74
H
1
: Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas XI MIA 1 dengan siswa kelas XI MIA 4
Dimana, kriterianya adalah: H
diterima jika t
hitung
t
tabel
H ditolak jika t
hitung
t
tabel
Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh t
hitung
t
tabel
, yaitu 1,21 1,99 sehingga H
diterima. Dengan demikian hasil pretest siswa antara kelas XI MIA 1 dengan kelas XI MIA 4 menunjukkan
tidak adanya perbedaan. Artinya, dari uji hipotesis yang dilakukan pada kedua kelas yang belum mendapatkan perlakuan, menunjukkan
kompetensi sainsnya setara atau sama antara kelas XI MIA 1 dan XI MIA 4.
Dengan adanya hasil tersebut, menunjukkan bahwa kelas XI MIA 1 dan XI MIA 4 memenuhi syarat dan cocok digunakan sebagai
sampel dalam penelitian. Untuk menentukan mana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol antara kedua kelas tersebut,
kemudian dipilih berdasarkan nilai rata-rata pretest masing-masing kelas. Nilai rata-rata yang lebih rendah ditetapkan sebagai kelas
eksperimen dan nilai rata-rata yang lebih tinggi ditetapkan sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil pretest seperti pada tabel 4.1, nilai
rata-rata pretest yang lebih rendah adalah kelas XI MIA 1 sebesar 30.74 sedangkan XI MIA 4 nilainya lebih tinggi, yaitu sebesar 32.73.
Berdasarkan hasil tersebut, akhirnya yang ditetapkan sebagai kelompok eksperimen adalah kelas XI MIA 1 dan kelompok kontrol
adalah kelas XI MIA 4.
75
b. Uji Prasyarat Analisis
Dalam uji prasyarat analisis, hampir sama dengan uji prasyarat sampel. Namun, pada uji prasyarat analis ini data yang digunakan adalah
data posttest. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut. 1
Uji Normalitas
Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan terhadap nilai posttest Lampiran 18 dan 19, maka secara umum hasil
ujinya adalah sebagai berikut: Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Posttest
Kesimpulan Eksperimen
Kontrol
N 34
34 Data berdistribusi
normal L
hitung
0,095 0,139
L
tabel
0,152 0,152
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa hasil pengujian normalitas
nilai posttest kelompok eksperimen diperoleh L
hitung
= 0,095 dan dari tabel harga kritis uji Liliefors taraf signifikansi
α = 0,05 untuk n = 34, maka diperoleh L
tabel
= 0,152. Karena L
hitung
0,095 L
tabel
0,152 maka dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk posttest kelompok kontrol diperoleh harga L
hitung
= 0,139 dan L
tabel
= 0,152. Dengan demikian L
hitung
0,139 L
tabel
0,152 maka dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.
2 Uji Homogenitas
Sebelum melakukan perhitungan uji homogenitas posttest, terlebih dahulu dilakukan perhitungan nilai varians dari posttest
76
kelompok eksperimen maupun kontrol Lampiran 21. Adapun hasil uji homogenitas nilai posttest tersebut disajikan pada Lampiran 23 dan
Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Statistik
s
2
Eksperimen 42,71
s
2
Kontrol 71,50
F
hitung
1,67 F
tabel
1,79 Kesimpulan
Homogen Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari data posttest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh F
hitung
= 1,67 dan dari tabel harga distribusi F dengan taraf signifikan α = 0,05
dengan jumlah siswa 68 n
1
= 34, n
2
= 34, maka didapat harga F
tabel
= 1,79. Berdasarkan hasil tersebut, maka F
hitung
F
tabel
. Dengan demikian maka nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
adalah homogen.
3 Uji Hipotesis
Hasil uji-t data posttest untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan pada Lampiran 25 dan Tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji-t Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Uji-t
Eksperimen Kontrol
Mean 79,20
64,20 t
hitung
8,27 t
tabel
1,99 Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan
77
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.10 uji-t data posttest
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan df = n
1
+n
2
- 2 = 66 diperoleh t
tabel
= 1,99. Sedangkan t
hitung
= 8,27. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan t
hitung
t
tabel
, yaitu 8,27 1,99 sehingga H
ditolak dan H
1
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Artinya, dari uji hipotesis yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang lebih baik terhadap kompetensi sains siswa ketika diterapkannya model pembelajaran
berbasis masalah pada kelompok eksperimen.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kompetensi sains siswa dalam materi
laju reaksi. Pada kelompok eksperimen diterapkan model pembelajaran berbasis masalah sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan pembelajaran
konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penelitian ini, dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat sampel terhadap data pretest dan uji
prasyarat analisis terhadap data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh, yaitu data tersebut berdistribusi
normal dan homogen. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil memiliki keadaan awal yang sama.
Untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah berpengaruh atau tidak terhadap kompetensi sains siswa yang merupakan salah satu dimensi
literasi sains, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan terhadap data pretest dan posttest. Perhitungan uji hipotesis yang digunakan, yaitu uji-t.
Berdasarkan perhitungan uji-t prestest diperoleh hasil bahwa t
hitung
lebih kecil dibandingkan dengan t
tabel
1,2 1,99 sehingga hipotesis nol H diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara kelompok eksperimen
78
dengan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan kompetensi sains siswa. Artinya, kedua kelompok memiliki kompetensi sains yang sama. Sehingga
kedua kelompok tersebut cocok untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada data posttest kelompok eksperimen dan kontrol, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kompetensi sains siswa antara kedua kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai t
hitung
t
tabel
8,27 1,99 sehingga hipotesis H ditolak.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi sains siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil perhitungan uji-t posttest yang menunjukkan bahwa kompetensi sains siswa yang merupakan bagian dari literasi sains pada kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, disebabkan adanya penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada kelompok
eksperimen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita Wulandari yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.
1
Dalam penelitian ini, pembelajaran berbasis masalah diterapkan dalam suatu kegiatan praktikum. Dengan adanya penerapan model pembelajaran
tersebut, siswa membangun konsep atau prinsip berdasarkan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah
dipahami sebelumnya.
2
Hal ini menjadikan siswa lebih mandiri dalam membangun pengetahuan yang diperolehnya. Kondisi tersebut dikarenakan
dari awal disajikannya masalah dalam pembelajaran, siswa memahaminya secara mandiri dengan bekerjasama bersama teman kelompok. Siswa pun
dirangsang mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang diberikan dari berbagai sumber seperti dari buku maupun internet secara mandiri pula.
1
Anita Wulandari, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Kelas V pada Materi Kegiatan Manusia yang Mengubah Permukaan
Bumi”, Skripsi pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Sumedang, 2013.
2
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi 2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, Cet. 5, h. 242.