51
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Pemilihan petani responden didasarkan pada petani yang bermitra serta petani yang tidak bermitra. Pengambilan contoh petani responden mitra dilakukan
pada petani penangkar benih yang bermitra dengan PT. SHS. Responden yang diambil adalah petani penangkar benih yang menanam padi varietas Ciherang.
Sedangkan pengambilan contoh petani responden yang tidak bermitra dilakukan pada petani penangkar benih di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang.
Penarikan contoh dilakukan dengan dua metode, yaitu metode purposive untuk petani mitra serta Simple Random Sampling untuk petani non mitra, karena
sifatnya yang homogen. Responden non mitra dipilih secara acak dengan cara diundi. Sedangkan penarikan sample dengan cara purposive pada petani mitra
disebabkan karena adanya keterbatasan data mengenai jumlah penangkar benih di PT. SHS yang memproduksi varietas Ciherang pada musim tanam 2010-2011.
Jumlah responden petani penangkar mitra dan non mitra sengaja diambil masing- masing sebanyak 30 orang petani.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Pada analisis
pendapatan usahatani, analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi baik pada petani mitra dan non mitra serta
mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT Sang Hyang Seri. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis
tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan menggunakan metode IPA dan CSI serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila
dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. RC rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji
validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.
52
4.4.1 Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
= x Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga jual produk y Menurut Soekartawi 2002, biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu a biaya tetap fixed cost dan b biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi output yang
diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap variable cost didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan. Untuk
menghitung biaya tetap dapat digunakan rumus sebagai berikut: FC
= ∑
di mana: FC = biaya tetap = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
= harga input n
= macam input Apabila besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengan rumus karena tidak
diketahui secara pasti jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, maka sekaligus ditentukan nilainya. Rumus ini juga digunakan untuk menentukan biaya
tidak tetap. Total biaya TC adalah jumlah dari biaya tetap FC dan biaya tidak tetap
VC. Dari pernyataan tersebut, rumus yang digunakan untuk menetukan total biaya adalah:
TC = FC + VC Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya
tidak tunai diperhitungkan Hernanto, 1995. Biaya tunai dan biaya tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk ke dalam
biaya tunai misalnya iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang
53 termasuk biaya tunai adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya
tetap yang merupakan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya variabel yang
merupakan biaya diperhitungkan adalah sewa lahan.
4.4.2 Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani pada penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai pendapatan tunai dan pendapatan
atas biaya total pendapatan total. Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani dalam usahatani penangkaran benih padi. Sedangkan biaya
total adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa
besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa
sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode tertentu. Secara matematis pendapatan
usahatani ditulis sebagai berikut: Pendapatan Tunai
= TR - BT Pendapatan Total
= TR – BT+BD di mana : TR = Penerimaan Rp
BT = Biaya Tunai Rp BD = Biaya Diperhitungkan Rp
4.4.3 Analisis RC
Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah rasio RC. Rasio RC merupakan
rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio RC dibedakan menjadi dua, yaitu rasio RC atas biaya tunai dan rasio RC atas biaya total. Rasio RC atas
biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio RC atas biaya total dihitung
54 dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu
periode tertentu. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio RC atas biaya tunai
=
Rasio RC atas biaya total
=
Di mana : TR
= Total Penerimaan TC
= Total Biaya = BT + BD Suatu usahatani dinyatakan menguntungkan apabila rasio RC lebih besar
dari satu rasio RC 1. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari
satu rupiah. Sebaliknya apabila rasio RC kurang dari satu rasio RC 1 maka usaha akan mengalami kerugian, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah. Jika rasio RC sama dengan satu rasio RC = 1 berarti kegiatan tersebut berada pada kondisi
keuntungan normal. Karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan sebesar satu rupiah.
Tabel 10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio
No Uraian Jumlah Harga per
Satuan Rp Nilai
Rp A Total
Penerimaan B Biaya
tunai
1 Benih 2 Pupuk
3 Obat-obatan 4
Tenaga kerja luar keluarga 5 .....
