klasikal atau dengan kata lain siswa yang memperoleh nilai tes berpikir kreatif matematis lebih dari 70 mencapai 75 atau lebih. Perhitungan selengkapnya terdapat
pada Lampiran 37.
4.1.2.2 Uji Ketuntasan Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji ketuntasan secara individual digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mencapai ketuntasan individual
atau tidak. Uji ketuntasan belajar secara individual menggunakan uji t satu pihak, yaitu pihak kanan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.
rata-rata hasil tes pemecahan masalah matematika siswa belum mencapai ketuntasan individual.
rata-rata hasil tes pemecahan masalah matematika siswa telah mencapai ketuntasan individual
Kriteria yang digunakan yaitu ditolak apabila
dengan ,
. Hasil analisis uji ketuntasan hasil belajar pemecahan masalah secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.16 sebagai berikut.
Tabel 4.16 Hasil Uji Ketuntasan Individual Hasil Belajar Pemecahan Masalah Kelas
Rata- rata
̅ Standar
deviasi KKM
Kriteria VIII G
70 ditolak
Berdasarka hasil perhitungan diperoleh dan
. Karena
maka ditolak, artinya rata-rata hasil tes pemecahan
masalah matematika siswa telah mencapai ketuntasan individual.
Sedangkan untuk mengetahui apakah hasil tes pemecahan masalah matematika telah mencapai ketuntasan secara klasikal atau tidak, maka dilakukan uji
proporsi satu pihak yaitu pihak kanan. Dalam penelitian ini, belajar dikatakan tuntas secara klasikal jika 75 hasil tes pemecahan masalah matematika siswa mencapai
nilai 70. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut. proporsi ketuntasan hasil tes pemecahan masalah matematika siswa
75 atau belum mencapai ketuntasan secara klasikal. proporsi ketuntasan hasil tes pemecahan masalah matematika siswa
atau telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Kriteria yang digunakan yaitu
ditolak apabila dengan
, . Hasil analisis uji ketuntasan hasil belajar pemecahan masalah secara
klasikal dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai berikut. Tabel 4.17 Hasil Uji Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Pemecahan Masalah
Kelas ∑
N Persentase
Ketuntasan Kriteria
VIII G 25
86,2 ditolak
Berdasarka hasil perhitungan diperoleh dan
. Karena
maka ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa proporsi
ketuntasan hasil tes pemecahan masalah matematika siswa telah mencapai ketuntasan secara klasikal atau dengan kata lain siswa yang memperoleh nilai tes pemecahan
masalah matematika lebih dari 70 mencapai 75 atau lebih. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 38.
4.1.3 Koefisien Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kemempuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematika maka dihitung koefisien
korelasi antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi antara kemempuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan pemecahan masalah
matematika diperoleh . Hal ini berarti bahwa kemempuan berpikir kreatif
matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematika memiliki hubungan yang cukup erat. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39.
4.1.4 Hasil Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 6 siswa kelas VIII G SMP Negeri 5 Semarang, yang dipilih secara purposive sample sampel bertujuan adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai yaitu mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
ditinjau dari tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Instrumen tes berpikir kreatif matematis diberikan kepada siswa kelas VIII G
SMP Negeri 5 Semarang pada tanggal 4 Maret 2016. Hasil analisis instrumen tes berpikir kreatif matematis siswa diperoleh 6 siswa dengan TKBK Atas, 22 siswa
dengan TKBK Tengah, dan 4 siswa dengan TKBK Bawah. Pengelompokan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif TKBK siswa kelas VIII G SMP Negeri 5 Semarang
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut.