Uji Prasyarat Analisis Hasil Analisis Data
78
dengan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan kompetensi sains siswa. Artinya, kedua kelompok memiliki kompetensi sains yang sama. Sehingga
kedua kelompok tersebut cocok untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada data posttest kelompok eksperimen dan kontrol, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kompetensi sains siswa antara kedua kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai t
hitung
t
tabel
8,27 1,99 sehingga hipotesis H ditolak.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi sains siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil perhitungan uji-t posttest yang menunjukkan bahwa kompetensi sains siswa yang merupakan bagian dari literasi sains pada kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, disebabkan adanya penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada kelompok
eksperimen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita Wulandari yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.
1
Dalam penelitian ini, pembelajaran berbasis masalah diterapkan dalam suatu kegiatan praktikum. Dengan adanya penerapan model pembelajaran
tersebut, siswa membangun konsep atau prinsip berdasarkan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah
dipahami sebelumnya.
2
Hal ini menjadikan siswa lebih mandiri dalam membangun pengetahuan yang diperolehnya. Kondisi tersebut dikarenakan
dari awal disajikannya masalah dalam pembelajaran, siswa memahaminya secara mandiri dengan bekerjasama bersama teman kelompok. Siswa pun
dirangsang mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan dari berbagai sumber seperti dari buku maupun internet secara mandiri pula.
1
Anita Wulandari, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Kelas V pada Materi Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan
Bumi”, Skripsi pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Sumedang, 2013.
2
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi 2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, Cet. 5, h. 242.
79
Selain itu, lingkungan belajar dalam pembelajaran berbasis masalah menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.
3
Dengan hal tersebut, menjadikan siswa berperan lebih aktif dibandingkan guru dan siswa menjadi
pusat pembelajaran. Adanya hasil yang lebih baik pada kelompok eksperimen ketika
diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah disebabkan pula saat berlangsungnya pembelajaran siswa menjadi lebih semangat dan termotivasi.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah, pengetahuan siswa, serta minat dan motivasinya terus
ditingkatkan.
4
Selama pembelajaran berlangsung, siswa pun melakukan berbagai aktivitas secara berkelompok. Mereka saling menjelaskan, saling
berdiskusi dan saling membantu antara sesama anggota dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Dengan pembelajaran seperti
itu, siswa menjadi lebih mudah memahami ketika merasa kesulitan terhadap materi atau permasalahan yang belum dimengerti. Apalagi setiap anggota
dalam kelompok adalah teman sebaya yang menjadikan siswa tidak merasa canggung untuk bertanya antara sesama teman yang lebih paham ketika ada hal
yang belum dimengerti. Sehingga kegiatan belajar pada siswa pun dapat terlaksana dengan baik. Hal ini sejalan dengan teori menurut Vygotsky yang
menyatakan bahwa belajar terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sebaya yang lebih mampu.
5
Dengan model pembelajaran berbasis masalah pun, saat kegiatan belajar secara berkelompok setiap anggota bertanggung jawab terhadap keberhasilan
dalam pembelajaran. Sehingga, setiap anggota menjadi aktif dan ikut serta dalam mengambil bagian dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi
terwujudnya kerjasama yang baik. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah siswa menjadi
pembelajar aktif sebagai hasil tanggung jawab anggota kelompok demi
3
Ibid., h. 244.
4
Uus Toharudin, Sri Hendrawati, dan Andrian Rustaman, Membangun Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik, Bandung: Humaniora, 2011, Cet. 1, h. 107.
5
Ibid., h. 100.
80
kesuksesan kelompoknya.
6
Dengan hal tersebut dapat menjadikan literasi sains siswa pada dimensi kompetensi sains menjadi lebih baik.
Masalah yang disajikan dalam pembelajaran merupakan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat siswa
termotivasi dan merasa antusias untuk belajar serta menggali pengetahuan secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dengan
sebaik mungkin. Bahan belajar yang berisi permasalahan yang berkaitan dalam kehidupan tidak hanya sekedar disajikan begitu saja, tetapi siswa dituntut untuk
mencari solusi dari penyelesaian masalah tersebut sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa memiliki tantangan dalam menyelesaikannya. Dengan hal
tersebut siswa akan lebih terpacu dalam belajar. Hal ini sejalan dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi dalam bahan
belajar membuat siswa semangat untuk mengatasinya. Bahan belajar yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya.
7
Selain itu, kegiatan praktikum yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah menjadikan
siswa terlibat langsung sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.Dalam pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan pun,
siswa melakukan semua proses pembelajaran selama kegiatan praktikum. Hal ini menyebabkan siswa memahami materi tidak hanya pada konsep saja tapi
mampu memahami proses penemuannya. Dalam pembelajaran sains ketika memahami sesuatu bukan hanya fakta, konsep dan prinsip saja, tetapi
menekankan pada proses penemuan. Zulfiani, dkk mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dilakukan dengan kegiatan
pembelajaran yang berorientasi pada proses.
8
Kondisi inilah yang mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh
6
Ibid., h. 105.
7
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan dan Rineka Cipta, 2006, Cet. 3, h. 48.
8
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. 1, h. 52.