Teknik Penentuan Sampel Definisi Operasional Gambaran Umum Kabupaten Subang

51

4.3 Teknik Penentuan Sampel

Pemilihan petani responden didasarkan pada petani yang bermitra serta petani yang tidak bermitra. Pengambilan contoh petani responden mitra dilakukan pada petani penangkar benih yang bermitra dengan PT. SHS. Responden yang diambil adalah petani penangkar benih yang menanam padi varietas Ciherang. Sedangkan pengambilan contoh petani responden yang tidak bermitra dilakukan pada petani penangkar benih di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Penarikan contoh dilakukan dengan dua metode, yaitu metode purposive untuk petani mitra serta Simple Random Sampling untuk petani non mitra, karena sifatnya yang homogen. Responden non mitra dipilih secara acak dengan cara diundi. Sedangkan penarikan sample dengan cara purposive pada petani mitra disebabkan karena adanya keterbatasan data mengenai jumlah penangkar benih di PT. SHS yang memproduksi varietas Ciherang pada musim tanam 2010-2011. Jumlah responden petani penangkar mitra dan non mitra sengaja diambil masing- masing sebanyak 30 orang petani.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Pada analisis pendapatan usahatani, analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi baik pada petani mitra dan non mitra serta mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT Sang Hyang Seri. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan menggunakan metode IPA dan CSI serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. RC rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0. 52

4.4.1 Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. = x Dimana : TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga jual produk y Menurut Soekartawi 2002, biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu a biaya tetap fixed cost dan b biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi output yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap variable cost didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan. Untuk menghitung biaya tetap dapat digunakan rumus sebagai berikut: FC = ∑ di mana: FC = biaya tetap = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap = harga input n = macam input Apabila besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengan rumus karena tidak diketahui secara pasti jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, maka sekaligus ditentukan nilainya. Rumus ini juga digunakan untuk menentukan biaya tidak tetap. Total biaya TC adalah jumlah dari biaya tetap FC dan biaya tidak tetap VC. Dari pernyataan tersebut, rumus yang digunakan untuk menetukan total biaya adalah: TC = FC + VC Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai diperhitungkan Hernanto, 1995. Biaya tunai dan biaya tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk ke dalam biaya tunai misalnya iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang 53 termasuk biaya tunai adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya tetap yang merupakan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya variabel yang merupakan biaya diperhitungkan adalah sewa lahan.

4.4.2 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani pada penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total pendapatan total. Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani dalam usahatani penangkaran benih padi. Sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode tertentu. Secara matematis pendapatan usahatani ditulis sebagai berikut: Pendapatan Tunai = TR - BT Pendapatan Total = TR – BT+BD di mana : TR = Penerimaan Rp BT = Biaya Tunai Rp BD = Biaya Diperhitungkan Rp

4.4.3 Analisis RC

Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah rasio RC. Rasio RC merupakan rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio RC dibedakan menjadi dua, yaitu rasio RC atas biaya tunai dan rasio RC atas biaya total. Rasio RC atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio RC atas biaya total dihitung 54 dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio RC atas biaya tunai = Rasio RC atas biaya total = Di mana : TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya = BT + BD Suatu usahatani dinyatakan menguntungkan apabila rasio RC lebih besar dari satu rasio RC 1. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya apabila rasio RC kurang dari satu rasio RC 1 maka usaha akan mengalami kerugian, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah. Jika rasio RC sama dengan satu rasio RC = 1 berarti kegiatan tersebut berada pada kondisi keuntungan normal. Karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan sebesar satu rupiah. Tabel 10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio No Uraian Jumlah Harga per Satuan Rp Nilai Rp A Total Penerimaan B Biaya tunai 1 Benih 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Tenaga kerja luar keluarga 5 ..... Total biaya tunai C Biaya yang diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan D Total biaya B+C E Pendapatan atas biaya tunai A-B F Pendapatan atas biaya total A-D G RC atas biaya tunai AB H RC atas biaya total AD 55

4.4.4 Penilaian Tingkat Kepuasan

4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani mitra diadakan uji validitas dan reabilitas terhadap atribut-atribut yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menguji kuisioner yang akan digunakan agar terhindar dari kesalahan acak yang akan menurunkan keandalan pengukuran. Validitas berhubungan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur Rangkuti 2006. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item Total Statistic. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation . Suatu variabel dinyatakan valid bila nilai Corrected Item-Total Correlation 0,3 dan dikatakan tidak valid bila nilai Corrected Item-Total Correlation 0,3 Nugroho 2005. Apabila dalam pengujian terdapat atribut yang tidak valid maka atribut tersebut dikeluarkan, kemudian proses analisis diulang untuk atribut yang valid saja. Sedangkan uji reliabilitas mempunyai pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha 0,60 Nugroho 2005. Atribut yang digunakan sebagai pre sampling pada kuisioner pertama berjumlah 18 atribut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data reliabel tetapi terdapat dua atribut yang tidak valid, karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation 0,3, yaitu kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen dan penyediaan lahan sewa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap ke-16 variabel yang valid dan didapatkan hasil bahwa data telah valid dan reliabel. Ke-16 variabel dinyatakan valid karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation 0,3 dan nilai cronbach Alpha 0,60 yaitu 0,887. 56 Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah atribut ke-16 dan atribut ke-17 dihilangkan pada uji validitas dan reliabilitas pertama, maka atribut ke-18 yaitu ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti menjadi atribut 16 pada uji validitas dan reliabilitas kedua. Selanjutnya keenam belas atribut tersebut digunakan dalam perhitungan Importance Performance Analysis IPA serta Customer Satisfaction Index CSI. Penentuan atribut dilakukan berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak kerjasama serta teori service quality servqual. Atribut yang digunakan pada pre sampling kuisioner pertama dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Atribut Pelayanan Kemitraan No Atribut Atribut Keandalan reliability 6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 12 Bantuan biaya panen 15 Harga beli hasil panen Ketanggapan responsiveness 1 Prosedur penerimaan mitra 8 Respon inti terhadap keluhan petani 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama dan penyakit tanaman 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 18 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti Jaminan assurance 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping Empati emphaty 11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi Berwujud tangible 2 Kualitas Benih Pokok 3 Harga benih pokok 4 Harga sarana produksi 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen 16 Kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen 17 Penyediaan lahan sewa Atribut yang dihilangkan 57

4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis IPA

Metode IPA digunakan karena metode ini dapat memberikan penilaian terhadap kinerja setiap atribut yang telah ditentukan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya, serta menggolongkannya ke dalam skala prioritas tertentu. Tingkat kepentingan kualitas pelayanan adalah seberapa penting suatu atribut dalam kemitraan dinilai oleh konsumen, dalam hal ini adalah petani mitra. Pada metode IPA tingkat pelaksanaan atau pelayanan suatu perusahaan dinilai memuaskan apabila pelayanannya sesuai dengan harapan dari petani mitra. Tingkat kepentingan dan kepuasan petani diukur menggunakan skala likert dengan empat kategori sebagaimana terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan terhadap Kinerja Kategori Skor Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Sangat Penting Sangat Puas 4 Penting Puas 3 Tidak Penting Tidak Puas 2 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 1 Pengukuran tingkat kepuasan menggunakan skala dilakukan untuk mengurangi subjektifitas responden Sumarwan 2004. Penggunaan empat skala pengukuran dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih nilai tengah cukup dalam menilai atribut evaluasi kemitraan Aritonang 2005. Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Nilai kepuasan petani mitra atas kinerja kemitraan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan tingkat kepentingan harapan petani dinyatakan dengan huruf Y. Atribut kemitraan dikatakan telah sesuai dengan harapan petani apabila nilai kesesuai yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya, bila nilai kesesuai kurang dari 100 persen, maka atribut kemitraan dinyatakan belum sesuai dengan harapan petani mitra. Secara matematis analisis kesesuaian dirumuskan sebagai berikut: 58 Tki = x 100 Dimana: Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat kinerjakepuasan petani mitra Yi = Skor penilaian kepentingan petani mitra Hasil perhitungan dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada penggunaan diagram kartesius, sumbu mendatar X merupakan skor tingkat pelaksanaan kinerjakepuasan, sedangkan sumbu tegak Y merupakan skor tingkat kepentinganharapan. Rumusan matematis untuk setiap faktor tersebut adalah sebagai berikut: ∑ ∑ X = Y = n n Dimana: X = Skor rata-rata tingkat kinerjakepuasan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden Diagram kartesius merupakan sebuah bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik X,Y. Kedua titik tersebut diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: ∑ ∑ X = Y = k k Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan seluruh atribut mutu pelayanan dari perusahaan Y = Skor rata-rata tingkat kepentinganharapan seluruh atribut mutu pelayanan k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan petani Kedua garis tersebut membagi diagram kartesius yang merupakan matriks IPA ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Diagram kartesius dijelaskan pada Gambar 11. 59 Tingkat Kepentingan Y Y X X Tingkat Kepuasan Sumber : Supranto 2006 Keterangan: Kuadran I : Kuadran I yang merupakan Kuadran Prioritas Utama menunjukkan atribut-atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan petani, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai yang diharapkan petani, sehingga petani tidak puas. Kinerja atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan oleh perusahaan dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus. Kuadran II : Kuadran II yang merupakan Kuadran Pertahankan Prestasi menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga sangat memuaskan petani. Kinerja atribut- atribut yang terdapat dalam kuadran ini harus dipertahankan. Kuadran I Prioritas Utama Kuadran II Pertahankan Prestasi Kuadran III Prioritas Rendah Kuadran IV Berlebihan Gambar 11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis 60 Kuadran III : Kuadran III yang merupakan Kuadran Prioritas Rendah menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani dan pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Peningkatan kinerja atribut dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan lagi karena manfaat yang diperoleh sangat kecil. Kuadran IV : Kuadran IV yang merupakan Kuadran Berlebihan menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani namun pelaksanaannya oleh perusahaan dirasa berlebihan. Atribut-atribut dalam kuadran ini dapat dikurangi pelaksanaannya untuk menghemat biaya.

4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index CSI

Customer Satisfaction Index CSI digunakan untuk menetukan tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Atribut-atribut yang diukur berbeda-beda untuk masing-masing industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Menurut Aritonang 2005 terdapat empat langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index CSI, yaitu: 1. Menentukan Mean Important Score MIS dan Mean Satisfaction Score MSS. Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap anggota: ∑ ∑ MIS = dan MSS = n n Dimana: n = jumlah responden Yi = Nilai kepentingan atribut ke- i Xi = Nilai kinerja atribut ke- i 61 2. Membuat Weight Factors WF Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut. = ∑ Dimana: p = Jumlah atribut kepentingan i = Atribut ke- i 3. Membuat Weight Scor WS Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor WF dengan rata- rata tingkat kepuasan Mean Satisfaction Score = MSS = x Dimana: i = Atribut aspek kemampuan kelompok ke- i 4. Menentukan Customer Satisfaction Index CSI ∑ CSI = x 100 5 Pada umumnya bilai nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai di bawah 50 persen konsumen belum dikatakan puas. Skala kepuasan konsumen yang dipakai dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas. Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT. Sucofindo dalam melakukan survei kepuasan pelanggan, sepert dijabarkan dalam Tabel 13. 62 Tabel 13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index CSI Nilai CSI Kriteria CSI 0,81-1,00 Sangat Puas 0,66-0,80 Puas 0,51-0,65 Cukup Puas 0,35-0,50 Kurang Puas 0,00-0,34 Tidak Puas Sumber: Ihsani 2005 dalam Lestari 2009

4.5 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Petani Penangkar Benih Padi adalah petani yang menghasilkan benih padi sebagai komoditi produksinya. 2. Petani Penangkar Benih Mitra adalah petani penangkar benih yang menjalin kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan terikat kontrak. 3. Petani penangkar benih non mitra adalah petani penangkar benih yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, yang merupakan petani mandiri. Petani ini tidak terikat kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri. 4. Harga beli hasil panen adalah harga beli yang dibayarkan PT. Sang Hyang Seri kepada petani, sesuai dengan kadar air serta kotoran yang terkandung pada hasil panen. 63 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara BUMN yang mempunyai core business pembenihan pertanian. Sebelum menjadi BUMN, pada tahun 1940-an, PT. SHS adalah perusahaan perkebunan milik asing Inggris bernama Pamanukan Tjiasem yang berlokasi di kawasan Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Namun dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957 pengelolaan perusahaan berpindah tangan kepada Yayasan Pembangunan Daerah Jabar YPDB. Bersamaan dengan proyek penelitian dan mekanisasi serta proyek hewani yang dilakukan pemerintah, YPDB pun akhirnya merubah statusnya menjadi proyek ”Produksi Pangan Sukamandijaya” pada 1966. Pada perkembangannya, ketiga proyek tersebut dilebur menjadi Lembaga Sang Hyang Seri pada tahun 1968 yang kemudian disahkan oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah PP Nomor 22 tahun 1971 disempurnakan dengan PP 441985 menjadi perusahaan umum perum. Selanjutnya, pengelolaan Sang Hyang Seri menjadi tanggung jawab pemerintah. Kebutuhan operasional perusahaan benih ini pun secara otomatis mendapat sokongan pemerintah melalui pinjaman dana bantuan dari Bank Dunia. Bisnis benih yang dikelola PT. SHS mengalami perkembangan pesat. Perusahaan ini melebarkan sayap wilayah pelayanannya ke Klaten Jawa Tengah 1973 dan Malang Jawa Timur 1977 dengan mendirikan distrik benih. Kemudian perusahaan binaan BUMN ini kembali melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa dengan mendirikan beberapa kantor cabang seperti di kawasan Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Dari tahun ke tahun, bisnis benih PT.SHS semakin meluas dan perusahaan kembali berganti status dari perum menjadi persero melalui PP No. 18 tahun 1995. Perusahaan ini memperluas core business-nya menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan sekaligus meningkatkan 64 pendapatan dan kinerja perusahaan. Misalnya, benih tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Selain core bussines , PT. SHS dapat pula melakukan kegiatan penunjang core bussines dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan pada 2008. Pembinaan terhadap perusahaan dilakukan oleh lembaga Kementerian BUMN sesuai PP 642001 tertanggal 13 September 2001.

5.1.2 Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan terhimpun dalam tata nilai PT. SHS, dengan akronim “andalan bersama”, meliputi: 1. Amanah: bekerja adalah kepercayaan dari perusahaan dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.

2. Handal: SDM dapat diandalkan dalam bekerja efisien efektif memiliki

pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan.

3. Antusias: bekerja penuh semangat, kerja keras, dan cerdas untuk

menghasilkan kinerja yang terbaik. 4. Berdedikasi: integritas dan loyalitas didedikasikan bagi perusahaan. 5. Sahaja: rendah hati, saling menghormati, dan mampu menempatkan diri.

