Teori Belajar Piaget Teori Belajar

intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita; c perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui kata-kata; d interaksi antara guru dan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif; e bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif, f pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut. Selain itu pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak. Oleh karena itu pengalaman baru yang dipelajari anak harus sesuai pengetahuan yang telah dimiliki anak. Bruner mengemukakan sebagaimana dikutip Rifa’i Anni 2012 bahwa dalam proses belajar anak melewati tahap, yakni: a Enaktif, tahap di mana anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi mengotak-atik objek. b Ikonik, tahap di mana kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. c Simbolik, tahap di mana anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang- lambang objek tertentu. Siswa sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Dalam penelitian ini teori belajar Bruner berhubungan erat dengan tahap pemecahan masalah. Dalam menyelesaikan masalah, siswa harus mencari dan melihat apa yang diketahui, beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah bahkan terkadang perlu menggambarkan terlebih dahulu solusi yang memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 2.1.3 Pembelajaran Matematika Dimiyati Mudjiono 2002, menyebutkan pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai pendidikan dalam lingkup persekolahan atau proses sosialisasi siswa dengan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas, dan teman sesama siswa. Menurut Bruner sebagaimana dikutip oleh Rifa’i Anni 2012, pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk mempelajari apa yang dimiliki. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif terhadap konsep dan prinsip- prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melaksanakan eksperimen yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk dirinya sendiri. BSNP 2006, merumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika adalah: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep dan algoritma, secara luwes, akurat, dan efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengomunikasikan