Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

24 Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan diatas, terlihat langkah model pembelajaran berbasis masalah ada yang enam dan lima langkah. Untuk langkah model pembelajaran berbasis masalah dengan lima langkah dikemukakan berdasarkan dua pendapat. Dari dua pendapat tersebut secara keseluruhan langkahnya sama. Sedangkan, untuk langkah model pembelajaran berbasis masalah dengan enam langkah, setelah peneliti memahami lebih dalam, inti dari keenam langkah tersebut pun memiliki maksud yang sama dengan yang lima langkah. Namun, peneliti memutuskan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini dengan lima langkah pembelajaran karena berasal dari pendapat ahli yang lebih banyak. Langkah model pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian, yaitu berdasarkan buku Learning to Teach karangan Richard I Arends.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbicara tentang pembelajaran, pasti setiap pembelajaran memiliki keunggulan dan kelebihan masing-masing. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1 Kelebihan a Siswa lebih memahami konsep yang dipelajari sebab siswa yang menemukan konsep tersebut. b Siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan pemecahan masalah dan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang lebih tinggi. c Pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. d Meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa, sebab masalah yang diselesaikan dikaitkan dengan kehidupan nyata. e Siswa menjadi lebih mandiri, terlatih memberikan dan menerima pendapat, serta tertanam sikap sosial yang positif terhadap siswa lainnya. 25 f Dengan adanya pembelajaran secara berkelompok membantu mempermudah pencapaian ketuntasan belajar siswa. g Mengembangkan kreativitas siswa baik secara individu maupun kelompok. 36 Adanya kelebihan yang telah dipaparkan tersebut, dapat dikaitkan dengan materi laju reaksi yang merupakan materi pembelajaran dalam penelitian ini. Pada materi laju reaksi, siswa diharapkan memahami materi tidak dengan menghafal namun melalui proses berdasarkan pengalaman langsung yang melibatkan sikap aktif dan berfikir kritis siswa. Hal tersebut berhubungan dengan kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dalam penelitian. Selain itu, materi laju reaksi akan lebih mudah disampaikan kepada siswa ketika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam penyampaian materi laju reaksi pun, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan praktikum. Dengan hal tersebut, siswa dituntut untuk lebih mandiri, kreatif dan diharapkan dapat mempermudah melakukan pemecahan masalah terkait dengan materi laju reaksi. Oleh sebab itu, model pembelajaran berbasis masalah ini dirasa cocok diterapkan pada materi laju reaksi karena memiliki keterkaitan saat proses penyampaian materi pembelajarannya. 2 Kekurangan a Ketika siswa tidak memiliki minat dan kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka siswa enggan untuk mencoba. b Membutuhkan banyak waktu untuk persiapan. c Tanpa pemahaman tujuan apa yang ingin dicapai dalam memecahkan masalah, siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 37 36 Putra, op. cit., h. 82-83. 26 Setelah memahami kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah, diharapkan dalam penelitian ini penulis dapat mengurangi tingkat ketidakefektifan ketika diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah ini. Sehingga, dalam penerapannya dapat berjalan dengan lancar.

4. Literasi Sains

a. Pengertian Literasi Sains

Literasi sains berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan, dan kata scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Menurut Paul de Hart Hurt yang merupakan orang pertama kali yang menggunakan istilah literasi sains, mendefinisikan literasi sains sebagai tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. 38 Sedangkan, menurut Organization for Economic Co-operation and Development OECDPISA literasi sains scientific literacy adalah “Capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity”. 39 Yaitu kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Menurut National Science Teacher Assosiation menyatakan bahwa orang yang memiliki literasi sains merupakan orang yang menggunakan 37 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, Edisi 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, Cet. 1, h. 119-120. 38 Toharudin, op. cit., h. 1. 39 Organization for Economic Co-operation and Development OECD, The PISA 2003 Assesment Frame work-Mathematics, Reading, Science and Problem Solving Knowledge and Skills, 2003, h. 133, http:www.oecd.orgeduschoolprogrammeforinternationalstudentassessmentpisa33694881.pdf 27 konsep sains, memiliki keterampilan proses sains untuk membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari jika berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya dengan memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. 40 The American Association for the Advancement of Science, memberikan penjelasan mengenai literasi sains yaitu, menggunakan kebiasaan pikiran dan pengetahuan sains, matematika, dan teknologi yang mereka telah peroleh untuk memikirkan dan membuat banyak ide, klaim, dan peristiwa yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. 41 Literasi sains menurut National Science Education Standards, yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan individu, partisipasi dalam urusan sipil dan budaya, dan produktivitas ekonomi. 42 Literasi sains pun didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami, mengkomunikasikan, dan menerapkan sains dalam memecahkan masalah sehingga menimbulkan sikap dan kepekaan yang tinggi pada diri dan lingkungannya dalam menentukan suatu keputusan dengan berdasarkan pertimbangan sains. 43 James Conant menuliskan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah seseorang yang bisa berkomunikasi secara cerdas dengan seseorang yangmemajukan sains dan menerapkannya. 44 Selain itu, literasi sains dapat pula diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis mengenai sains dan teknologi dan lebih sekedar dari kemampuan mengingat istilah-istilah dalam sains. 45 Dengan hal tersebut, artinya pembelajaran sains harus memadukan unsur membaca, menulis, dan berkomunikasi agar siswa 40 Toharudin, loc. cit. 41 Kenneth P King, Technology, Science Teaching, and Literacy A Century of Growth, New York: Kluwer Academic Publishers, 2002, h. 7. 42 Rowena Douglas, dkk., Linking Science Literacy In The K-8 Classroom, America: NSTA Press, 2006, h. 263. 43 Toharudin, op. cit., h. 8. 44 Morris H Shamos, The Myth of Scientific Literacy, New Brunswick, New Jersey, United States of America, Rutgers University Press, 1995, h. 86. 45 Toharudin, op. cit., h. 4.