Fasilitas air bersih dan jaringan listrik Fasilitas Tambahan

3 Pembinaan Para Bakul Ikan di setiap wilayah Pangkalan Pendaratan Ikan. 4 Melaksanakan Program Pelatihan sesuai dengan kebutuhan Kelompok Binaan. 3. Program Pengawasan 1 Pengawasan Produksi Ikan hasil laut yang dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS di setiap wilayah Pangkalan Pendaratan Ikan 2 Pengawasan Perijinan, yang terdiri atas ; Surat Ijin Penangkapan Ikan, Surat Ijin Pengolahan, Surat Ijin Budidaya Ikan dan Ijin Bakul. 3 Pengawasan dan Pelestarian Sumberdaya Ikan dan lingkungannya oleh Pokmaswas, Instansi terakit serta semua pemangku kepentingan. Gambar 11 menunjukkan struktur organisisasi PPI Pangandaran. Sumber : DKP Ciamis 2008 Gambar 11 Strutur organisasi UPTD – PPI Pangandaran tahun 2007

5.4.2 SDM Pengelola PPI Pangandaran dan kemampuan pengelolaan

Jumlah SDM yang terdapat di PPI Pangandaran sangat terbatas sekali, sampai tahun 2007 jumlah SDM yang mengelola PPI Pangandaran hanya 5 orang termasuk kepala UPTD – PPI Pangandaran. Di samping jumlahnya yang sangat minim klasifikasi pendidikan dari masing-masing individu juga sangat tidak mendukung, karena dari 5 orang SDM yang ada 1 orang Diploma IV Perikanan, 1 orang sarjana teknis sipil, 1 orang sarjana ilmu pemerintahan dan 2 orang lulusan dari SLTP. Disamping kualifikasi pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengelolaan PPI, diklat-diklat yang diikuti juga sangat terbatas, yaitu 2 orang pernah mengikuti pelatihan SSK 60 mil, satu orang pernah ikut diklat teknis pengolahan perikanan dan satu orang memiliki sertifikat pelatihan administrasi kepelabuhanan, sedangkan diklat teknis mengenai pengelolaan pelabuhan perikanan itu sendiri belum ada satu pun yang pernah mengikutinya. Sumberdaya Manusia pengelola PPI adalah tolak ukur keberhasilan atau berjalannya operasional PPI itu sendiri. Dengan kondisi SDM seperti di atas sangat tidak mengherankan jika kegiatan PPI Pangandaran selama ini masih belum berjalan secara optimal.

5.4.3 Pengelolaan fasilitas dan aktivitas PPI Pangandaran

Kegiatan perikanan sering diidentikan dengan limbah ikan dan bau amis, sementara kegiatan pariwisata cenderung menggambarkan kebersihan dan keindahan, sehingga antara keduanya sering terjadi kontradisi yang berkaitan dengan lokasi perikanan yang sering dijauhkan dengan lokasi pariwisata. Menurut Hidayati 1997, sesungguhnya perikanan tangkap selain sebagai kegiatan ekonomi juga dapat dikembangkan sebagai suatu kegiatan rekreasi atau pariwisata. Hasil wawancara terhadap wisatawan diketahui bahwa di Pantai Pangandaran, limbah dan bau amis tidak terlalu menjadi permasalahan yang sangat mengganggu kegiatan rekreasi, karena kondisinya dalam taraf wajar walaupun seharusnya tidak boleh terjadi, karena memang banyak tempat penginapan-penginapan yang digunakan oleh wisatawan terletak di bagian timur dari Pantai Pangandaran yang note bene merupakan basis pelaksanan kegiatan perikanan. Adanya sinergi tersebut diduga karena kegiatan perikanan yang ada di Pangandaran masih berskala kecil dan masih terkonsentrasi di PPI Pangandaran. Salah satu bentuk sinergi yang sangat nyata terjadi di Pangandaran adalah penggunaan perahu-perahu nelayan yang tidak digunakan untuk melaut biasanya