7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Siap Saji
Makanan siap saji menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan ialah makanan yang
sudah diolah dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Smith 2012:xxxiii menyatakan makanan siap
saji mengandung kalori yang tinggi namun memiliki gizi yang rendah. Gizi yang rendah atau tidak seimbang ini dikarenakan makanan siap saji mengandung lemak
dan garam yang tinggi dengan kandungan serat yang rendah Khomsan, 2008:10. Kehadiran makanan siap saji ini langsung disukai oleh masyarakat karena cocok
untuk gaya hidup modern Sari, 2008:5. Alamsyah 2009:12 menyatakan bahwa salah satu alasan pemilihan
makanan siap saji ialah karena praktis. Praktis memiliki pengertian dapat memberikan solusi bagi rumah tangga yang tidak memiliki waktu cukup untuk
menyiapkan makanan di rumah. Konsumen di tengah kesibukannya bisa membeli makanan siap saji tidak hanya dari restoran, tetapi juga dari food service lain
semacam supermarket, hypermart, atau counter makanan yang siap dibawa pulang. Mereka tinggal memilih makananannya, dibungkus, dibawa pulang, dan
tinggal disajikan di rumah. Salah satu produk makanan siap saji pada bisnis waralaba ialah kebab.
Kebab merupakan makanan yang berasal dari Timur Tengah yang akhir-akhir ini banyak berkembang. Perkembangan yang luar biasa dengan kemunculan aneka
gerobak dan resto kebab dengan berbagai merek Alamsyah, 2010:6. Kebab
8 menjadi salah satu makanan siap saji yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi
konsumen dalam memenuhi kebutuhan terhadap makanan. Kebab terdiri dari roti pita roti tipis yang berisi daging yang telah dicampur dan diolah dengan rempah
rempah. Selain daging di dalamnya, terdapat pula topping berupa sayur segar yaitu bawang bombai, selada, dan mentimun Malahayati dan Ramdhan,
2010:109-110. Kebab sebagai salah satu jenis makanan siap saji tentunya harus
memerhatikan aspek-aspek keamanan pangan. Aspek keamanan pangan antara lain mencakup mencegah tercemarnya makanan siap saji dari cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Keamanan pangan juga dapat ditinjau dari pengendalian proses pada
pemilihan bahan baku, penggunaan bahan tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, dan cara penyajian Saparinto dan
Hidayati, 2006:56-57. Keamanan pangan salah satunya dapat dijaga dengan cara menjaga kontaminasi dari kontak tangan, untuk pengemasan dan pembungkusan
sebaiknya kebersihan tangan dapat dijaga dengan selalu mencuci tangan serta menggunakan sarung tangan Alamsyah, 2009:91.
2.2 Tinjauan Produk Makanan dalam Aspek Keislaman
Produk makanan yang dimakan hendaknya halal lagi baik. Baik ini dapat mencakup kesehatan, kelezatan, dan keamanan. Para ulama menyebutkan bahwa
makanan yang baik berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau sudah kadaluarsa Nuraini, 2007:13.
Produk makanan yang dijual di Indonesia diwajibkan untuk menggunakan logo halal yang didapatkan dari hasil sertifikasi MUI. Hal ini berlaku juga bagi