Analisis Statistik Deskriptif Analisis Structural Equation Modelling

37 parameter dari suatu model yang digambarkan dengan suatu diagram jalur Haryono dan Wardoyo, 2012:5 Analisis faktor merupakan teknik statistik multivariat yang digunakan untuk meringkas dan mereduksi data sejumlah besar variabel ke dalam jumlah yang lebih kecil atau faktor sedangkan, analisis regresi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi di antara dua variabel yaitu variabel dependen dan independen Hidayat dan Istiadah, 2011:162. Keunggulan metode SEM dibandingkan analisis faktor dan analisis regresi yaitu antara lain ialah dapat meneliti variabel atau konstruk yang tidak dapat teramati atau tidak dapat diukur secara langsung, mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian, dan dapat menjawab berbagai masalah riset dalam suatu set analisis secara lebih sistematis dan komprehensif Haryono dan Wardoyo, 2012:9. Model pengukuran pada SEM menjelaskan hubungan antara variabel dengan indikator-indikatornya dan model struktural menjelaskan hubungan antar variabel Widhiarso, 2009. Pendekatan SEM yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan PLS Partial Least Square. Pendekatan PLS merupakan salah satu pendekatan pada metode SEM yang digunakan untuk melakukan pemodelan persamaan struktural dengan ukuran sampel relatif kecil minimal 30-100 sampel dan tidak membutuhkan asumsi data berdistribusi normal Haryono dan Wardoyo, 2012:17. Data berdistribusi normal adalah suatu distribusi yang digambarkan dalam grafik berbentuk lonceng yang datanya memiliki salah satu ciri-ciri data berdistribusi normal yaitu data dapat diukur dan data memiliki nilai ekstrim terlalu besar atau terlalu kecil tidak terlalu banyak Arifin, 2008:89. 38 Pengembangan PLS pada dasarnya untuk menguji teori yang lemah dan data yang lemah sehingga ukuran sampel kecil dan data yang tidak berdistribusi normal tidak menjadi masalah bagi PLS Wold dalam Latan dan Ghozali, 2012:6. Walaupun PLS digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten prediction, PLS dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori Chin dan Newsted dalam Latan dan Ghozali, 2012:6. Kerangka konseptual pada penelitian ini digambarkan bahwa sifat indikator pada variabel eksogen lebih bersifat formatif yang menandakan bahwa hubungan kausalitas berasal dari indikator ke konstruk, dimana konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya, misalnya konstruk loyalitas Haryono dan Wardoyo, 2012:36. Model indikator pada variabel endogen lebih bersifat reflektif yang menandakan bahwa hubungan kausalitas berasal dari konstruk ke indikator. Fornell dan Bookstein dalam Haryono dan Wardoyo, 2012:47-48 menyatakan bahwa konstruk seperti “personalitas” atau “sikap” umumnya dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang kita amati sehingga indikatornya bersifat reflektif. Jika konstruk merupakan kombinasi penjelas dari indikator seperti perubahan penduduk atau bauran pemasaran yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka indikatornya harus bersifat formatif. Latan dan Ghozali 2012:47 merumuskan tahapan dalam melakukan analisis menggunakan model persamaan struktural adalah sebagai berikut: 39 a. Konseptualisasi Model Hal terpenting pada SEM adalah perancangan model. Pada tahapan ini hubungan antar variabel laten variabel yang tidak bisa diukur secara langsung akan diteliti. Hubungan tersebut didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. b. Merancang Model Pengukuran Outer Model Tahapan berikutnya ialah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur. Tujuannya ialah agar peneliti dapat dengan mudah mencermati hubungan kausalitas yang ingin diuji. Hubungan kausalitas yang diteliti adalah antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Variabel eksogen dalam SEM merupakan pengganti istilah variabel independen. Sedangkan variabel eksogen merupakan pengganti istilah variabel dependen. Hubungan pada masing-masing variabel eksogen dan endogen terhadap indikator dilakukan perancangan agar peneliti dapat mengetahui apakah indikator bersifat reflektif atau formatif. Bersifat reflektif berarti indikator sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Sedangkan bersifat formatif berarti indikator dipandang sebagai variabel yang memengaruhi variabel laten. c. Mengkonstruksi Diagram Jalur Tahapan-tahapan pada perancangan model struktural dan pengukuran akan memudahkan dalam memahami jalur yang akan dibangun. Diagram jalur yang telah dibentuk dapat menggambarkan keseluruhan 40 model penelitian yang akan diteliti. Berikut diagram jalur atau model pengukuran pada masing-masing variabel laten. 1 Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 1 dengan Simbol ξ 1 . Model pengukuran variabel laten eksogen 1 bersifat formatif karena konsep produk terbentuk oleh fitur dan manfaat produk sebagai subvariabel yang masing-masing subvariabel tersebut terbentuk oleh indikator-indikator berupa pernyataan pada kuesioner yang mewakili kedua subvariabel. Model bersifat formatif menggunakan arah panah yang mengarah dari indikator ke subvariabel dan subvariabel ke arah variabel. Terlihat pada gambar 4 bahwa indikator subvariabel fitur produk dinotasikan dengan FITPn indikator-indikator fitur produk dengan “n” menandakan indikator fitur produk yang ke-n dan indikator subvariabel manfaat produk dinotasikan dengan MANFn indikator- indikator manfaat produk dengan “n” menandakan indikator fitur produk yang ke-n. Gambar 4. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 1 ξ 1 X 1 X 2 41 Keterangan: ξ 1 = Variabel laten eksogen 1 Konsep produk X 1 = Subvariabel 1 Fitur produk X 2 = Subvariabel 2 Manfaat produk Indikator-indikator pada model pengukuran variabel laten eksogen 1 ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan mampu mewakili data yang akan dianalisis. Tabel 5 merupakan keterangan lengkap dari indikator pada model ini. Tabel 5. Keterangan Indikator pada Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 1 2 Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 2 dengan S imbol ξ 2 . Model pengukuran variabel laten eksogen 2 bersifat formatif karena budaya konsumsi dibentuk oleh kebiasaan konsumsi, waktu konsumsi, dan frekuensi konsumsi sebagai subvariabel yang masing- Pertanyaan Nomor Kode Indikator Indikator 8 FITP1 Tingkat penerimaan responden terhadap tekstur tortilla 9 FITP2 Tingkat penerimaan responden terhadap bumbu pada kebab 11 FITP3 Tingkat penerimaan responden terhadap bahan tambahan saus dan mayonaise pada kebab 23 FITP4 Tingkat kelembutan tekstur tortilla 12 MANF1 Penerimaan responden terhadap penting tidaknya kemasan yang praktis 13 MANF2 Penerimaan responden terhadap penting atau tidaknya sayur dalam kebab 27 MANF3 Penilaian responden terhadap manfaat kebab dari aspek kepraktisan 28 MANF4 Penilaian responden terhadap manfaat kebab dari aspek kesehatan 29 MANF5 Penilaian responden terhadap manfaat kebab dari aspek pemenuhan rasa lapar 42 masing subvariabel tersebut terbentuk oleh indikator-indikator berupa pertanyaan pada kuesioner yang mewakili ketiga subvariabel. Model bersifat formatif menggunakan arah panah yang mengarah dari indikator ke subvariabel dan subvariabel ke arah variabel. Gambar 5. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 2 Keterangan: ξ 2 = Variabel laten eksogen 2 Budaya konsumsi X 3 = Subvariabel 1 Kebiasaan konsumsi X 4 = Subvariabel 2 Frekuensi konsumsi X 5 = Subvariabel 3 Waktu Konsumsi Terlihat pada gambar 5 bahwa indikator subvariabel fitur produk dinotasikan dengan KEBKn indikator-indikator kebiasaan konsumsi dengan “n” menandakan indikator kebiasaan konsumsi yang ke-n. Indikator dari subvariabel waktu konsumsi dinotasikan dengan X 3 X 4 X 5 ξ 2 43 WAKKn indikator- indikator waktu konsumsi dengan “n” menandakan indikator waktu konsumsi yang ke-n. Indikator dari subvariabel frekuensi konsumsi dinotasikan dengan FREKn indikator-indikator frekuensi konsumsi dengan “n” menandakan indikator kebiasaan konsumsi yang ke-n. Indikator-indikator pada model pengukuran variabel laten eksogen 2 ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan mampu mewakili data yang akan dianalisis. Tabel 6 merupakan keterangan lengkap dari indikator pada model ini. Tabel 6. Keterangan Indikator pada Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 2 Pertanyaan Nomor Kode Indikator Indikator 15 KEBK1 Penting atau tidaknya kecenderungan mengkonsumsi karena akrab dengan produk 30 KEBK2 Tingkat kecenderungan mengkonsumsi produk secara rutin sejak mengenal produk 31 KEBK3 Konsistensi mengkonsumsi kebab 45 KEBK4 Terbiasa atau tidaknya mengkonsumsi kebab 17 FREK1 Penting atau tidaknya frekuensi konsumsi dalam memengaruhi responden mengkonsumsi kebab 46 FREK2 Tingkat persetujuan terhadap frekuensi konsumsi kebab 18 WAKK1 Pentingnya posisi produk dalam konsumsi sebagai camilan 33 WAKK2 Pemosisian konsumsi kebab oleh responden 44 3 Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 3 dengan S imbol ξ 3 . Model pengukuran variabel laten eksogen 3 bersifat formatif karena pengaruh keluarga dibentuk oleh dominasi peran anggota keluarga dan intensitas interaksi antar anggota keluarga sebagai subvariabel yang masing-masing subvariabel tersebut terbentuk oleh indikator-indikator berupa pertanyaan pada kuesioner yang mewakili kedua subvariabel. Model bersifat formatif menggunakan arah panah yang mengarah dari indikator ke subvariabel dan subvariabel ke arah variabel. Gambar 6. Pemodelan Variabel Laten Eksogen 3 Keterangan: ξ 3 = Variabel laten eksogen 3 Pengaruh keluarga X 6 = Subvariabel 1 Dominasi peran X 7 = Subvariabel 2 Intensitas interaksi Terlihat pada gambar 6 bahwa indikator subvariabel fitur produk dinotasikan dengan DOMPn indikator-indikator dominasi peran dengan “n” menandakan indikator dominasi peran yang ke-n dan X 6 X 7 ξ 3 45 indikator subvariabel intensitas interaksi dinotasikan dengan INTIn indikator- indikator intensitas interaksi dengan “n” menandakan indikator intensitas interaksi yang ke-n. Indikator-indikator pada model pengukuran variabel laten eksogen 3 ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan mampu mewakili data yang akan dianalisis. Tabel 7 merupakan keterangan lengkap dari indikator pada model ini. Tabel 7. Keterangan Indikator pada Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen 3 Pertanyaan Nomor Kode Indikator Indikator 19 DOMP1 Penting atau tidaknya pengaruh keluarga dalam konsumsi kebab 20 DOMP2 Penting atau tidaknya dari adanya orang yang pengalaman yang dapat memberikan saran dalam konsumsi 34 DOMP3 Ada atau tidaknya pengaruh keluarga dalam konsumsi kebab 35 DOMP4 Peran anggota keluarga dalam memengaruhi konsumsi 49 DOMP5 Ada atau tidaknya anggota keluarga yang bertindak sebagai inisiator 50 DOMP6 Ada atau tidaknya anggota bertindak sebagai pemberi pengaruh 21 INTI1 Penting atau tidaknya dari adanya orang dekat yang dapat memengaruhi seseorang 22 INTI2 Penting atau tidaknya dari adanya interaksi sebelum konsumsi kebab 36 INTI3 Tingkat kecenderungan berinteraksi terlebih dahulu dengan keluarga sebelum mengkonsumsi produk 37 INTI4 Ada atau tidaknya anggota keluarga yang dipercaya untuk memberikan saran konsumsi 38 INTI5 Intensitas menanyakan saran dengan anggota keluarga 51 INTI6 Persetujuan terhadap pendapat anggota keluarga sebelum konsumsi produk 46 4 Model Pengukuran Variabel Y dengan Simbol η. Model pengukuran variabel laten eksogen 2 bersifat reflektif karena perilaku konsumen dicerminkan oleh motivasi, persepsi, dan sikap sebagai subvariabel yang masing-masing subvariabel tersebut terbentuk oleh indikator-indikator berupa pertanyaan pada kuesioner yang mewakili ketiga subvariabel. Model bersifat reflektif menggunakan arah panah yang mengarah dari variabel ke subvariabel dan subvariabel ke arah indikator. Gambar 7. Pemodelan Variabel Laten Endogen Keterangan: η = Variabel laten endogen Perilaku konsumen Y 1 = Subvariabel 1 Motivasi Y 2 = Subvariabel 2 Persepsi Y 2 = Subvariabel 2 Sikap Terlihat pada gambar 7 bahwa indikator subvariabel motivasi dinotasikan dengan MOTn indikator-indikato r motivasi dengan “n” menandakan indikator motivasi yang ke-n. Indikator dari subvariabel Y 1 Y 2 Y 3 η 47 persepsi dinotasikan dengan PERSn indikator-indikator persepsi dengan “n” menandakan indikator persepsi yang ke-n. Indikator dari subvariabel sikap dinotasikan dengan SIKPn indikator-indikator