31
3.1.6 Konsep Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan Hafsah, 2000. Kartasasmita 1996 mengemukakan bahwa kemitraan usaha, terutama dalam
dunia usaha adalah hubungan antara pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerjasama yang sinergis, yang
hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game melainkan positive-sum-game atau win- win situation
. SK Mentan No. 940KptsOT. 210101997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, menyebutkan bahwa kemitraan usaha pertanian
adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dan kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Usaha tanaman pangan dan holtikultura adalah usaha yang
dilaksanakan oleh petani ataupun pengusaha, baik di lahan miliknya atau dilahan sewa atau lahan hak guna usaha, mulai dari perbenihan, budidaya, pengolahan,
sampai pemasarannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Kemitraan, kemitraan yang ideal adalah kemitraan yang saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling menghidupi. Menurut Hafsah 2000, kemitraan
yang ideal adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di kelasnya dengan pengusaha kecil yang kuat di bidangnya yang didasari oleh
kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama
untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya, tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta tumbuh
berkembangnya rasa saling percaya di antara mereka. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas
sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri Soemardjo et al.
2004. Secara umum, kemitraan usaha adalah kerjasama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan. Hubungan kemitraan
usaha umumnya dilakukan antara dua pihak yang memiliki posisi sepadan dalam hal tawar-menawar.
32 Keberhasilan suatu kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan
oleh kedua pihak yang bermitra dalam menerapkan etika bisnis. Pengertian etika itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995 adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Karena itu, semakin kuat pemahaman dan penerapan etika bisnis dalam bermitra maka akan
semakin kokoh pondasi dari kemitraan itu sendiri. Selain memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak, kemitraan juga memberikan nilai tambah bagi pihak
yang bermitra dari berbagai aspek seperti aspek manajemen, pemasaran, teknologi, permodalan dan keuntungan.
Dalam SK Mentan No. 940KptsOT. 210101997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, dikemukakan mengenai pola-pola kemitraan usaha
yang dapat dilaksanakan, diantaranya 1 Pola Kemitraan Inti Plasma, 2 Pola Kemitraan Subkontrak, 3 Pola Kemitraan Dagang Umum, 4 pola Kemitraan
Keagenan, dan 5 Kerjasama Operasional Agribisnis KOA. 1.
Pola Kemitraan Inti Plasma Dalam model ini pengusaha-pengusaha besar bertindak sebagai
perusahaan mitrainti dan melakukan kemitraan dengan petani produsen petani mitraplasma ataupun kelompok usaha agribisnis
dengan membentuk kesepakatan harga dan kualitas pembelian produk. Perusahaan mitra berkewajiban, antara lain menyediakan lahan, sarana
produksi, bimbingan teknis, pembiayaan, serta bantuan lain seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sementara itu, petani
plasma melakukan budidaya sesuai ajuran dan kesepakatan dengan pengusaha mitra.
33
Sumber: Soemardjo et al. 2004
2. Pola Kemitraan Sub Kontrak
Pola kemitraan sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang
memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk
kemitraan sub kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu Hafsah 2000. Keunggulan
dari pola kemitraan ini adalah mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan ketrampilan serta menjamin pemasaran. Sedangkan
kelemahannya adalah adanya kecenderungan mengisolasi produsen kecil dalam suatu hubungan monopoli.
Sumber: Soemardjo et al. 2004 Kelompok
Mitra Pengusaha
Mitra Kelompok
Mitra Kelompok
Mitra Kelompok
Mitra Plasma
Plasma Plasma
Plasma Perusahaan
Gambar 1. Pola Kemitraan Inti Plasma
Gambar 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak
34 3.
Pola Kemitraan Dagang Umum Pola kemitraan dagang umum merupakan suatu hubungan kemitraan
usaha antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Keuntungan pola kemitraan ini adalah
adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas yang sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Kelemahan dari
pola ini adanya penentuan sepihak dari pengusaha besar mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil Hafsah
2000.
Memasok
Memasarkan produk
Kelompok mitra
Sumber: Soemardjo et al. 2004
4. Pola Kemitraan Keagenan
Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan
jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya Hafsah 2000. Keunggulan dari hubungan pola kemitraan ini adalah berupa
keuntungan dari hasil penjualan, ditambah komisi yang diberikan oleh perusahaan mitra.
Kelompok Mitra
Perusahaan Mitra
Konsumen Industri
Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang Umum
35 Memasok
Memasarkan produk Kelompok
mitra
Sumber: Soemardjo et al. 2004
5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis KOA
Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Pada model ini, kelompok
mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk
mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Di samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin
pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan.
Memasok
Sumber: Soemardjo et al. 2004 Kelompok
Mitra Perusahaan
Mitra
Konsumen Masyarakat
Kelompok Mitra
Perusahaan Mitra
‐Lahan ‐Sarana
‐Teknologi ‐Biaya
‐Modal ‐Teknologi
‐Manajemen
Gambar 4. Pola Kemitraan Keagenan
Gambar 5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis
36
Perusahaan Besar
Koperasi Usaha
Kecil Pembina
Fasilitator
Berdasarkan pola-pola kemitraan yang telah berkembang di masyarakat, dapat ditarik suatu pola kemitraan secara umum yang dapat dikembangkan di
Indonesia, mulai dari pola sederhana hingga pola ideal yang mewujudkan ketergantungan antara kedua belah pihak.
1. Pola Kemitraan Sederhana Pemula
Pada kemitraan sederhana, perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan atau
kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan, serta bantuan teknologi
terutama alat mesin dalam peningkatan produksi dan mutu produksi.
Kemitraan
‐ Modal - Tenaga Kerja
‐ Sarana Produksi ‐ Alat dan Manajemen
‐ Manajemen ‐ Teknologi
Sumber: Hafsah 2000
2. Pola Kemitraan Tahap Madya
Pada pola kemitraan tahap madya, peran dari perusahaan mulai berkurang, terutama dalam aspek permodalan. Perusahaan besar tidak
lagi memberikan modal usaha. Bantuan terhadap usaha kecil lebih kepada bantuan teknologi, alat mesin, industri pengolahan
agroindustri, serta jaminan pemasaran.
Gambar 6. Pola Kemitraan Sederhana Pemula
37
Perusahaan Besar
Koperasi Usaha
Kecil Pembina
Fasilitator
Perusahaan Besar
Koperasi Usaha
Kecil Pembina
Fasilitator
Konsultan
Kemitraan
- Alat dan Mesin
- Saprodi -
Agroindustri - Manajemen
- Pemasaran
- Permodalan -
Teknologi
Sumber : Hafsah 2000
3. Pola Kemitraan Tahap Utama
Pola ini merupakan pola kemitraan yang paling ideal untuk dikembangkan, namun membutuhkan persyaratan yang cukup berat
bagi pihak usaha kecil. Pada pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-sama menanamkan modal usaha pada pengusaha besar
mitranya dalam bentuk saham.
Kemitraan Saham
Sumber: Hafsah 2000
Gambar 7. Pola Kemitraan Tahap Madya
Gambar 8. Pola Kemitraan Tahap Utama
38
3.1.7 Konsep Kepuasan