Total biaya tunai C
Biaya yang diperhitungkan
1 Penyusutan 2
Tenaga kerja keluarga
Total biaya yang diperhitungkan D
Total biaya B+C E
Pendapatan atas biaya tunai A-B F
Pendapatan atas biaya total A-D G
RC atas biaya tunai AB H
RC atas biaya total AD
55
4.4.4 Penilaian Tingkat Kepuasan
4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani mitra diadakan uji validitas dan reabilitas terhadap atribut-atribut yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menguji kuisioner yang akan
digunakan agar terhindar dari kesalahan acak yang akan menurunkan keandalan pengukuran. Validitas berhubungan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas.
Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur Rangkuti 2006. Uji
validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item Total
Statistic. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai
Corrected Item-Total Correlation . Suatu variabel dinyatakan valid bila nilai
Corrected Item-Total Correlation 0,3 dan dikatakan tidak valid bila nilai
Corrected Item-Total Correlation 0,3 Nugroho 2005. Apabila dalam
pengujian terdapat atribut yang tidak valid maka atribut tersebut dikeluarkan, kemudian proses analisis diulang untuk atribut yang valid saja. Sedangkan uji
reliabilitas mempunyai pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha 0,60 Nugroho 2005.
Atribut yang digunakan sebagai pre sampling pada kuisioner pertama berjumlah 18 atribut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data reliabel tetapi
terdapat dua atribut yang tidak valid, karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation
0,3, yaitu kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen dan penyediaan lahan sewa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap ke-16 variabel
yang valid dan didapatkan hasil bahwa data telah valid dan reliabel. Ke-16 variabel dinyatakan valid karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation
0,3 dan nilai cronbach Alpha 0,60 yaitu 0,887.
56 Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah
atribut ke-16 dan atribut ke-17 dihilangkan pada uji validitas dan reliabilitas pertama, maka atribut ke-18 yaitu ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh
inti menjadi atribut 16 pada uji validitas dan reliabilitas kedua. Selanjutnya keenam belas atribut tersebut digunakan dalam perhitungan Importance
Performance Analysis IPA serta Customer Satisfaction Index CSI. Penentuan
atribut dilakukan berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak kerjasama serta teori service quality servqual. Atribut yang digunakan pada pre
sampling kuisioner pertama dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Atribut Pelayanan Kemitraan
No Atribut Atribut
Keandalan reliability 6
Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7
Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 12
Bantuan biaya panen 15
Harga beli hasil panen Ketanggapan responsiveness
1 Prosedur penerimaan
mitra 8
Respon inti terhadap keluhan petani 9 Bantuan
inti dalam
menangulangi hama dan penyakit tanaman 13
Ketepatan waktu pemberian biaya panen 18
Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti Jaminan assurance
10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping
Empati emphaty 11
Pendamping mudah ditemui dan dihubungi Berwujud tangible
2 Kualitas Benih Pokok
3 Harga benih pokok
4 Harga sarana
produksi 5
Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 14
Penyediaan sarana transportasi untuk panen 16
Kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen 17
Penyediaan lahan sewa Atribut yang dihilangkan
57
4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis IPA
Metode IPA digunakan karena metode ini dapat memberikan penilaian terhadap kinerja setiap atribut yang telah ditentukan dengan cara mengukur
tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya, serta menggolongkannya ke dalam skala prioritas tertentu. Tingkat kepentingan kualitas pelayanan adalah
seberapa penting suatu atribut dalam kemitraan dinilai oleh konsumen, dalam hal ini adalah petani mitra. Pada metode IPA tingkat pelaksanaan atau pelayanan
suatu perusahaan dinilai memuaskan apabila pelayanannya sesuai dengan harapan dari petani mitra. Tingkat kepentingan dan kepuasan petani diukur menggunakan
skala likert dengan empat kategori sebagaimana terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan terhadap
Kinerja
Kategori Skor
Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
Sangat Penting Sangat Puas
4 Penting Puas
3 Tidak Penting
Tidak Puas 2
Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas
1
Pengukuran tingkat kepuasan menggunakan skala dilakukan untuk mengurangi subjektifitas responden Sumarwan 2004. Penggunaan empat skala
pengukuran dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih nilai tengah cukup dalam menilai atribut evaluasi kemitraan Aritonang 2005.
Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Nilai kepuasan petani mitra
atas kinerja kemitraan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan tingkat kepentingan harapan petani dinyatakan dengan huruf Y. Atribut kemitraan dikatakan telah
sesuai dengan harapan petani apabila nilai kesesuai yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya, bila nilai kesesuai kurang dari 100
persen, maka atribut kemitraan dinyatakan belum sesuai dengan harapan petani mitra. Secara matematis analisis kesesuaian dirumuskan sebagai berikut:
58 Tki
= x 100
Dimana: Tki
= Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat kinerjakepuasan petani mitra
Yi = Skor penilaian kepentingan petani mitra
Hasil perhitungan dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada penggunaan diagram kartesius, sumbu mendatar X merupakan skor tingkat pelaksanaan
kinerjakepuasan, sedangkan sumbu tegak Y merupakan skor tingkat kepentinganharapan. Rumusan matematis untuk setiap faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
∑ ∑
X = Y =
n n
Dimana: X = Skor rata-rata tingkat kinerjakepuasan
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden
Diagram kartesius merupakan sebuah bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik
X,Y. Kedua titik tersebut diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: ∑
∑ X =
Y = k
k Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan seluruh atribut mutu pelayanan
dari perusahaan Y = Skor rata-rata tingkat kepentinganharapan seluruh atribut mutu
pelayanan k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan petani Kedua garis tersebut membagi diagram kartesius yang merupakan matriks
IPA ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Diagram kartesius dijelaskan pada Gambar 11.
59 Tingkat Kepentingan
Y
Y
X X
Tingkat Kepuasan
Sumber : Supranto 2006
Keterangan: Kuadran
I : Kuadran I yang merupakan Kuadran Prioritas Utama
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan petani, namun manajemen belum melaksanakannya
sesuai yang diharapkan petani, sehingga petani tidak puas. Kinerja atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini harus
ditingkatkan oleh perusahaan dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Kuadran II : Kuadran II yang merupakan Kuadran Pertahankan Prestasi
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga sangat memuaskan petani. Kinerja atribut- atribut yang terdapat dalam kuadran ini harus dipertahankan.
Kuadran I
Prioritas Utama
Kuadran II
Pertahankan Prestasi
Kuadran III
Prioritas Rendah
Kuadran IV
Berlebihan
Gambar 11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis
60 Kuadran
III : Kuadran III yang merupakan Kuadran Prioritas Rendah
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani dan pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.
Peningkatan kinerja atribut dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan lagi karena manfaat yang diperoleh sangat
kecil. Kuadran
IV : Kuadran IV yang merupakan Kuadran Berlebihan
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani namun pelaksanaannya oleh perusahaan dirasa
berlebihan. Atribut-atribut dalam kuadran ini dapat dikurangi pelaksanaannya untuk menghemat biaya.
4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index CSI
Customer Satisfaction Index CSI digunakan untuk menetukan tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Atribut-atribut yang diukur berbeda-beda untuk masing-masing
industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Menurut Aritonang 2005 terdapat empat langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index CSI,
yaitu: 1.
Menentukan Mean Important Score MIS dan Mean Satisfaction Score MSS. Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap
anggota:
∑ ∑
MIS =
dan MSS =
n n
Dimana: n =
jumlah responden Yi
= Nilai kepentingan atribut ke- i Xi
= Nilai kinerja atribut ke- i
61 2.
Membuat Weight Factors WF Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut.
= ∑
Dimana: p
= Jumlah atribut kepentingan i =
Atribut ke-
i
3. Membuat Weight Scor WS
Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor WF dengan rata- rata tingkat kepuasan Mean Satisfaction Score = MSS
= x
Dimana: i
= Atribut aspek kemampuan kelompok ke- i
4. Menentukan Customer Satisfaction Index CSI
∑
CSI =
x 100
5
Pada umumnya bilai nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai di bawah 50 persen konsumen
belum dikatakan puas. Skala kepuasan konsumen yang dipakai dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas.
Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT. Sucofindo dalam melakukan survei kepuasan pelanggan, sepert dijabarkan dalam Tabel 13.
62
Tabel 13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index CSI Nilai CSI
Kriteria CSI
0,81-1,00 Sangat Puas
0,66-0,80 Puas 0,51-0,65 Cukup
Puas 0,35-0,50 Kurang
Puas 0,00-0,34 Tidak
Puas
Sumber: Ihsani 2005 dalam Lestari 2009
4.5 Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Petani Penangkar Benih Padi adalah petani yang menghasilkan benih padi sebagai komoditi produksinya.
2. Petani Penangkar Benih Mitra adalah petani penangkar benih yang
menjalin kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan terikat kontrak. 3.
Petani penangkar benih non mitra adalah petani penangkar benih yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, yang merupakan petani
mandiri. Petani ini tidak terikat kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri. 4.
Harga beli hasil panen adalah harga beli yang dibayarkan PT. Sang Hyang Seri kepada petani, sesuai dengan kadar air serta kotoran yang terkandung
pada hasil panen.
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian antara lain:
1. Pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri dengan
petani penangkar benih padi di daerah sekitar perusahaan merupakan kemitraan inti plasma. Kemitraan memberikan beberapa manfaat bagi PT.
SHS dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh PT. SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan manfaat
yang diperoleh petani mitra adalah mendapatkan bantuan modal dalam panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta
mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan masih terdapat enam
poin dari enam belas poin kerjasama yang dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan kesepakatan, sehingga menimbulkan masalah.
Keenam poin tersebut adalah 1 Penjualan hasil panen, 2 Penyediaan sarana produksi, 3 Kegiatan pembasmian tikus, 4 Respon terhadap
keluhan, 5 Pengangkutan hasil panen dan 6 Pembayaran hasil panen. Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan diantaranya
adalah kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan, masih terdapat petani yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, banyaknya penggunaan
pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah, kurangnya ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan petani serta harganya yang
tinggi, masih banyak petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian tikus, belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan
pembayaran hasil panen, kurangnya sarana pengangkutan hasil panen serta keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Permasalahan ini
disebabkan karena kurangnya kontrol perusahaan terhadap pelaksanaan kemitraan, kesepakatan kerjasama yang kurang rinci sehingga
menciptakan celah, serta tidak adanya evaluasi kemitraan yang dilakukan oleh PT. SHS.
130 2.
Berdasarkan analisis kepuasan menggunakan metode IPA diketahui bahwa masih terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama, yaitu
harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana
transportasi panen, harga beli hasil panen dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya
adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih pokok, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya
panen dan ketepatan waktu pemberian biaya panen. Atribut dengan prioritas rendah adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan
pembinaan plasma. Sedangkan atribut yang pelaksanaannya dianggap berlebihan adalah pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan,
bantuan inti dalam menanggulangi hama penyakit serta keberadaan pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi. Secara umum diketahui
bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08.
3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani mitra adalah Rp 2.700.154,92 dan Rp 1.703.574,44. Tingkat pendapatan petani
mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra dimana pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non
mitra adalah Rp 781.335,85 dan Rp 316.682,99. Hal ini senada dengan nilai RC atas biaya tunai 1,219 dan RC atas biaya total 1,120 petani
mitra yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai RC atas biaya tunai 1,063 dan nilai RC atas biaya total 1,024 petani non mitra. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan usahatani pada petani mitra lebih menguntungkan dibandingkan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh
petani non mitra. Walaupun begitu, kedua kegiatan usahatani sudah layak untuk dijalankan, karena nilai RC pada petani mitra maupun non mitra,
baik nilai RC atas biaya tunai dan biaya total lebih besar daripada satu RC 1.
131
9.2 Saran