sikap dengan “n” menandakan indikator sikap yang ke-n Indikator-indikator pada model pengukuran variabel laten endogen ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan mampu mewakili data yang akan dianalisis. Tabel 8 merupakan keterangan lengkap dari indikator pada model ini. Tabel 8. Keterangan Indikator pada Model Pengukuran Variabel Laten Endogen Pertanyaan Nomor Kode Indikator Inti Pertanyaan 39 MOT1 Pengaruh produk dalam menentukan konsumsi 40 MOT2 Alasan dominan mengkonsumsi kebab produk atau orang lain 52 MOT3 Produk kebab mampu menarik minat responden untuk mengkonsumsinya 53 MOT4 Pengaruh orang lain terhadap suatu produk menarik minat responden untuk mengkonsumsinya 41 PERS1 Tingkat kepercayaan terhadap penjual kebab 42 PERS2 Tingkat kepercayaan terhadap anggota keluarga 54 PERS3 Anggota keluarga lebih paham mengenai produk kebab 43 SIKP1 Sikap terhadap penawaran produk kebab 44 SIKP2 Sikap terhadap pengaruh anggota keluarga 55 SIKP3 Responden mengkonsumsi kebab berdasarkan saran orang lain 48 d. Konversi diagram jalur ke dalam sistem persamaan Pada tahapan ini, diagram yang telah dibuat akan dikonversi atau diubah ke dalam sistem persamaan. Persamaan yang dibuat terdapat dua persamaan yaitu inner model dan outer model. Berikut persamaan- persamaan yang terdapat pada penelitian ini. 1 Outer model spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator a Untuk variabel laten eksogen 1 formatif ξ 1 = λ X1 X1+ λ X2 X2+ 1 b Untuk variabel laten eksogen 2 formatif ξ 2 = λ X3 X3+ λ X4 X4+ λ X5 X5+ 2 c Untuk variabel laten eksogen 3 formatif ξ 3 = λ X6 X6+ λ X7 X7+ 3 d Untuk variabel laten endogen 1 reflektif y 1 = λ Y1 Y1+ 1 y 2 = λ Y2 Y2+ 2 y 3 = λ Y3 Y3+ 3 2 Inner model spesifikasi hubungan antara variabel laten η 1 = γ 1 ξ 1 + γ 2 ξ 2 + γ 3 ξ 3 +ς 1 e. Evaluasi model Model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner model. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model sedangkan evaluasi model struktural atau inner model dilakukan untuk memprediksi hubungan 49 antar variabel laten Latan dan Ghozali, 2012:77. Berikut rincian evaluasi model yang harus dilakukan. 1 Outer model reflektif a Convergent validity Validitas konvergen merupakan tingkat sejauh mana operasionalisasi menyatu dengan operasionalisasi lain yang serupa secara teoritis Lowry dan Gaskin, 2014:127. Validitas konvergen dilihat dari korelasi antara skor indikator formatif dengan skor variabel latennya. Loading atau nilai korelasi sebesar 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup pada jumlah indikator per konstruk yang tidak besar, sekitar tiga sampai tujuh indikator. Hair, dkk 2010 dalam Widhiarso 2011 menyatakan sebuah pengukuran telah memenuhi validitas konvergen jika: 1 Memiliki reliabilitas indikator minimal 0,5 2 Memiliki reliabilitas komposit lebih tinggi dari 0,7 3 Memiliki AVE average variance extended minimal 0,5 b Discriminant validity Validitas diskriminan merupakan tingkat sejauh mana operasionalisasi menyimpang dari operasionalisasi lain yang harus berbeda secara teoritis Lowry dan Gaskin, 2014:127. Validitas diskriminan dihitung dengan cara membandingkan nilai square root of AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model, jika nilai AVE konstruk lebih besar dari 50 korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan memiliki discriminant validity yang baik. Direkomendasikan nilai pengukuran harus lebih besar dari 0,50. Berikut rumus dari AVE: c Indicator reliability Reliabilitas indikator merinci bagian dari varian indikator yang dapat dijelaskan oleh variabel laten yang mendasarinya Vinzi et. al, 2010:694. Pengukuran reliabilitas indikator dengan menghitung akar pangkat dua dari nilai muatan faktor factor loading yang merupakan estimasi berapa banyak beban indikator tertentu ke dalam konstruk dari sebuah model. Indikator yang memiliki nilai muatan faktor yang besar menunjukkan bahwa indikator tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan konstruk laten sehingga mendukung tingginya reliabilitas. Nilai reliabilitas indikator dapat dikatakan baik jika memiliki nilai diatas 0,5 setelah muatan faktor dikuadratkan. d Composite reliability Perhitungan reliabilitas komposit digunakan untuk mengetahui seberapa baik sebuah konstruk dapat diukur oleh indikator yang menyusunnya Vinzi et. al, 2010:695. Kelompok indikator yang mengukur sebuah variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik jika memiliki composite reliability ≥0,7, walaupun bukan 51 merupakan standar absolut. Berikut rumus dari composite reliability: 2 Outer model formatif a Outer model weight and significance Pengukuran model formatif yang pertama diukur melalui outer weight bobot yang didapatkan dari hasil pengukuran indikator pada model. Jika indikator memiliki outer weight yang tidak signifikan 1,65 maka perlu dilihat outer loading atau nilai korelasi dari indicator tersebut. Indikator dihilangkan jika memiliki outer weight dan outer loading yang tidak signifikan Kwong dan Wong, 2011. Vinzi et. al 2010: 598 menyatakan mengukur perbandingan nilai outer weight dan outer loading adalah untuk melihat reliabilitas indikator. b Collinearity of indicators Kolinearitas adalah suatu keadaan jika semua variabel bebas dimasukkan dalam model persamaan regresi menghasilkan koefisien korelasi dan koefisien determinasi yang rendah, namun jika variabel bebas dimasukkan satu per satu, menghasilkan koefisien korelasi dan koefisien determinasi yang besar atau signifikan Nawari, 2010:233. Masalah kolinearitas pada model formatif dapat terjadi jika indikator berkorelasi kuat terhadap indikator lainnya. Gaskin dan Lowry 2014:137 dalam jurnalnya 52 menyatakan bahwa untuk mengukur validitas konstruk formatif bisa dilakukan dengan cara melihat nilai multikolinearitas dari indikator. Nilai dari variance inflation factor harus kurang dari 10 agar model memiliki validitas konstruk yang baik. 3 Inner model Evaluasi inner model diukur dengan menggunakan R-square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi sedangkan Q-square predictive relevance untuk model struktural, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance. Jika nilai Q-square ≤ 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Rumus Q-square ialah: Q 2 =1-1-R 1 2 R 1 2 adalah R-Square variabel endogen dalam model persamaan. Besaran Q 2 ini memiliki nilai dengan rentang 0 Q 2 1, semakin mendekati 1 berarti model semakin baik. f. Interpretasi estimasi model pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Metode resampling bootstrap menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukan resampling Latan dan Ghozali, 2012:54. Vinzi et al. 2010:283 menyatakan bahwa bootstrap merupakan metode resampling melalui komputer secara intensif yang dapat memberikan jawaban terhadap masalah statistik dengan kelompok 53 yang besar. Resampling digunakan untuk membuat rangkaian data dimana nilai R-Square diukur dari masing-masing variabel laten endogen. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan metode resampling, memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas sehingga tidak memerlukan asumsi distribusi normal dan tidak memerlukan sampel yang besar. Pengujian dilakukan dengan t-test, jika diperoleh p-value ≤0,10 maka disimpulkan siginifikan dan sebaliknya. Jika hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten. Sedangkan bilamana hasil pengujian pada inner model signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang nyata pada variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Berikut hipotesis yang diajukan pada penelitian ini: 1 Hipotesis Pengaruh Konsep Produk terhadap Perilaku Konsumen a Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh antara konsep produk dengan perilaku konsumen. b Ha 1 : Terdapat pengaruh antara konsep produk dengan perilaku konsumen. 2 Hipotesis Budaya Konsumsi terhadap Perilaku Konsumen a Ho 2 : Tidak terdapat pengaruh antara budaya konsumsi dengan perilaku konsumen. b Ha 2 : Terdapat pengaruh antara budaya konsumsi dengan perilaku konsumen. 54 3 Hipotesis Pengaruh Konsep Produk terhadap Perilaku Konsumen a Ho 3 : Tidak terdapat pengaruh keluarga dengan perilaku konsumen. b Ha 3 : Terdapat pengaruh keluarga dengan perilaku konsumen.

3.9 Validasi Model

Model yang dibentuk berdasarkan hasil screening dari kuesioner yang telah disebar atau validasi instrumen terdapat 39 pernyataan yang valid dari total 49 pernyataan. Pemodelan persamaan struktural dengan menggunakan pendekatan PLS Partial Least Square membutuhkan validasi lanjutan yaitu validasi model. Hal ini diperlukan agar model yang dibentuk merupakan model yang fit atau model yang baik untuk dianalisis pada tahapan selanjutnya. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model sedangkan evaluasi model struktural atau inner model dilakukan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten Latan dan Ghozali, 2012:77. Validasi ini terdiri dari validasi model formatif dan validasi model reflektif.

3.9.1 Validasi Model Formatif

Validasi model formatif merupakan validasi yang dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas model yang bersifat formatif yaitu pada variabel eksogen variabel independen yang terdiri dari subvariabel Konsep Produk, variabel Budaya Konsumsi, dan variabel Pengaruh Keluarga. Validasi ini menggunakan cara membandingkan nilai uji-t pada outer loading nilai korelasi indikator dan outer weight bobot yang didapatkan dari hasil pengukuran indikator pada model dari hasil bootstraping atau metode resampling melalui 55 komputer secara intensif yang dapat memberikan jawaban terhadap masalah statistik dengan kelompok yang besar dengan menggunakan seluruh sampel asli untuk membuat rangkaian data dimana nilai R-Square diukur dari dari masing- masing variabel laten endogen. Indikator tetap digunakan apabila nilai uji-t pada outer loading atau outer weight menunjukkan hasil yang signifikan pada tingkat kepercayaan sebesar 90 persen 1,65 . Indikator tidak digunakan jika nilai t- statistic atau nilai t-hitung pada outer loading atau outer weight menunjukkan hasil yang tidak signifikan 1,65. Hasil validasi model formatif tersaji pada lampiran 5. Hasil validasi model menyatakan bahwa satu indikator tidak digunakan yaitu indikator pada subvariabel manfaat produk karena nilai uji-t pada outer loading maupun outer weight tidak signifkan. Validasi model formatif juga melihat ada atau tidaknya kolinearitas antara indikator pembentuk variabel eksogen dengan variabel endogen. Kolinearitas merupakan suatu keadaan jika semua variabel bebas dimasukkan dalam model persamaan regresi menghasilkan koefisien korelasi dan koefisien determinasi yang rendah, namun jika variabel bebas dimasukkan satu per satu, menghasilkan koefisien korelasi dan koefisien determinasi yang besar atau signifikan. Untuk mengetahui ada tidaknya kolinearitas pada indikator maka perlu pengecekan kolinearitas melalui VIF variance inflation factor atau faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. Nilai dari VIF maksimum 10 menunjukkan bahwa validitas konstruk terdapat pada indikator yang bersifat formatif, jika memiliki nilai lebih dari 10 maka indikator tidak digunakan Gaskin dan Lowry, 2014:137. Hasil penilaian terhadap ada atau tidaknya masalah kolinearitas yang disajikan pada lampiran 5 menyatakan tidak ada masalah kolinearitas pada model.