3 2 1 8 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi 1. Ongkos dan biaya: terjangkau 3, cukup terjangkau 2, sulit terjangkau 1 2. Fasilitas kendaraan: tersedia 3, cukup tersedia 2, tidak tersedia 1 3. Kepemilikan: sendiri 3, sewa 2, ongkos 1 Mudah skor 7-9 Cukup mudah skor 5-6 Sulit skor 3-4 3 2 1 9 Kehidupan beragama Toleransi tinggi Toleransi sedang Toleransi rendah 3 2 1 10 Rasa aman dari gangguan kejahatan Frekuensi terjadinya kejahatan per bulan pada lingkungan timpat tinggal rumah tangga Aman tidak pernah Cukup aman pernah Tidak aman sering 3 2 1 11 Kemudahan dalam melakukan olahraga Frekuensi responden dalam melakukan olahraga dalam satu minggu Mudah sering Cukup mudah agak sering Sulit tidak pernah 3 2 1 Sumber: Sobari dan Suswanti 2007 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Pangandaran, Obyek Wisata Pantai Pangandaran dan sekitarnya, yang terletak di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat Lampiran 1. Waktu penelitian dilaksanakan selama delapan bulan sejak bulan Mei tahun 2007 sampai dengan bulan Pebruari tahun 2008.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah form-form kuesioner untuk wawancara kepada pihak-pihak terkait. Di samping itu juga digunakan sheet data mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan yang berpedoman pada BPS 2003 diacu dalam Sobari dan Suswanti 2007.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yang diacu dari Singarimbun dan Efendi 1989. Aspek-aspek yang diteliti pengelolaan kepelabuhanan perikanan, penangkapan ikan dan wisata pantai. Parameter yang diteliti pada aspek pengelolaan kepelabuhanan perikanan adalah aktivitas dan fasilitas kepelabuhanan, SDM pengelola dan pengorganisasian kepelabuhanan. Parameter yang diteliti pada aspek penangkapan ikan adalah aktivitas penangkapan, unit-unit penangkapan, nelayanpengusaha penangkapan, dan pengelolaan penangkapan oleh nelayan, sedangkan parameter yang diteliti pada aspek wisata pantai adalah aktivitas wisata pantai, sarana prasarana pantai, karateristik pengunjung wisata pantai dan permintaan rekreasi dan konflik lingkungan. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data dan informasi yang dibutuhkan, yaitu seluruh informasi terkait dengan pengelolaan pelabuhan perikanan, aktivitas penangkapan ikan, dan wisata pantai di Kabupaten Ciamis. Data primer adalah berbagai data dan informasi yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan, pengukuran, dan wawancara terhadap responden. Responden di lapangan merupakan stakeholders yang terkait dengan pengelolaan PPI Pangandaran dan wisata pantai Pangandaran. Jumlah responden terkait diambil secara purposive sampling. Jumlah responden yang diambil untuk pengelolaan PPI Pangandaran adalah sebagai berikut: 1 Pihak pengelola PPI Pangandaran 1 orang Informasi yang diperoleh berupa kondisi pengelolaan PPI Pangandaran, kebijakan mengenai pengelolaan PPI Pangandaran, rencana pengembangan PPI Pangandaran kedepannya, persepsi tentang pariwisata pantai terutama persepsi tentang kesinergisan pariwisata dan kegiatan perikanan serta kegiatan-kegiatan perikanan apa saja yang dapat dijadikan sebagai objek. Wisata dan pengelolaan sanitasi. 2 Pihak pengelola TPI 2 orang Informasi yang diperoleh berupa kondisi gedung TPI sekarang, proses pelelangan, lamanya pelelangan, jumlah keranjang, dan retribusi pelelangan, dan kondisi pengelolaan sanitasi TPI di PPI Pangandaran, persepsi tentang pariwisata pantai terutama persepsi tentang kesinergisan pariwisata dan kegiatan perikanan serta kegiatan-kegiatan perikanan apa saja yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. 3 Nelayan 30 orang Responden dari nelayan adalah nelayan yang juga terlibat secara langsung dengan kegiatan pariwisata Pantai Pangandaran. Informasi yang diperoleh berupa jenis hasil tangkapan yang didaratkan, pendapatan nelayan, ukuran unit tangkap, jumlah hasil tangkapan, proses pembongkaran hasil tangkapan di atas kapal, alat dan waktu yang digunakan untuk membongkar, wadah yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan, pelaku pembongkaran, kebutuhan es, kebutuhan air tawar saat melaut, lama kapal di dermaga, lama trip, sistem pengelolaan PPI Pangandaran, daerah penangkapan ikan, dan mutu ikan yang didaratkan, persepsi tentang pariwisata pantai terutama persepsi tentang kesinergisan pariwisata dan kegiatan perikanan serta kegiatan-kegiatan perikanan apa saja yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan bagaimana pengaruh pariwisata terhadap pendapatan nelayan. 4 Pedagang ikan 6 orang Informasi yang diperoleh berupa harga beli ikan, sistem pembelian ikan, harga jual ikan, mutu ikan yang didaratkan, cara penanganan dan pengepakan hasil tangkapan baik di gedung TPI setelah pelelangan maupun pada saat pendistribusian, bahan yang digunakan untuk menjaga mutu ikan, tujuan tempat pendistribusian, lama waktu hasil tangkapan sampai ke daerah-daerah konsumen, dan biaya-biaya pendistribusian, persepsi tentang pariwisata pantai terutama persepsi tentang kesinergisan pariwisata dan kegiatan perikanan serta kegiatan-kegiatan perikanan apa saja yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan bagaimana pengaruh pariwisata terhadap pendapatan pedagang ikan. 5 Pengolah ikan 6 orang Informasi yang diperoleh berupa harga beli ikan, sistem pembelian ikan, mutu ikan yang didaratkan, bentuk olahan yang dihasilkan, sistem sewa lahan, tenaga kerja, perhatian pemerintah terhadap pengelolaan ikan yang ada, tujuan tempat pendistribusian, lama waktu hasil tangkapan sampai ke daerah-daerah konsumen, dan biaya-biaya pendistribusian, persepsi tentang pariwisata pantai terutama persepsi tentang kesinergisan pariwisata dan kegiatan perikanan serta kegiatan-kegiatan perikanan apa saja yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan bagaimana pengaruh pariwisata terhadap pendapatan pengolah ikan. 6 Pihak-pihak yang memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan penyetok es balok dan air bersih 4 orang Informasi yang diperoleh berupa produk yang disalurkan, sistem pembayaran, keterkaitan dengan pengelolan PPI Pangandaran, harga jual ke nelayan, dan perhatian pihak pengelola PPI Pangandaran terhadap ketersediaan es dan air bersih. 7 Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 1 orang Informasi yang diperoleh berupa permasalahan yang ada di PPI Pangandaran terkait pengelolaan PPI Pangandaran, rencana pengembangan PPI Pangandaran kedepannya, dan kondisi perikanan di Kabupaten Ciamis serta kebijakan yang diterapkan untuk bersinergi dengan pariwisata.