Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

80 kesuksesan kelompoknya. 6 Dengan hal tersebut dapat menjadikan literasi sains siswa pada dimensi kompetensi sains menjadi lebih baik. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran merupakan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat siswa termotivasi dan merasa antusias untuk belajar serta menggali pengetahuan secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dengan sebaik mungkin. Bahan belajar yang berisi permasalahan yang berkaitan dalam kehidupan tidak hanya sekedar disajikan begitu saja, tetapi siswa dituntut untuk mencari solusi dari penyelesaian masalah tersebut sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa memiliki tantangan dalam menyelesaikannya. Dengan hal tersebut siswa akan lebih terpacu dalam belajar. Hal ini sejalan dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa semangat untuk mengatasinya. Bahan belajar yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. 7 Selain itu, kegiatan praktikum yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah menjadikan siswa terlibat langsung sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.Dalam pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan pun, siswa melakukan semua proses pembelajaran selama kegiatan praktikum. Hal ini menyebabkan siswa memahami materi tidak hanya pada konsep saja tapi mampu memahami proses penemuannya. Dalam pembelajaran sains ketika memahami sesuatu bukan hanya fakta, konsep dan prinsip saja, tetapi menekankan pada proses penemuan. Zulfiani, dkk mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada proses. 8 Kondisi inilah yang mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh 6 Ibid., h. 105. 7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan dan Rineka Cipta, 2006, Cet. 3, h. 48. 8 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. 1, h. 52. 81 guru dan membantu penguasaan literasi sains siswa pada dimensi kompetensi sains menjadi lebih baik. Sedangkan, pada kelompok kontrol dapat diketahui bahwa hasil kompetensi sainsnya lebih rendah. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan hanya ceramah dan tanya jawab. Dengan metode tersebut siswa hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru tanpa terlibat langsung dan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam memahami materi yang menyebabkan kompetensi sains siswa pun menjadi kurang dapat meningkat. Dengan metode konvensional tersebut, siswa pun cenderung merasa bosan dan tidak fokus ketika berlangsungnya pembelajaran. Siswa tidak memiliki kesempatan yang besar dalam memahami materi, karena guru yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Meskipun, dalam penelitian ini sesekali siswa diperbolehkan untuk mencari informasi tambahan dari buku maupun internet. Adanya hasil yang lebih baik pada kelompok eksperimen pun dapat dilihat dari setiap indikator kemampuan literasi sains pada dimensi kompetensi sains terhadap data posttest yang dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini: Gambar 4.1 Persentase Posttest Indikator Kompetensi Sains Siswa Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa dari setiap indikator kompetensi sains pun lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan 67,06 58,64 64,83 80,29 75,37 80,15 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Mengidentifikasi isu ilmiah Menjelaskan fenomena ilmiah Menggunakan bukti ilmiah Kontrol Eksperimen 82 kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran berbasis masalah siswa melakukan beberapa tahapan pembelajaran yang dapat mengembangkan ketiga indikator tersebut. Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends memiliki lima tahapan, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing investigasi individual dan kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 9 Indikator mengidentifikasi isu ilmiah pada kelompok kontrol termasuk pada kategori baik sedangkan pada kelompok eksperimen termasuk pada kategori baik sekali. Hal ini disebabkan, pada kelompok eksperimen ketika pembelajaran berlangsung dilakukan tahapan pembelajaran berbasis masalah, yaitu orientasi siswa pada masalah dan mengorganisasikan siswa untuk melakukan penyelidikan. Dengan tahapan tersebut siswa mempelajari dan mengidentifikasi masalah yang disajikan serta berusaha mencari cara yang harus dilakukan dalam penyelesaian masalah secara mandiri dan menerapkannya dalam suatu kegiatan praktikum. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan diberikannya masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir melalui cara yang bermakna dan sangat kuat powerful. 10 Selain itu, dengan melakukan tahapan tersebut pun siswa mampu mengidentifikasi dan menentukan segala kebutuhan yang diperlukan serta mulai memikirkan bagaimana tahapan dalam penyelidikan yang akan dilakukan. Kegiatan mengidentifikasi pun dilakukan saat tahapan investigasi siswa secara mandiri dan kelompok. Pada tahapan ini siswa terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap reaksi atau akibat yang ditimbulkan ketika permulaan dilakukannya praktikum dari setiap permasalahan yang disajikan. Dengan hal tersebut, menyebabkan siswa dapat terlatih kemampuannya dalam mengidentifikasi isu ilmiah sehingga menjadi lebih baik. Hal ini pun didukung pula dengan hasil observasi yang dilakukan pada kelompok eksperimen 9 Richard I Arends, Learning toTeach, New York: McGraw-Hill, 2007, h. 394. 10 Rusman, op. cit., h. 230. 83 menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada tahapan tersebut terlaksana dengan baik. Hasil yang kurang baik pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok eksperimen disebabkan pada kelompok kontrol siswa hanya mendengarkan penyajian masalah yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat mandiri dalam melakukan identifikasi dari masalah yang ada dalam pembelajaran. Untuk indikator menjelaskan fenomena ilmiah, termasuk pada kategori cukup untuk kelompok kontrol dan kategori baik untuk kelompok eksperimen. Hasil yang lebih besar pada kelompok eksperimen disebabkan saat pembelajaran berlangsung dilakukan tahapan investigasi individual dan kelompok. Melalui tahapan tersebut guru mendorong siswa untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat, dan melaksanakan eksperimen serta mencari penjelasan dan solusi. 11 Dengan hal tersebut, siswa dapat menjelaskan fenomena yang disajikan dalam permasalahan melalui investigasi secara langsung yang mengakibatkan hasilnya pun lebih bermakna. Dengan pembelajaran seperti itu, siswa akan lebih mudah memahami dan mampu menjelaskan terkait materi yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. 12 Meskipun menunjukkan hasil yang lebih besar pada kelompok eksperimen, namun indikator menjelaskan fenomena ilmiah ini nilainya paling rendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini disebabkan, berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa kelompok yang kurang baik dalam melakukan aktivitas pembelajaran pada tahapan ini. Untuk kelompok kontrol, hasil yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Hal ini disebabkan pada saat pembelajaran, yang menjelaskan fenomena terkait dengan masalah yang disajikan adalah guru bukan siswa. Sehingga, siswa cenderung hanya menerima informasi tanpa 11 Toharudin, op. cit., h. 103. 12 Dimyati, op. cit., h. 45. 84 mendapatkan informasi untuk memperoleh penjelasan ilmiah secara langsung dan mandiri. Pada indikator menggunakan bukti ilmiah, menunjukkan kategori baik sekali pada kelompok eksperimen dan kategori cukup pada kelompok kontrol. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok eksperimen siswa melakukan tahapan pembelajaran mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Ketika mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, secara langsung siswa terlibat dengan bukti yang diperoleh berdasarkan percobaan yang telah mereka lakukan. Siswa pun membuat laporan percobaan secara berkelompok, dimana ketika membuat laporan tersebut siswa melibatkan bukti berupa data yang diolah menjadi betuk lain, seperti membuat grafik maupun memberikan kesimpulan berdasarkan data sebelum mereka mempresentasikannya. Hal ini menyebabkan siswa terlatih dalam menggunakan bukti yang berupa data ilmiah dan dapat mempresentasikannya. Sesuai dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran berbasis masalah siswa mempresentasikan gagasannya, siswa terlatih merefleksikan pendapatnya, mengargumentasikan dan mengkomunikasikan ke pihak lain sehingga guru memahami proses berpikir siswa. 13 Untuk tahapan pembelajaran menganalisis dan mengevaluasi, siswa pun harus dapat memahami bukti yang berupa data, baik yang diperoleh berdasarkan hasil praktikum maupun yang diberikan oleh guru ketika diberikan beberapa soal evaluasi. Hal ini sejalan dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah membantu dalam meningkatkan konektivitas, pengumpulan data, elaborasi, dan komunikasi informasi. 14 Dengan hal tersebut siswa menjadi terlatih dalam menggunakan bukti yang diperoleh secara ilmiah. Sehingga indikator menggunakan bukti ilmiah menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Untuk 13 Rusman, op. cit., h. 245. 14 Ibid., h. 236. 85 kelompok kontrol, yang menunjukkan hasil lebih rendah dikarenakan saat pembelajaran berlangsung siswa memperoleh data berdasarkan data yang disajikan oleh guru dan ketika mengkomunikasikan data, bukan siswa yang melakukannya tetapi guru yang banyak terlibat aktif. Siswa cenderung hanya menerima dan menjalankan perintah yang diberikan oleh guru dalam mengolah data yang disajikan. Sehingga siswa tidak terlatih dalam menggunakan bukti ilmiah dengan baik. 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh positif terhadap kompetensi sains siswa dalam materi laju reaksi. Hal ini berdasarkan perhitungan statistik uji-t data posttest, nilai t hitung sebesar 8,27 dan t tabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0,05, sehingga t hitung t tabel maka H 1 diterima. Data posttest menunjukkan rata-rata kompetensi sains siswa kelompok eksperimen termasuk kategori baik dengan nilai sebesar 78,60, sedangkan kelompok kontrol termasuk kategori cukup dengan nilai sebesar 63,51. Indikator kompetensi sains siswa dalam kelompok eksperimen yang paling tinggi, yaitu mengidentifikasi isu ilmiah dan yang paling rendah, yaitu menjelaskan fenomena ilmiah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran berbasis masalah perlu diterapkan dalam proses pembelajaran kimia karena dapat memberikan pengaruh posistif terhadap kompetensi sains siswa yang merupakan salah satu bagian dari literasi sains. 2. Pembelajaran berbasis masalah pada penelitian selanjutnya disarankan digunakan untuk mengukur kompetensi sains dalam bahasan kimia lainnya. 3. Bagi peneliti berikutnya agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk mengukur literasi sains siswa pada dimensi lainnya, yaitu dimensi konten, konteks atau sikap ataupun keseluruhan dimensi tersebut dalam materi pembelajaran yang sama ataupun materi pembelajaran lainnya. 87 DAFTAR PUSTAKA Adjie, Trie Seno Adjie, “Penerapan Metode Science Literacy Circles SLC untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Mengembangkan Karakter Siswa SMP ”, Skripsipada Pendidikan Fisika UPI Bandung: 2012. tidak dipublikasikan. Akinoglu, Orhan and Ruhan Ozkardes Tandogan. The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science Technology Education. 3. No. 1, 2007. Ali, L. U. AliI. W. Suastra, dan A. A. I. A. R. Sudiatmika. Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3, 2013. Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media, Cet. 2, 2009. Arends, Richard I. Learning toTeach. New York: McGraw-Hill, 2007. Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi Akasara, 2012. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Astika, Urip., dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. 3, 2013. Brady, James E. Kimia Universitas Asas Struktur. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 1999. Brickman, Peggy., dkk., Effect of Inquiry- based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3. No. 2, 2009. Center for Science, Mathematics, and Engineering Education. Every Child A Scientist Achieving Scientific Literacy for All. Washington DC: National Academy Press, 1998. 88 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan dan Rineka Cipta, Cet. 3, 2006. Dogra, S. K. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta:UI-Press, Cet. 1, 1990. Douglas, Rowena., dkk.,Linking Science Literacy In The K-8 Classroom. America: NSTA Press, 2006. Fatimah, Is. Kinetika Kimia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. 1, 2013. Husamah dan Yanur Setyaningrum. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Malang: Prestasi Pustakaraya, 2013. Keenan, Charles W., dkk., Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1984. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud, 2012. Khusnayain, Arina, “Pengaruh Skill Argumentasi menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL terhadap Literasi Sains Siswa SMP ”, Skripsi pada Pendidikan Fisika Universitas Lampung: 2013. tidak dipublikasikan King, Kenneth P. Technology, Science Teaching, and Literacy A Century of Growth. New York: Kluwer Academic Publishers, 2002. Kurnia, Feni., dkk., Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika. 1 No. 1, 2014. Loughran, John., dkk., Scientific Literacy Under the Microscope A Whole School Approach to Science Teaching and Learning. Rotterdam: Sense Publishers, 2011. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “Measuring Student Knowledge and Skills The PISA 2000 Assessment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy ”.http:www.oecd.orgeducationschoolprogrammeforinternational studentassessmentpisa3369279. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “The PISA 2003 Assesment Frame work-Mathematics, Reading, Science and Problem Solving Knowledge and Skills ”. 89 http:www.oecd.orgeduschoolprogrammeforinternationalstudentassessme ntpisa33694881.pdf, 2 Januari 2014. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “Assessinng Scientific, Reading and Mathematical Literacy ”, http:www.oecd.orgeduschoolassessingscientificreadingandmathematicall iteracyaframeworkforpisa2006.html. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1: Analysis”. http:www.nbbmuseum.bedocseminar2010nlbibliografieopleidinganaly sis.pdf, 23 Oktober 2014. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do Student Performance In reading, Mathematics and Science. Vol.1 ”.http:www.oecd.orgpisapisaproducts48852548.pdf, 17 Desember 2013. Organization for Economic Co-operation and Development OECD. “PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds Know and That They Can Do With What They Know ”.http:www.oecd.orgpisakeyfindingspisa-2012-results- overview.pdf, 3 Februari 2014. Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1985. Petrucci, Ralph H., dkk.,Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2011. Purba, Michael. Kimia 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga, 2006. Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas, 2007. Putra, Sitiatava Rizema. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press, Cet. 1, 2013. Riduwan dan Sunarto.Pengantar Statistikauntuk PenelitianPendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, danBisnis.Bandung: Alfabeta, Cet. 6, 2013.