76 Pelaksanaan budidaya penangkaran benih padi oleh petani mitra diawasi
oleh PT. SHS. Setiap kegiatannya mulai dari tebar, tanam hingga panen harus berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selama satu
musim tanam, PT. SHS melakukan roguing sebanyak 3 kali, yaitu ketika i masa vegetatif, yaitu satu bulan setelah tanam, ii masa berbunga penuh, yaitu dua
setengan bulan setelah tanam, dan iii fase pemasakan, yaitu dua minggu sebelum panen. Biaya roguing ditanggung oleh petani mitra sebagai biaya operasional
yang wajib dibayar setiap musimnya. Petani mitra menyerahkan hasil panen dengan Surat Pengantar Hasil
SPH. SPH diperoleh setelah hasil panen melalui uji laboratorium, untuk menentukan kadar air serta kotoran dari hasil panen tersebut. Satu SPH mewakili
satu kendaraan, yang berisi nama petani mitra, lokasi penanaman, luas lahan, tanggal panen, total hasil panen bruto, total hasil panen netto setelah dikurangi
berat karung dan hasil panen, kadar air dan kotoran, serta harga yang ditetapkan untuk hasil panen tersebut sesuai dengan hasil laboratorium. Penimbangan
dilakukan dua kali, pertama oleh petani sendiri, kemudian oleh perusahaan. SPH ditandatangani oleh petani mitra, supervisor dan supir kendaraan. Pembayaran
hasil panen dilakukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya, minimal satu minggu setelah penyerahan hasil panen, tergantung dari kemampuan perusahaan. Lama
pembayaran menunggu pencairan dana perusahaan.
6.3 Surat Perjanjian Kerjasama
Surat Perjanjian Kerjasama SPK antara PT. SHS dengan petani menetapkan luas areal lahan serta lokasi atau blok yang akan dikelola oleh petani
selama satu musim, dengan beberapa persyaratan atau ketentuan mengenai kegiatan pembinaan dan pengawalan teknis, pembayaran benih, pembayaran bagi
hasil, pembayaran biaya operasional, kepemilikan hasil panen dan penjualan hasil panen, pengelolaan areal lahan, serta sanksi bagi pelanggaran. SPK berisi poin
umum seperti Nomor SPK, tanggal penandatangan SPK, serta data pihak-pihak yang bermitra. Dalam SPK, PT. SHS dinyatakan sebagai Pihak Pertama dan
petani mitra sebagai Pihak Kedua. Kesepakatan yang tercantum di dalam SPK diantaranya:
77 1.
PIHAK PERTAMA, wajib melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar benih pokok sebanyak 25 Kg Ha
Musim kepada PIHAK PERTAMA. 3.
PIHAK KEDUA diwajibkan membayar bagi hasil sebesar 1.200 Kg Ha Musim kepada PIHAK PERTAMA.
4. PIHAK KEDUA membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp.
130.000,- Ha Musim yang terdiri dari : Biaya Roguing, Sanitasi, Materai dan PHT.
5. PIHAK KEDUA berhak atas semua hasil panen dan memasukkanmenjual
kepada PIHAK PERTAMA apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban bagi hasil.
6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengelola areal dengan baik dan tidak
dipindah tangankan kepada orang lain maupun dijual belikan. 7.
PIHAK KEDUA diwajibkan mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT. Sang Hyang Seri Persero yang tidak tertulis
dalam kontrak ini dalam hal pemanfaatan lahan. 8.
PIHAK KEDUA bersedia diberhentikan sebagai petani kerjasama apabila tidak mengikuti ataupun mentaati aturan dan ketentuan yang ada.
Di dalam Surat Perjanjian Kerjasama tidak disebutkan bahwa petani mitra wajib menjual seluruh hasil panennya kepada PT. SHS. Petani menjual kepada
perusahaan ketika dibutuhkan. Jumlah benih yang dibeli oleh PT. SHS tergantung dari kebutuhan benih PT. SHS. Setiap musimnya, PT. SHS menargetkan jumlah
produksi. Namun untuk memenuhi target produksi tersebut, peraturan tersebut diperkuat oleh peraturan tidak tertulis bahwa petani tidak diperbolehkan untuk
menjual benih selain pada PT. SHS, kecuali untuk konsumsi, dimana jumlah hasil panen mereka masih dapat memenuhi target PT. SHS. Peraturan tidak tertulis
lainnya yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah mengenai penetapan harga beli hasil panen, penetapan varietas, ketentuan luas lahan, penetapan tebar,
tanam, panen, penyediaan sarana produksi, kerjasama pembasmian tikus, pembagian risiko budidaya, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen,
serta jangka waktu pembayaran hasil panen. Dalam SPK, PT. SHS menerapkan
78 sanksi bahwa petani mitra akan diberhentikan apabila melanggar kesepakatan baik
tertulis maupun tidak tertulis. Penerapan sanksi ini tidak serta merta dilakukan pada pelanggaran pertama. Sebelum diberhentikan, PT. SHS akan memberikan
teguran terlebih dahulu kepada petani mitra. Apabila petani mitra tetap melakukan pelanggaran barulah kemudia diberhentikan sebagai petani mitra oleh PT. SHS.
6.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan