Metode Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

Keterangan: C = Banyaknya kolom Cj = Skor pada kolom ke –j Ri = Skor pada kolom ke-i N = Jumlah skor pada seluruh bariskolom Berdasarkan hasil uji Atribut Produk dengan menggunakan Cochran Q-Test yang diikuti oleh 30 tiga puluh responden, dapat diketahui bahwa dari 10 atribut awal yang ditetapkan yakni: harga, kesehatan, kejernihan warna minyak, slogan iklan, daya tahan, desain kemasan, popularitas merek, desain logo, ukuran kemasan, dan hiegienitas; maka terpilih 6 enam atribut yang dipertimbangkan responden dalam membeli minyak goreng. Atribut tersebut adalah: harga, kesehatan, kejernihan warna, daya tahan produk, ukuran kemasan, dan hiegienitas. Hasil lengkap uji multi atribut produk yang dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 19.0, disampaikan pada Lampiran 2.

2. Uji Independensi

Metode analisis ini digunakan untuk mengukur perbedaan pengamatan dan menaksir frekuensi suatu pengamatan dalam kategori tertentu, dalam hal ini yakni dikotom antara Ya atau Tidak. Alat analisis yang digunakan adalah Chi-square X 2 , digunakan untuk menguji dependensi suatu pengamatan dalam kategori tertentu agar dapat mendeteksi hubungan antara peubah-peubah laten dalam tabel kontingensi. Untuk memudahkan perhitungan, maka digunakan bantuan software SPSS versi 19.0. Tahapan uji independesi yang dilakukan adalah sebagai berikut: • Mengetahui nilai X 2 kritis pada  = 0,05, derajat bebas df = r-1 X c-1 • Menentukan frekuensi harapan fe, di mana fe untuk setiap sel dirumuskan: • Mencari nilai X 2 dengan rumus: • Menentukan daerah kritis dan menentukan keputusan

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskritif merupakan metode analisis yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai obyek penelitian. Dalam upaya membantu memaparkan hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar, dan matriks sesuai dengan hasil pengamatan. Analisis deskriptif mengacu kepada analisis ukuran nilai pusat dan ukuran penyimpangan dispersi. Teknik yang digunakan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Deskriptif No Analisis Rumus 1 Nilai rataan sederhana mean 2 Median 3 Ragam 4 Simpangan Baku 5 Proporsi FN X 100

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas data instrumen penelitian dilakukan terhadap 30 tiga puluh responden. Teknik yang digunakan pada uji validitas adalah dengan cara mengkorelasikan skor pada tiap butir pertanyaan dengan jumlah skor pada peubah latennya, dengan metode rank spearman. Apabila dilakukan perhitungan secara manual, maka uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi rank spearman sebagai berikut: Keterangan: di = Selisih antara R Xi dan R Yi R Xi = Peringkat sampel X ke-i R Yi = Peringkat sampel Y ke-i Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan SPSS 19.0, maka dapat diketahui bahwa seluruh butir pertanyaan pada setiap peubah laten telah dapat digunakan sebagai alatinstrumen yang sahih. Rekapitulasinya disajikan pada Tabel 9, sedangkan hasil rincinya disampaikan pada Lampiran 3. Tabel 9. Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner No Indikator Skor Keterangan 1 IMAGE1 0.686 Valid 2 IMAGE2 0.809 Valid 3 IMAGE3 0.671 Valid 4 IMAGE4 0.512 Valid 5 IMAGE5 0.618 Valid 6 CUEX1 0.677 Valid 7 CUEX2 0.654 Valid 8 CUEX3 0.696 Valid No Indikator Skor Keterangan 9 PRQ1 0.585 Valid 10 PRQ2 0.621 Valid 11 PRQ3 0.626 Valid 12 PRQ4 0.695 Valid 13 PRQ5 0.598 Valid 14 PRV1 0.759 Valid 15 PRV2 0.672 Valid 16 PRV3 0.868 Valid 17 CUSAT1 0.893 Valid 18 CUSAT2 0.920 Valid 19 CUSAT3 0.708 Valid 20 LOYAL1 0.636 Valid 21 LOYAL2 0.828 Valid 22 LOYAL3 0.732 Valid Signifikan pada taraf 99 Seluruh butir kuesioner pada peubah-peubah latent yang memenuhi validitas tersebut selanjutnya diuji konsistensinya, melalui alat analisis uji reliabilitas metode alpha dengan ketentuan reliabilitas tercapai pada saat skor Cronbach’s Alpha 0,60. Rekapitulasi hasil uji reliabilitas adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 10, sedangkan hasil lengkapnya disajikan pada Lampiran 4. Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner No Peubah Laten Skor Cronbach’s Alpha Keterangan 1 IMAGE 0,664 Reliabel 2 CUSTOMER EXPECTATION 0,616 Reliabel 3 PERCEIVED QUALITY 0,638 Reliabel 4 PERCEIVED VALUE 0,629 Reliabel 5 CUSTOMER SATISFACTION 0,794 Reliabel 6 LOYALTY 0,706 Reliabel Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut, maka selanjutnya dapat dilakukan kegiatan pengumpulan data pada 385 responden dengan instrumen kuesioner yang akan dianalisis menggunakan PLS maupun alat analisis lainnya, sesuai dengan tujuan penelitian. Lanjutan Tabel 9

5. Analisis Partial Least Square PLS

PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya, yaitu model indikator refleksif dan model indikator formatif. Model analisis jalur semua peubah laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan sebagai berikut: a. Inner model menspesifikasikan hubungan antar peubah laten structural model. Inner model menggambarkan hubungan antar peubah laten berdasarkan pada subtantive theory. Model persamaannya = + + Γ + . PLS didesain untuk model recursive, hubungan antar peubah laten dapat dispesifikasikan sebagai = ∑ + ∑ γ jbi ξ b + b. Outer model yang mespesifikasi hubungan antara peubah laten dengan peubah indikatornya measurement model. Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan peubah latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaan = Λ + dan = Λ + . Sedangkan Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaan = Π ξ x+ δ ξ dan = Π η y+ δ η. c. Weight relation di mana nilai kasus dari peubah laten dapat diestimasi. Inner model dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap peubah laten diestimasi dalam PLS yaitu = ∑ kb dan = ∑ ki . Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa peubah laten dan peubah indikator di skala zero means dan unit variance nilai standardized sehingga parameter konstanta dapat dihilangkan dalam model. Kriteria penilaian PLS yang diajukan menurut Chin, 1998 dalam Ghozali,2008, adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kriteria Penilaian PLS Kriteria Penjelasan Evaluasi Model Struktural R 2 untuk peubah laten endogen Hasil R 2 sebesar 0.67, 0.33 dan 0.19 untuk peubah laten endogen dalam model struktural mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah” Estimasi koefisien jalur Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikansi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping. f 2 untuk effect size Nilai f 2 sebesar 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diinterpretasikan apakah prediktor peubah laten mempunyai pengaruh yang lemah, medium atau besar pada tingkat struktural Relevansi Prediksi Q 2 dan q 2 Prosedur blindfolding digunakan untuk menghitung: Q 2 = 1 -   D D D D O E D adalah omission distance, E adalah sum of squares of prediction errors, dan O adalah sum of squares of observation. Nilai Q 2 di atas nol memberikan bukti bahwa model memiliki predictive relevance Q 2 di bawah nol mengindikasikan model kurang memiliki predictive relevance. Dalam kaitannya dengan f 2 , dampak relatif model struktural terhadap pengukuran peubah dependen laten dapat dinilai dengan q 2 = 2 2 2 1 Q Q Q included excluded included   Evaluasi Model Pengukuran Refleksif Loading faktor Nilai loading factor harus di atas 0.70 Composite Realibility Composite reliability mengukur internal consistency dan nilainya harus di atas 0.60 Average Variance Extracted Nilai average variance extracted AVE harus di atas 0.50 Validitas Diskriminan Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar daripada nilai korelasi antar peubah laten Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validitas diskriminan. Diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi untuk setiap peubah laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten peubah lainnya Evaluasi Model Pengukuran Formatif Signifikansi nilai weight Nilai estimasi untuk model pengukuran formatif harus signifikan. Tingkat signifikansi ini dinilai dengan prosedur bootstrapping Lanjutan Tabel 11 Multikolonieritas Peubah manifest dalam blok harus diuji apakah terdapat multikol. Nilai variance inflation factor VIF dapat digunakan untuk menguji hal ini. Nilai VIF di atas 10 mengindikasikan terdapat multikol.

1.9 Definisi Operasional Peubah

Definisi operasional peubah pada penelitian ini adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Definisi Operasional Peubah No Peubah Laten Definisi operasional Manifest Keterangan

1 Image

Citra Bimoli di benak pelanggan IMAGE1 Slogan produk IMAGE2 Popularitas merek IMAGE3 Kepedulian pada lingkungan IMAGE4 Fokus pada kesehatan IMAGE5 Inovasi produk 2 Customer Expectation Harapan pelanggan terhadap Bimoli CUEX1 Perbandingan harapan sebelum dan setelah menjadi pelanggan CUEX2 Harapan kualitas lebih unggul dibanding pesaing CUEX3 Harapan pembuktian keunggulan pada iklan maupun kemasan 3 Perceived Quality Kualitas produk Bimoli yang dirasakan pelanggan PRQ1 Ketahanan saat menggoreng PRQ2 Bebas kolesterol PRQ3 Makanan masak secara merata PRQ4 Kebersihan proses produksi PRQ5 Warna produk 4 Perceived Value Nilai yang dirasakan pelanggan dibandingkan dengan kinerja Bimoli PRV1 Harga jual dibandingkan kualitas yang diberikan PRV2 Harga jual dibandingkan kualitas yang diharapkan PRV3 Biaya non moneter 5 Customer Satisfaction Kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap Bimoli CUSAT1 Kepuasan pelanggan secara keseluruhan CUSAT2 Kemampuan Bimoli memenuhi harapan pelanggan CUSAT3 Kualitas unggul

6 Loyalty

Loyalitas kesetiaan pelanggan terhadap Bimoli LOYAL1 Loyalitas terkait harga LOYAL2 Referensi produk LOYAL3 Kesediaan pelanggan membeli varian lain dari Bimoli 7 SES Socioeconomic Status Edu Pendidikan Consume Konsumsi rutin per bulan Job Profesi Lanjutan Tabel 11 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan Minyak Goreng Bimoli

Pada awalnya minyak goreng Bimoli diproduksi di Bitung sebagai minyak goreng kelapa nyiur yang didistribusikan secara terbatas di Sulawesi Utara. Pada tahun 1978, Bimoli dipakai sebagai merek minyak sawit produksi Jakarta dan Surabaya yang dikemas dalam botol dan didistribusikan secara nasional. Unique selling point Bimoli saat itu adalah produksinya dengan sistem blow-fill-seal tanpa sentuhan, untuk menjamin higienitasnya. Pada tahun 1994, diluncurkanlah Bimoli Spesial sebagai penyempurnaan Bimoli sebelumnya. Selain kualitasnya lebih baik, kemasannya pun lebih menarik dan transparan. Bimoli Spesial ini diproduksi di pabrik PT IBS Surabaya dengan sistem pemurnian multiproses sehingga menghasilkan Omega 9. Pada tahun 2006, PT IBS berganti nama menjadi PT Salim Ivomas Pratama SIMP, yang merupakan subsidiary dari Indofood. Minyak goreng Bimoli menyempurnakan proses produksinya dengan tahap Pemurnian Multi Proses PMP. Melalui enam tahap pemrosesan, PMP dapat mempertahankan secara optimum zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Tujuannya untuk mendapatkan minyak goreng yang unggul, mampu memuaskan kebutuhan konsumen dari segala segi. Para ahli yang menggunakan Bimoli dalam penelitiannya, menemukan adanya kandungan Omega 9 sebanyak 40-45 dalam minyak goreng Bimoli. Dikenal sebagai asam oleat, Omega 9 umumnya terdapat pada minyak sawit namun berangsur hilang saat proses pembuatan minyak goreng. Proses pemurnian Bimoli terbukti dapat mempertahankan kebaikan dari Omega 9 ini dan tahan terhadap panas tinggi. Saat dilakukan pengujian pada suhu 180ºC, masih ada sekitar 30 Omega 9 dalam Bimoli. Omega 9 merupakan bagian dari keluarga Omega yang memiliki asam lemak tak jenuh tunggal atau Mono Unsaturated Fatty Acid MUFA yang berkhasiat untuk menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL.