Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
27
konsep sains, memiliki keterampilan proses sains untuk membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari jika berhubungan dengan orang
lain dan lingkungannya dengan memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.
40
The American Association for the Advancement of Science, memberikan penjelasan mengenai literasi sains yaitu, menggunakan
kebiasaan pikiran dan pengetahuan sains, matematika, dan teknologi yang mereka telah peroleh untuk memikirkan dan membuat banyak ide,
klaim, dan peristiwa yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
41
Literasi sains menurut National Science Education Standards, yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan individu, partisipasi dalam urusan sipil dan budaya, dan produktivitas ekonomi.
42
Literasi sains pun didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami, mengkomunikasikan, dan menerapkan sains dalam
memecahkan masalah sehingga menimbulkan sikap dan kepekaan yang tinggi pada diri dan lingkungannya dalam menentukan suatu keputusan
dengan berdasarkan pertimbangan sains.
43
James Conant menuliskan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah seseorang yang bisa
berkomunikasi secara cerdas dengan seseorang yangmemajukan sains dan menerapkannya.
44
Selain itu, literasi sains dapat pula diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis mengenai sains dan teknologi
dan lebih sekedar dari kemampuan mengingat istilah-istilah dalam sains.
45
Dengan hal tersebut, artinya pembelajaran sains harus memadukan unsur membaca, menulis, dan berkomunikasi agar siswa
40
Toharudin, loc. cit.
41
Kenneth P King, Technology, Science Teaching, and Literacy A Century of Growth, New York: Kluwer Academic Publishers, 2002, h. 7.
42
Rowena Douglas, dkk., Linking Science Literacy In The K-8 Classroom, America: NSTA Press, 2006, h. 263.
43
Toharudin, op. cit., h. 8.
44
Morris H Shamos, The Myth of Scientific Literacy, New Brunswick, New Jersey, United States of America, Rutgers University Press, 1995, h. 86.
45
Toharudin, op. cit., h. 4.
28
dapat memahami sains dan akhirnya menerapkannya dalam kehidupan sehingga dapat memiliki literasi sains yang baik. Namun, perlu diingat
bahwa bahasa sains tidak sama persis dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep literasi sains telah memainkan peran sentral dalam pendidikan sains. Pendidik dan reformis kurikulum setuju bahwa literasi
sains harus merupakan salah satu hasil penting yang diperoleh dari sekolah.
46
Pada dasarnya, literasi sains terdiri dari dua kompetensi utama. Pertama, kompetensi belajar sepanjang hayat, meliputi membekali
peserta didik untuk belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kedua, kompetensi dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya
dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan hidup yang dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi.
47
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah segala kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
yang melibatkan proses ilmiah dan berdasarkan pada bukti-bukti dalam upaya memahami sains sehingga akhirnya dapat diaplikasikan bagi
kebutuhan masyarakat terhadap peristiwa yang dihadapi dalam kehidupan.
Dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan literasi sains, siswa belajar dengan baik melalui pengalaman nyata yang
dialaminya. Mereka membutuhkan sebuah pengalaman sebelum mereka siap untuk membaca atau mendiskusikan sebuah konsep yang mendasari.
Dengan melakukan penyelidikan, siswa belajar bagaimana untuk melakukan
pengamatan, mengajukan
pertanyaan, merencanakan
penyelidikan, menggunakan alat untuk mengumpulkan informasi, membuat prediksi, mengusulkan penjelasan, mengkomunikasikan hasil,
46
Wolf-Michael Roth, Angela Calabrese Barton, Rethinking Scientific Literacy, New York, RoutledgeFalmer, 2004, h. 21-22.
47
Toharudin, op. cit., h. 6.
29
dan merefleksikan proses yang mereka gunakan.
48
Menurut Michelle Verna literasi sains dalam kegiatan kelas terbukti ketika siswa bekerja
bersama untuk membentuk pertanyaan dan menentukan jawaban dengan menggunakan berbagai keterampilan penelitian. Ini melibatkan siswa
membaca dengan pemahaman dan mengikutsertakan dalam dialog tentang isu sains tertentu. Dengan cara ini, siswa dapat mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk mendorong penyelidikan mereka dalam cara yang bermakna. Literasi sains berlangsung ketika siswa
meminta setiap pertanyaan lain, ketika mereka merenungkan dan menanggapi ide-ide dan menemukan bukti untuk menggambarkan
pengetahuan sains, fakta-fakta dan informasi. Mereka menggunakan keterampilanya untuk meneliti dan membuat keputusan tentang ide-ide
ilmiah. Mereka kemudian mempertanyakan dan merefleksikan ketika menerapkan informasi untuk isu-isu sosial saat ini. Siswa pun perlu untuk
mengembangkan keterampilan matematika yang mereka butuhkan untuk menafsirkan data tentang isu-isu sains yang berhubungan dalam
masyarakat.
49
Selain itu, Michelle Verna mengungkapkan bahwa berdasarkan pengalamannya dalam pembelajaran, literasi sains
merupakan hasil dari belajar dan untuk menerapkan literasi sains meliputi hal sebagai berikut:
1 Menyadari bahwa sains ada di sekitar kita;
2 Mengidentifikasi lebih awal isu-isu sains secara bermakna;
3 Mendorong keterlibatan siswa;
4 Peletakan fondasi yang kuat untuk inkuiri siswa; dan,
5 Pembelajaran berpusat pada siswa
Dalam mengembangkan literasi sains siswa kita harus berkonsentrasi pada kualitas pemahaman dibandingkan kuantitas informasi yang
48
Center for Science, Mathematics, and Engineering Education, Every Child A Scientist Achieving Scientific Literacy for All, Washington DC: National Academy Press, 1998, h. 10.
49
John Loughran, Kathy Smith, Amanda Berry, Scientific Literacy Under the Microscope A Whole School Approach to Science Teaching and Learning, Rotterdam: Sense Publishers, 2011,
h. 67.