6. Maju: inovatif, menghargai pendapat dan prestasi orang lain.

5.1.3 Visi, Misi dan Motto Perusahaan

Visi Menjadi Perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia. Misi Menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan sumberdaya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan manfaat optimal bagi stakeholders. Motto Mutu dan pelayanan terjamin. 65

5.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam struktur organisasi PT. SHS, perusahaan terdiri dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris sebagai bagian tertinggi memegang seluruh wewenang di luar yang telah didelegasikan Direksi, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Fungsi Dewan Direksi adalah melaksanakan pengawasan dan penasehat bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selain itu Dewan Komisaris pun berfungsi sebagai pemberi arahan strategi dan optimalisasi efektifitas serta efisiensi tindakan Direksi dalam pencapaian target. Sementara itu fungsi Dewan Direksi adalah mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sejalan dengan tugas utama Direksi untuk memimpin, mengelola dan mengatur perusahaan menuju tercapainya maksud dan tujuan perusahaan. Dewan Direksi terdiri dari Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Penelitian dan SDM, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi menempati kantor pusat di Jakarta. Dalam kegiatan pengelolaan perusahaan, setiap Kantor Regional PT. SHS dipimpin oleh General Manajer yang membawahi berbagai bagian. Kantor Regional PT. SHS terdiri dari lima Kantor Regional, yaitu Kantor Regional I dan Pusat Benih Sumber Sukamandi, Kabupaten Subang, Kantor Regional II Malang, Kantor Regional III Medan, Kantor Regional IV Metro dan Kantor Regional V Sidrap. Kantor Regional I Sukamandi membawahi Unit Bisnis Daerah Sukamandi, Ciamis, Serang, Tegal dan Banyumas serta membawahi Satuan Tugas Kalimantan Barat dengan wilayah pelayanan di Jawa Barat, Banten dan Sebagian Jawa Tengah. Kantor Regional I Sukamandi dipimpin oleh General Manager yang membawahi Sekretaris Regional, Manajer Pemasaran, Manajer Produksi, Manajer Litbang, serta Manajer Keuangan dan SDM. General Manajer membawahi langsung Senior Manajer yang bertanggung jawab terhadap Unit Bisnis Daerah atau Cabang Khusus. Unit Bisnis Daerah Sukamandi dipimpin oleh Senior Manajer yang Membawahi Manajer Kebun, Manajer Prosessing, dan Manajer Penjualan, dimana setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing. Manajer Kebun bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya penangkaran benih padi, 66 baik kegiatan swakelola, kerjasama, maupun kerjasama luar. Kemitraan antara PT.SHS dengan petani mitra merupakan tanggung jawab dari bagian kebun.

5.2 Gambaran Umum Kabupaten Subang

Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31 sampai dengan 107º 54 Bujur Timur dan 6º 11 sampai dengan 6º 49 Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30 kecamatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Subang adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, di sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang menjadi batas di sebelah utara. Sumber: http:www.subang.go.id [21 September 2011] Gambar 12. Peta Kabupaten Subang 67 Berdasarkan data statistik Subang dalam angka, penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2009 berjumlah 1.470.324, dengan komposisi 725.561 orang laki-laki dan 744.763 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 717 jiwa per km2. Dari 22 kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Kecamatan Subang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 2.077 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Legonkulon merupakan daerah yang paling rendah tingkat kepadatannya, yaitu 318 jiwa per km2. Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang, sekaligus merupakan penyumbang produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah di Kabupaten Subang pada tahun 2009 tercatat seluas 84.167 hektar atau sekitar 47,71 persen dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Sebagai salah satu penyandang predikat sebagai salah satu lumbung padi nasional Kabupaten Subang pada tahun 2009 menyumbangkan produksi padi yang mencapai 1.128.353 ton terhadap stok padi nasional. Produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan basah sebanyak 1.121.600 ton dan sisanya dari ladang. Sedangkan varietas padi yang banyak ditanam diantaranya varietas Ciherang, Cimelati, dan Cigeulis. Sentra produksi padi di Kabupaten Subang terdapat di Kecamatan Binong, Pusakanagara, Ciasem, Pamanukan, Patokbeusi dan Blanakan. 5.3 Karakteristik Petani Responden 5.3.1