Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                                                                                yang  berguna.  Hal  ini  berbeda  dengan  kelas  kontrol  yang  mencatat  secara  tidak efektif.  Dalam  diskusi,  biasanya  siswa  mencatat  materi  yang  diminati  namun
keluar  dari  tujuan  pembelajaran.    Dengan  mencatat  secara  efektif,  kelas  yang menerapkan  GNT  dalam  teknik  kooperatif  TSTS  memiliki  bahan  belajar  yang
baik  untuk  menghadapi  post-test.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  mencatat  dengan baik  merupakan  kunci  keberhasilan  dalam  belajar.
4
Oleh  karena  itu,  dalam penelitian  ini,  terbukti  bahwa  kelas  yang  diajar  menggunakan  teknik  kooperatif
TSTS  dengan  GNT  memiliki  nilai  peningkatan  hasil  belajar  yang  lebih  tinggi daripada kelas yang menerapkan teknik kooperatif TSTS tanpa GNT.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khaeril  Anam  yang  menyatakan  bahwa  GNT  berpengaruh  positif  terhadap  hasil
belajar siswa.
5
Selain itu, hasil penelitian  Ika Nurdayanti  at  all juga menyatakan bahwa  penerapan  GNT  dalam  pembelajaran  kooperatif  Think-Pair-Share
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
6
Dilihat dari aspek sikap, kelas eksperimen memiliki hasil sikap diskusi  yang sangat  baik,  seperti  pada  kelas  kontrol.  Berdasarkan  data  hasil  observasi  siswa
diketahui  bahwa  aktivitas  diskusi  siswa  pada  kedua  kelas  memiliki  tingkat persentase sikap yang sangat baik pada seluruh aspek. Dilihat dari masing-masing
aspek sikap, kedua kelas memiliki sedikit perbedaan. Persentase rata-rata aktivitas siswa  pada  kelas  eksperimen  lebih  besar  pada  aspek  disiplin  dan  kerjasama
daripada  kelas  kontrol,  sementara  kelas  kontrol  memiliki  persentase  yang  lebih besar  pada  aspek  tanggung  jawab  daripada  kelas  eksperimen.  Meski  demikian,
selisih  keduanya  sangatlah  kecil,  sehingga  perbedaan  antara  keduanya  tidak signifikan.  Kedua  kelas  memiliki  sikap  diskusi  yang  termasuk  kategori  sangat
baik.
4
Paryati  Sudarman,  Belajar  Efektif  di  Perguruan  Tinggi,  Bandung:  Simbiosa  Rekatama Media, 2004, h. 100.
5
Khaeril  Anam ,  “Pengaruh  Strategi  Pembelajaran  Aktif  Active  Learning  strategy  Teknik
Guided Note Taking Catatan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa,” Skripsi pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 84, tidak dipublikasikan.
6
Ika  Nurdayanti,  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  Berpikir  Berpasanga  Berempat  dengan Bantuan Catatan Terbimbing Materi Pengelolaan Lingkungan, Jurnal UJBE, Vol. 1, 2010, h. 1.
Pada  aspek  sikap  diskusi  siswa  ketika  diterapkan  GNT  dalam  TSTS  tidak terdapat  perbedaan  yang  besar  antara  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol.
Pembelajaran  TSTS  secara  garis  besar  merupakan  pembelajaran  yang  berpusat pada siswa. Pembelajaran tersebut menekankan pada aspek kerjasama antar teman
sekelompok.  Guru  berperan  sebagai  fasilitator    yang  membimbing  siswa  agar tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan
hasil  belajar  bisa  didapat  dengan  baik.  Tanpa  GNT,  aktivitas  diskusi  siswa menggunakan  teknik  kooperatif  TSTS  sudah  sangat  baik.  Artinya,  secara
keseluruhan  siswa  berdiskusi  secara  kondusif  dan  aktif  dalam  pembelajaran.  Hal ini  dibuktikan  dengan  hasil  observasi  siswa  yang  menunjukkan  bahwa  kelas
kontrol memiliki persentase sikap dengan kategori sangat baik. Sikap  siswa  pada  aspek  kerjasama  dan  disiplin  dimobilisasi  secara  lebih
sistematis dengan adanya GNT dalam TSTS. Hal ini menyebabkan kerjasama dan disiplin siswa semakin terjalin dalam pembelajaran. Namun pada aspek tanggung
jawab,  siswa  yang  diajar  menggunakan  teknik  kooperatif  TSTS  dengan  GNT cenderung  mencatat  hal-hal  yang  dibutuhkan  saja.  Oleh  karena  itu,  saat  diskusi
berlangsung,  aktivitas  tanya  jawab  atau  interaksi  antara  siswa  tuan  rumah  dan siswa tamu relatif sedikit.
Berbeda dengan kelas yang menerapkan teknik kooperatif TSTS tanpa GNT, saat diskusi berlangsung para siswa tuan rumah dan siswa tamu cenderung banyak
melakukan  tanya-jawab  untuk  mendapatkan  informasi  yang  dinilai  penting.  Hal ini  dilakukan  untuk  menemukan  sebanyak-banyaknya  informasi,  sehingga  rasa
ingin tahu mereka termunculkan dan penggalian informasi dilakukan secara lebih mendalam. Selain itu, aktivitas mencatat yang dilakukan siswa bukan berdasarkan
perintah  dari  guru,  melainkan  atas  dasar  kebutuhan  akan  informasi  tersebut. Dalam hal  ini  aspek tanggung jawab  yang dimiliki oleh kelas kontrol  yang tidak
menerapkan  GNT  dalam  teknik  kooperatif  TSTS  lebih  tinggi  dibandingkan dengan kelas yang menerapkan GNT dalam TSTS.
Di  luar  aspek  sikap  yang  diobservasi  pada  saat  pembelajaran  berlangsung, teknik  kooperatif  TSTS  dengan  mekanisme  khusus  yang  dimilikinya,  dapat
mendukung  siswa  untuk  menggali  informasi  sendiri  dengan  menggunakan
berbagai  media  pembelajaran  yang  ada.  Hal  ini  diketahui  berdasarkan  hasil wawancara pasca perlakuan kepada siswa yang memiliki nilai tinggi, sedang, dan
rendah.  Sebagian  siswa  mengaku  berantusias  tinggi  dalam  mencari  informasi secara mandiri, kemudian diberi kesempatan untuk menyampaikan informasi yang
ia tahu kepada teman-teman yang datang saat bertamu. Hal ini menimbulkan rasa pengakuan  diri  yang  tinggi  pada  siswa,  baik  siswa  tamu  ataupun  tuan  rumah.
Dengan  demikian,  teknik  kooperatif  TSTS  dapat  meningkatkan  kepercayaan  diri siswa.  Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  dari  Masitoh  dan  Laksmi  Dewi  yang
menyatakan  bahwa  salah  satu  keunggulan  dalam  pembelajaran  kooperatif  selain keikutsertaan  siswa  dalam  belajar  menjadi  optimal,  keterampilan  berkomunikasi
terasah,  informasi  bertambah,  suasana  gotong  royong  dan  berbagi  menjadi terbangun,  juga  dapat  menimbulkan  efek  penerimaan  siswa  dengan  siswa  lain
menjadi  lebih  terbuka,  sifat  percaya  diri  terbangun,  dan  hormat  pada  sesama semakin meningkat.
7
7
Masitoh  dan  Laksi  Dewi,  Strategi  Pembelajaran,  Jakarta:  Departemen  Agama,  2009,  h. 248-249.
50
                