Analisis Kesetiaan Merek Brand Loyalty

Kelemahan alat analisis ini yaitu tidak mengutamakan atribut-atribut mana yang paling diprioritaskan dari atribut lainnya yang berada pada satu kuadran yang sama. Dengan demikian hanya bisa diketahui keberadaan posisi atribut tersebut pada kuadran tertentu untuk selanjutnya bisa diketahui strategi apa yang dapat dilakukan perusahaan, apakah harus diperbaiki, dipertahankan, diabaikan ataupun dikurangi karena terlalu berlebihan.

4.4.5 Analisis Kesetiaan Merek Brand Loyalty

Menurut Assael 1994, ada dua pendekatan yang biasa digunakan dalam mengukur kesetiaan merek, yaitu pendekatan kognitif sikap dan pendekatan perilaku. Menurut Engels, et al.,1994 sikap turut mempengaruhi perilaku pembelian. Dengan demikian, penggunaan kedua pendekatan itu secara simultan akan lebih mencerminkan kesetiaan konsumen atas merek yang biasanya dikonsumsi. Penelitian ini menggunakan kedua pendekatan tersebut. Yang termasuk pengukuran sikap adalah pengukuran pengakuan atas kebiasaan habitual measures, yaitu mencakup kekerapan beralih merek dan penilaian diri atas motivasi pembelian; pengukuran kepuasan satisfaction measures ; pengukuran kesukaan atas merek liking the brand measures; dan pengukuran komitmen commitment measures. Untuk pengukuran perilaku, yang diperhatikan adalah pola pembelian aktual yang dilakukan oleh pelanggan. Parameter yang digunakan yaitu tingkat keseringan beralih merek dan kebiasaan membeli satu merek. Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pertanyaan dalam kuesioner dibedakan menjadi pertanyaan yang mengarah pada switcher , habitual buyer, satisfied buyer, liking-the brand, dan commited buyer. Selanjutnya tanggapan dikumpulkan untuk dicari rataan dan simpangan bakunya. Hasil dari rata-rata seperti halnya dalam mencari perhitungan rata-rata elemen perceived quality juga dijadikan acuan dalam perhitungan brand loyalty dan kemudian dipetakan ke rentang skala di bawah ini dengan mempertimbangkan informasi interval sebagai berikut : Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap variabel diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala rata-rata penilaian konsumen pada setiap tingkat loyalitas merek dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rentang Skala Rata-Rata Penilaian Konsumen Pada Setiap Tingkat Loyalitas Merek Rentang Skala Tingkat Loyalitas Merek Switcher Habitual Buyer Satisfied Buyer Liking-The Brand Commited Buyer 1,00-1,80 tidak pernah sangat tidak setuju sangat tidak puas sangat tidak suka tidak pernah 1,80-2,60 jarang tidak setuju tidak puas tidak suka jarang 2,60-3,40 kadang- kadang ragu-ragu biasa saja biasa saja kadang- kadang 3,40-4,20 sering setuju puas suka sering 4,20-5,00 selalu sangat setuju sangat puas sangat suka selalu Dasar pemberian rentang skala tersebut berdasarkan pada lima alternatif jawaban yang ditujukan kepada responden. Pemberian lima alternatif jawaban ini dilakukan melalui pertanyaan kuesioner nomor 8, 9, 10, 11 dan 13 pada Lampiran 8 , 5 1 5 = − = − = kelas banyaknya terendah nilai tertinggi nilai Interval 1, kemudian responden memberi tanda silang ’x’ atau checklist ’ √ ’ pada pilihan jawaban yang yang sesuai. Setelah semua elemen dari kesetiaan merek dihitung, maka dapat dirangkum ke dalam pengelompokkan menurut piramida kesetiaan merek. Piramida tersebut diperbandingkan antar merek dengan cara menyimpulkannya terlebih dahulu, yaitu memasukkan nilai persentase dari setiap tingkatan kesetiaan ke dalam piramida pada masing-masing merek, lalu dibandingkan antara satu merek dengan merek lainnya. Tingkatan kesetiaan yang paling tinggi adalah committed buyer , sedangkan tingkatan kesetiaan yang paling rendah adalah switcher . Bentuk piramida yang ideal adalah segitiga terbalik, dimana semakin ke atas merupakan tingkatan kesetiaan paling tinggi dengan persentase yang juga besar. Pengukuran terhadap perilaku menggunakan matriks pola peralihan merek brand switching pattern matrix untuk menghitung kemungkinan perpindahan merek possibility rate of transition; PRoT Durianto et al., 2004. Rumus dari ProT yakni : di mana : ProT = kemungkinan tingkat perpindahan suatu merek Alx = konsumen yang tetap setialoyal terhadap merek Atx = total konsumen yang diteliti dari merek produk atau merek pesaing t = banyaknya penelitian Interpretasinya, semakin besar nilai PRoT, maka disimpulkan tingkat loyalitas pelanggan semaki kecil. Dari data yang sama bisa dicari juga persen pelanggan tak loyal percentage of unloyal dan tingkat keusangan attrition rate. t Atx Alx t oT × − = 100 ln 1 Pr

4.5 Variabel-Variabel yang Diteliti