25 Klasifikasi industri benih didasarkan pada teknologi yang digunakan serta
kebutuhan konsumen akan mutu genetiknya. Apabila teknologi yang digunakan sama, tetapi tuntutan jaminan mutu teknologi oleh konsumen meningkat, maka
industri benih yang mampu melayani benih bermutu sesuai tuntutan konsumen lebih tinggi tingkatannya. Industri benih yang memiliki PDB secara mandiri juga
akan lebih tinggi tingkatannya dibandingkan indutri yang tidak memiliki PDB sendiri.
PT. Sang Hyang Seri PT. SHS sebagai salah satu produsen benih di Indonesia termasuk ke dalam golongan industri benih tingkat V, karena telah
memiliki Lembaga Penelitian dan Pengembangan Litbang sendiri. Bahkan kini, PT. SHS telah terakreditasi, sehingga dapat melakukan proses sertifikasi sendiri
tanpa pngawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB. Berdasarkan tipenya, PT. SHS merupakan perusahaan milik negara BUMN. Pada awal
pendiriannya PT. SHS difokuskan pada produksi benih padi sawah. Produksi padi mengambil posisi yang sangat strategis dan pemerintah menjadikannya sebagai
strategi utama pembangunan. Komoditas padi sawah merupakan komoditas ekonomis dimana pedagang tidak dapat dengan leluasa tanpa campur tangan
pemerintah. Hal ini disebabkan oleh karena beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat rentan untuk menjaga stabilitas politik negara.
3.1.3 Penangkaran Benih
Penangkaran benih merupakan upaya menghasilkan benih unggul sebagai benih sumber maupun benih sebar yang akan digunakan untuk menghasilkan
tanaman varietas unggul. Pada penangkaran benih, benih sumber yang digunakan untuk penanaman produksi benih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih
yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas BD benih dasar, maka benih sumbernya haruslah benih padi kelas BS benih penjenis. Untuk
memproduksi benih kelas BP benih pokok, maka benih sumbernya berasal dari benih dasar atau benih penjenis. Sedangkan untuk memproduksi benih kelas BR
benih sebar benih sumbernya dapat berasal dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis.
26 Pada dasarnya budidaya penangkaran benih padi hampir sama dengan
budidaya padi pada umumnya. Yang membedakan di sini adalah adanya seleksi atau roguing. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat
kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan
untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya.
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95 persen malai telah menguning. Benih padi ketika baru
dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi
setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila
sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing
harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing.
3.1.4 Sertifikasi Benih
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01KptsHK.310C12009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih
Bina Tanaman Pangan, sertifikasi benih merupakan proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian,
pengawasan serta memenuhi semua persyaratan dan standar benih bina. Sertifikasi benih merupakan suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan serta produksi benih Mugnisjah dan Setiawan 1995.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01KptsHK.310C12009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih
Bina Tanaman Pangan, benih bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sertifikasi benih, sertifikasi sistem manajemen mutu danatau sertifikasi
27 produk. Benih bersertifikat ditetapkan ke dalam kelas-kelas benih sesuai dengan
urutan keturunan dan mutunya, antara lain sebagai berikut: a.
Benih Penjenis BS, adalah benih yang diproduksi di bawah pengawasan Pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang memenuhi
sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik varietas true- to-type
terpelihara dengan sempurna b.
Benih Dasar BD, merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis BS yang memenuhi standar mutu kelas Benih Dasar.
c. Benih Pokok BP, merupakan keturunan pertama dari Benih Dasar atau
Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas Benih Pokok d.
Benih Sebar BR, merupakan keturunan pertama dari Benih Pokok, Benih Dasar atau Benih Penjenis yang memnuhi standar mutu kelas Benih Sebar.
Standar Mutu Benih Bersertifikat dibagi menjadi dua, yaitu Standar Lapangan dan Standar Pengujian Laboratorium.
a. Standar Lapangan
Tabel 7. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat
Kelas Benih
Isolasi Jarak m
Varietas Lain dari Tipe Simpang max
Isolasi waktu hari
Catatan BS 2
0,0 30 Isolasi
waktu dihitung
berdasarkan perbedaan
waktu berbunga BD 2
0,0 30
BP 2 0,2
30 BR 2
0,5 30
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2009
b. Standar Pengujian Laboratorium
Tabel 8. Standar Pengujian Laboratorium Kelas Benih Bersertifikat
Kelas Benih
Kadar air
max Benih
Murni min
Kotoran Benih
max Biji
Tanaman Lain
max Biji
Gulma max
Campuran Varietas
Lain max
Daya Tumbuh
min BS 13,0 99,0 1,0
0,0 0,0
0,0 80
BD 13,0 99,0 1,0 0,0
0,0 0,0
80 BP 13,0 99,0 1,0
0,1 0,0
0,1 80
BR 13,0 99,0 2,0 0,2
0,0 0,2
80
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2009
28 Mugnisjah dan Setiawan 1995 dalam bukunya Produksi Benih
menyatakan tujuan sertifikasi benih adalah untuk memelihara dan menyediakan benih dan bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil
tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain tujuan sertifikasi benih adalah
untuk memberikan jaminan bagi konsumen benih tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera dengan hanya
memeriksa benihnya saja. Selain itu, sertifikasi benih juga bertujuan: 1 menjamin kemurnian dan kebenaran varietas, dan 2 menjamin ketersediaan
benih bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan
pemasangan label Wahyuni 2005
6
. Pengawasan pemasangan label bertujuan untuk mengetahui kebenaran pemasangan dan isi label. Warna label untuk
tanaman padi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kelas Benih dan Warna Label Benih Sertifikasi Kelas Benih
Warna Label
Benih Penjenis BS, Breeder Seed Kuning
Benih Dasar BD, Foundation Seed Putih
Benih Pokok BP, Stock Seed Ungu
Benih Sebar BR, Extension Seed Biru
Sumber: Puslitbangtan 2007; Wahyuni 2005
Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih hingga penanganan pascapanen. Pengawasan lapangan untuk tanaman padi dari BPSB dilakukan
sebanyak 4 kali, yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah, pemeriksaan lapangan pertama saat fase vegetatif 30 hari setelah tanam,
pemeriksaan fase berbunga 30 hari sebelum panen, dan pemeriksaan fase masak 1 minggu sebelum panen Wahyuni 2005.
6
Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. http:www.pustaka.litbang.deptan.go.idpublikasip3264071.pdf
[6 November 2010]
29
3.1.5 Sistem Perbenihan